Cinta = Kenangan part II

20 0 0
                                    

Chika terkesima melihat sahabatnya yang mematut di depan cermin dengan gaun hitam satin begitu jatuh membingkai tubuhnya yang ramping. Gadis itu tengah memoles make up natural khas nya, mempertegas kecantikan dari wajah oval berbingkai rambut pendek berwarna hazel, dengan semburat cahaya kesedihan dari mata Tyara.

"Mau kemana bu? Cantik amat." Tanya Chika tersenyum melihat sahabatnya yang tak terbiasa berdandan ini.

"Blind date." Jawabnya santai. Chika mengerutkan alisnya, bingung.

"Lha katanya mau jujur sama hati, kok malah blind date?" Protesnya yang tak mengerti jalan pikiran sahabatnya. Tyara terbahak.

"Ya elah mak, gue gak beneran blind date kali!" Jawabnya. "Kak Tania minta gue dateng ke acara peresmian galeri sahabatnya, dan mau kenalin adik sahabatnya yang katanya sih hot guy gitu." Jelasnya membuat Chika menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terus Adrian tau?" Tanyanya. Tyara menggeleng.

"Gue lagi gak mau bahas dia." Jawabnya seraya merapikan make up nya. "Lumayan dapet diskon tahun ini dari kak Tania, kalo gue ikutin acara ini." Lanjutnya. "Kan jadi ringan kita bagi-bagi sewa apartemen ini, daripada lo kos dan gue kesepian di sini."

"Ya udah deh. Have fun sob!" Balas Chika menggendikkan bahu. "Gue mau lanjut lagi selesain kerjaan gue deh. Kunci jangan lupa dibawa!" Cerocosnya dibalas dengan anggukkan oleh Tyara.

Gue harus gila, Chik. Kewarasan gue habis karena Adrian. Batinnya memandangi sahabatnya yang kembali ke kamarnya dari pantulan cermin.

Di waktu sama dengan tempat berbeda lelaki yang disebutkan menutup pintu kamarnya. Terpaku menatap wajahnya yang lusuh setelah melepas topeng kekuatannya. Adrian yang sempurna dan bertangan dingin dalam sedetik berubah menjadi sesosok lelaki penuh luka lebam dihatinya.

Dare ga seikaku ni? (Siapa sih lo sebenernya?) Batinnya bertanya pada pantulan wajahnya di cermin yang penuh airmata kepedihan.

***

"Hei cantik." Goda sebuah suara di sebelahnya. Entah bagaimana lelaki itu dapat menemukannya. Tyara tersenyum simpul membalas sapaan itu.

"Kamu kenal Sheera atau Reyner?" Tanya Arya setengah berbisik, tanpa tersimpulkan nada bicaranya.

"Gak dua-duanya." Jawab Tyara santai. "Tapi kak Sheera sahabat kakak saya. Ada masalah?" Tanyanya sinis, setengah berbisik. Arya tertawa kecil.

"Malah ketawa." Gumamnya kesal seraya berpindah memandangi satu lukisan ke lukisan lain, ditengah keramaian orang-orang terkenal seantero Jakarta.

"Lucu aja." Balasnya mengikuti langkah Tyara. "Saya sahabat Reyner." Jawabnya tanpa ditanya. "Setelah kabur dari abang saya kamu mengambil tangkapan yang bagus." Komentarnya membuat air muka Tyara yang tak berhenti menebarkan senyuman palsu menjadi kesal.

"What the hell?" Rutuknya pelan seraya memukul bahu Arya pelan. "Kalo gak tau, lebih baik gak sotoy, okay?" Gumamnya menggeretakkan rahangnya dalam senyuman yang masih menebar ke sana kemari.

Arya tersenyum misterius. Ia pun menarik lengan Tyara menjauhi kerumunan tanpa perlawanan dari gadis itu.

"Apa sih masalah lo, Ya?" Tanya Tyara kesal setelah keduanya berdiri di balkon lantai dua gedung galeri Sheera.

"Gak ada." Jawabnya santai. Kali ini wajah Arya tampak dingin. "Gue cuma mau konfirmasi siapa orang yang jadi target sahabat gue."

"Sial." Rutuk Tyara pelan, nyaris tak terdengar.

"Nii-chan gak pernah nganggap lo bisnis, asal tau aja." Ucapnya membuat Tyara terdiam. "Dia mati-matian perjuangin orang yang bahkan main-main di sini."
"Arya, one more time i say 'jangan sotoy'!" Protes Tyara mendengus sebal. Usahanya berdandan secantik cinderella hancur karena seorang pangeran menyebalkan entah darimana menghentikannya dari kegilaan yang baru saja akan mengubah jalan hidupnya.

"Iya gue emang sotoy." Balasnya. "Tapi gue kenal nii-chan lebih dari siapapun, termasuk lo." Ketusnya.

"Siapa yang bilang enggak." Ucap Tyara memutar bola matanya.

"Hei Arya." Sapa sebuah suara dibelakang mereka. Keduanya berbalik dan memasang senyum khas mereka.

"Oya Rey, kenalin ini kakak ipar gue." Ucap Arya tanpa basa basi membuat Tyara membelalakkan matanya, kesal dan bingung bercampur dibalik wajahnya yang seindah lukisan itu.

"Oh, hai. Saya Reyner." Ucap lelaki itu sopan seraya mengulurkan tangan ke Tyara.

"Saya Tyara. Dan saya bukan kakak ipar Arya." Balasnya seraya menyambut uluran tangan lelaki blasteran yang setampan dengan namanya.

Reyner tertawa bingung melihat eksperesi kedua orang di hadapannya ini. "Tyara... hm... kamu adiknya kak Tania bukan ya?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Iya..." Belum selesai Tyara menjawab pertanyaan Reyner tangannya sudah ditarik oleh Arya yang bergegas pamit pulang dengan menambah tanda tanya bagi sahabatnya.

***

"Gue anter lo pulang ya." Ucap Arya tanpa meminta persetujuan Tyara dengan membuat gadis itu duduk di bangku sebelah kemudi mobil SUV nya.

"Ra, gue tau kalian lagi gak dalam kewarasan. Tapi please, gue gak mau khawatir." Mohon Arya membuat Tyara membuang muka ke arah jendela mobil.

"Gue sama nii-chan lo udah berakhir." Tegasnya. "Dan gue baru bubar dari pacar gue, gara-gara nii-chan lo." Cerocosnya kesal. Arya tertawa lega.

"Bagus dong. Jadi Opa gak perlu dateng sendiri ikut campur." Balasnya dingin.

"Maksud lo?" Tanya Tyara bingung.

"Ya itu PR buat lo." Jawabnya asal. "Besok gue ke Seoul, nyusul nii-chan. Ada pesan?" Tanya mengalihkan pembicaraan.

"Hm..." Gumam Tyara berpikir. "Bilang aja ke dia,gue gak sengaja bikin dia salah paham. Provider di tower gue dalam perbaikan pas dia nelpon gue, gue baru tahu paginya."Lanjutnya panjang lebar.

"Udah gitu doang?" Tanya Arya memancing. "Gak ada pesan tambahan?"

"Gak ada." Balas Tyara. Arya menepikan mobilnya dan mengambil ponselnya, memotret Tyara tanpa aba-aba.

"Dih ngapain lagi lo?" Protes Tyara. Arya tersenyum kecil.

"Laporan ke atasan; Opa dan nii-chan." Jawabnya dengan nada jahil membuat Tyara tertawa jengkel, tapi jauh lubuk hatinya ia merasa lega.

***

Melody MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang