Melody Desember: Kesempatan Kedua (part II)

24 2 0
                                    


"Pap, gimana kabar Tyara?" Tanya Tiffany tiba-tiba disela makan malam pengantin baru ini. Justin mengangkat kedua bahunya.

"Complicated. Indikasi putus sih sama Kevin." Jawabnya santai. Sang istri terperangah mendengar kabar yang tak ia sangka.

"Masa? Apa gara-gara aku kasih nomor Tyara waktu itu ke Adrian?" Tanya perempuan itu tidak sabar mendengar keseluruhan peristiwa yang ia lewatkan.

"Gak tau juga." Justin berpikir sejenak. "Mungkin itu salah satunya, aku denger rumor kru radio kalau Kevin cinlok sama teman satu timnya." Lanjutnya menjelaskan.

"It's gonna be fun." Gumam Tiffany tersenyum misterius. Suaminya mengerutkan dahi melihat ekspresi istrinya.

"Tumben kamu kepo urusan asmara orang, Mam." Komentar Justin heran.

"Oranglain? Yee... kan kamu sendiri yang bilang dia itu adik kamu, berarti Tyara adik aku juga!" Protesnya membela diri. Justin mengangguk-angguk seraya menikmati makan malamnya.

***

Tyara memeluk sahabatnya dengan penuh airmata setelah membukakan pintu apartemennya. Chika terkesiap melihat kerapuhan sahabatnya, setelah beberapa tahun tidak bertemu, seolah takdir membawanya untuk menjadi penguat dihancurnya hati Tyara.

"Oke, cerita ke gue, ada apa sama Kevin?" Tanya Chika setelah mencoba menenangkan sahabatnya berjam-jam hanya menangis dan terisak.

"Semua salah gue." Ucap Tyara akhirnya. "Kevin layak bahagia, dan gue baru sadar bukan gue bahagianya."

"Lha maksudnya?" Tanya Chika seraya menautkan kedua alisnya. "Kalian bubar?"

"Belum sih. Tapi dia udah gak peduli lagi sama gue, bahkan setiap chat gue cuma dia read, selalu alasan sibuk padahal satu kantor tapi gak seharipun gue bisa ketemu dia." Lanjutnya panjang lebar dengan terbata-bata.

"Kali aja dia emang sibuk." Balas Chika berusaha netral.

"Tapi jarak ruangan gue sama ruangan dia cuma satu lantai, Chik." Sergahnya. "Dan waktu itu gue gak sengaja angkat telepon dia dari temen timnnya, dan cewek itu manggil dia 'sayang' sampe ngomong i love you segala."

Chika menghela nafas berlebihan. "Itu salah Kevin, dia selingkuh dari lo berarti." Komentarnya.

"Bukan salah dia selingkuh, Chik." Ucapnya membela. "Tapi salah gue, karena gue gak pernah bener-bener memberikan hati gue ke dia."

Chika terdiam. Ia tak tahu harus berkata apa, tersadar akan seseorang yang tak pernah hilang dihati sahabatnya, dan Chika tahu, mengatakan apapun akan sama dengan yang akan diutarakan sahabatnya.

"Gue ketemu Adrian, di kafe kantor." Ucapnya. Chika terperangah.

"What? Ngapain lagi tuh orang nemuin lo setelah bertahun-tahun ngebuat lo nunggu dia dan hampir bikin lo bunuh diri?" Tanya Chika bagai rentetan peluru yang menembak sasaran bertubi-tubi.

Tyara menghela nafas berlebihan. "Kak Justin yang iseng ngerjain gue." Jelasnya. "Tapi dalam hitungan menit dia berhasil bikin dunia gue runtuh, termasuk kenyataan yang gue bangun bareng Kevin."

Chika memegang kepalanya yang tak sakit, dalam hati ia merutuki Justin yang membuat kedamaian hidup sahabatnya hancur.

"Gue ternyata masih cinta Adrian." Ucap Tyara seolah bermimpi.

"Terus Kevin?" Tanya Chika.

"Entah." Jawabnya bingung.

"Ara, menggenggam Kevin dan memandang ke Adrian itu bukan hal yang benar." Ucap Chika lembut seraya merangkul sahabatnya. "Kenyataan yang lo bangun hampir setahun sama Kevin itu lebih baik daripada mimpi-mimpi indah yang Adrian tawarkan sampai lo rela menipu diri lo sendiri bertahun-tahun." Lanjutnya.

Tyara tercenung mendengar ucapan sahabatnya.

"Ra, gue cuma ingin lo bahagia. Benar atau salah, lo tetap sahabat gue." Ujarnya. "Tapi ada Kevin yang jadi korban, dan lo harus ngelepasin Kevin, ini udah gak baik buat kalian. Kalau emang dia beneran selingkuh, ya karena dia melihat yang tersirat dari sikap lo."

"Tapi Chik, ini gak gampang. Kevin itu malaikat pelindung gue." Ucap Tyara berusaha berpegang pada kenyataan.

"Bagi Kevin?" Tanya Chika. "Dia emang pelindung lo disaat lo hampir mati karena cinta lo ke Adrian, tapi gak adil buat dia kalau lo terus-terusan begini." Omelnya.

"Ra, Kevin juga manusia, dia laki-laki." Celoteh Chika mencoba membuka jalan keluar untuk sahabatnya. "Dia juga punya kebutuhan yang sama, ingin dicintai, diperhatikan dan diberikan kasih sayang, tulus. Setahu gue, dari cerita-cerita lo tentang dia, Kevin tulus ke lo tapi lo gak sadar, cinta itu harus seimbang, bukan berat sebelah."

"Gue harus gimana, Chik?" Tanyanya pasrah.

"Hati lo jawabannya, apa membuka hati lo ke Kevin dan menariknya kembali jadi milik lo atau melepaskan dia dan memberikan Adrian kesempatan kedua."

***

Adrian bersama tim pilihannya tiba di Bukit Tinggi untuk lagu terbaru LastEnd sebelum ia melanjutkan proyek di Korea dan Jepang. Sesekali menulis message pada sahabat kecilnya mengenai lagu 'Melodi Desember' yang akan menjadi lagu Indonesia terakhirnya.

"Dri, gue suka demo lagu lo. Melodi Desember jadi title album gue ya! Jangan kasih ke anak didik lo!" Celoteh Tiffany menelepon sahabatnya.

"Iya sip! Atur aja sama Arya." Balasnya tertawa kecil. "Buat LastEnd gimana? Pas gak skenario sama lagunya?" Tanyanya meminta saran sahabatnya. Tiffany pun memberi saran panjang lebar akan proyek yang sedang dalam proses shooting di tempat kenangan Adrian tentang Tyara.

Secercah cahaya dibalik keputusasaan yang tersembunyi dibalik topeng keceriaannya membuat Adrian menemukan cahaya inspirasi yang berbeda di dalam dirinya, melalui setiap lagu yang akan sampai ditelinga Tyara suatu hari, cepat atau lambat.

***

"Aku gak bisa lagi sama kamu, maaf." Ucap Kevin setelah seminggu membiarkan ketidakjelasan menggantung dalam hubungan mereka.

"Aku yang salah, Vin. Kamu gak perlu minta maaf." Balas Tyara berusaha tegar.

"Aku juga bersalah, Tyara." Ucapnya tersenyum getir. "Aku gak bisa jaga janji aku, aku tau akhir-akhir ini kamu kehilangan senyuman matamu karena aku."

Tyara tak mampu berkata, lidahnya kelu mendengar ucapan lelaki di hadapannya ini. Sungguh kejam ternyata dirinya membuat lelaki itu tersiksa mencintainya.

"Maaf ya Vin, aku gak bisa bikin kamu bahagia." Ucapnya akhirnya. Kevin tetap dalam senyuman getirnya, tanpa Tyara tahu ada hati yang jauh dari berkeping-keping mendengar ucapannya, Kevin lebih hancur dibalik senyuman.

"Aku boleh mohon sesuatu sama kamu, setelah ini?" Tanya Kevin. Tyara mengangguk menyanggupi.

"Temukan sejuta alasan untuk hidup, Tyara. Kamu terlalu indah untuk sebuah kepedihan." Mohon Kevin membuat hati Tyara semakin ngilu dan nyeri.

***

Melody MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang