Kicau burung semarakan pagi saat Fiona membuka mata. Bau tanah basah karena hujan semalam membangkitkan semangatnya di pagi ini. Seakan membawa kehidupan baru baginya. Jauh dari ini , Fiona adalah seorang remaja yang hancur. Ya , sakit hati menjadi alasannya mengapa dulu hidupnya berantakan. Kehilangan begitu membuatnya terpukul , menangis sejadi - jadinya. Ia adalah seorang yang cantik , ramah dan berbakat bermain piano. Karena piano lah , ia bertemu cinta pertamanya yang berujung menyakitkan itu.
***
Tepat saat ulang tahun ke 17 sahabatnya , Mery. Fiona diundang untuk menjadi pengisi acara sebagai pianis. Bukan kali pertamanya ia menjadi pengisi acara , di usianya yang baru saja lulus SMA ia telah memiliki pekerjaan sampingan sebagai pianis di sebuah cafe ternama.
"Fi , thanks udah nyanggupin buat tampil," kata Mery tersenyum ramah.
"Gak usah terimakasih buat sahabat," balas Fiona mengusap pelan bahu Mery.
Jam berdentang enam kali di pukul 8 malam. Fiona dengan dress merah perpaduan mote silver berjalan anggun ke atas panggung kecil yang telah tersedia piano berwarna putih itu. Ia mulai memainkan alunan lagu yang indah dari jemarinya pada piano itu. Permainan pianonya seketika mampu menghipnotis para undangan hingga mereka ikut terhanyut melodinya. Kini kecantikannya bertambah lengkap dengan bakatnya tersebut.
***
Tepuk riuh bersahut - sahutan dari para undangan ketika Fiona selesai dengan permainan pianonya yang menawan semua orang. Fiona membalas tepuk riuh para tamu dengan senyum lebar di bibir tipisnya yang berpoleskan lipstick merah muda itu. Suasana pun berlalu dan para tamu kembali sibuk berbincang dengan tamu lainnya."Sangat mempesona Fi , seperti biasanya," ucap Mery sambil memberikan orange juice kepada Fiona.
"Thanks , aku masih dalam proses belajar," balas Fiona tersenyum lalu meneguk jus nya itu. "Mer , aku ijin dulu ya mau ke halaman belakang."
"Oh , oke jgn lama ya Fi. Tar lagi sesi potong kueku bakal mulai."
Fiona mengangguk dan berlalu meninggalkan Mery di rimbunan tamu lainnya. Mery dan Fiona adalah teman sejak kecil , ini tak pertama kalinya Fiona merayakan ulangtahun temannya itu. Dan yang menjadi bagian favorit Fiona dirumah Mery adalah halaman belakangnya yang luas dan begitu hijau.
Fiona begitu menikmati suasana halaman rumah Mery , terduduk sambil menatap bintang dan sesekali meneguk jusnya.
"Dimana yah?!."
Celetuk suara laki - laki , membuyarkan pesona Fiona kepada bintang di langit. Dahi Fiona mengernyit heran menatap laki - laki itu. Tapi sedetik dua detik , Fiona tak perduli dan kembali menikmati langit malam.
"Yaampun astaga , sepi banget."
Kembali Fiona melihat ke arah suara itu. Sedang apa sih dia , batin Fiona. Lalu laki - laki itu melihat ke arah Fiona dan berlari terbirit - birit menghampiri Fiona.
"Ku pikir gak ada orang , aku mau tanya sesuatu ini gawat banget," ucap laki - laki itu terlihat gelisah.
"Kenapa?," tanya Fiona dengan muka panik.
Bersambung ke bagian 2...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerber - Cinta Dari Seorang Pianis
Teen FictionCinta pertama yang terjadi lewat hobi ternyata adalah sebuah hal yang unik. Begitulah yang terjadi antara Fiona dan cinta pertamanya yang datang tak terduga duga itu juga pergi meninggalkan Fiona dengan cara tak terduga.