End Journay HunHan

1K 39 5
                                    

Kubuka balkon pintu kamar ini. Udara pagi yang segar, ditambah pemandangan perbukitan disana nampak indah dipandang mata. Udara yang bersih, suasana pedesaan yang asri membuat hati menjadi tenang.

Tampak dari sana sekawanan sapi dan domba sedang asiknya memakan rumput yang tumbuh subur di wilayah ini.

Aku menyukai tempat ini, begitu tenang jauh dari hingar-bingar kota yang membuat pikiran carut marut.

Terdengar bunyi pintu yang dibuka dari luar. Tampaklah sosok yang ku cintai muncul.

"Minumlah susu ini dulu sayang." Katanya sambil menyodorkan segelas susu hangat kepadaku. Ku terima susu tersebut, tak lupa seulas senyum hangat ku berikan untuknya. Dia selalu tahu apa yang ku suka. Walaupun usia tidak lagi muda tapi bagiku dia tetap tetap sosok terindah di mataku. 

"Oh iya, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi. Setelah itu turunlah ke bawah, kau tahu dia sudah menunggu daddy-nya dibawah. Hari ini kau-lah yang bertugas mengantarnya ke sekolah." Terangnya pergi dari sini. Tapi sebelum ia pergi, ia sempat mengecup bibirku singkat. Tanpa sadar aku tersenyum, aku suka semua yang ada di dirinya. Begitu indah, begitu manis. Ya Tuhan.... terimakasih Kau telah mempermudah jalan kami untuk bersatu. Aku bersumpah, tidak akan menyia-nyiakan mereka. Karena jalan yang harus kami lalui untuk sampai disini sangatlah berat.

Rasa sakit, pengorbanan, caci maki, penghinaan yang kami alami sangatlah besar. Tapi sekali lagi, jika bukan karena-Mu, restu-Mu, kami tidak mungkin sampai disini. Bahkan kau mengizinkan kami untuk memiliki malaikat kecil yang Kau kirimkan kepada kami. Aku hamba-Mu, orang paling berdosa ini merasa bersyukur, atas semua yang telah Kau berikan kepada kami.

Setelah mandi, dan berganti pakaian yang rapi dengan kemeja, celana panjang  berwarna gelap dan sepatu kulit menghiasi kakiku, aku turun kebawah. Kulihat, diruang makan tersaji hidangan yang menggugah selera. Ternyata keahlian masaknya semakin meningkat. Aku masih ingat, jika dulu ia tidak bisa memasak. Bahkan memasak mie saja hampir membakar dorm. Jika di ingat dia sungguh ceroboh. Tapi karena tingkah lugu nan manisnya inilah aku jatuh hati padanya.

Ia-lah yang mengajarkanku arti hidup, persahabatan dan juga cinta. Ia-lah yang mengenalkan ku tentang semuanya. Sosoknya bak malaikat bagiku.

"Daddy, hari ini aku ingin diantar sekolah olehmu. Daddy jarang mengantarku ke sekolah." Ujar sosok kecil, yang adalah putraku. Anak kandung kami berdua yang dihasilkan dari rekayasa genetika. Yang diciptakan oleh negara ini untuk kaum seperti kami.

"Baiklah Luxun, hari ini daddy akan mengantarkanmu kesekolah." Jawabku padanya.

"Yehet!" Sorak bocah itu riang.

"Luxun, ingat pesan mom apa padamu, nak?!" Tanya sosok yang kini menjadi istriku padanya.

"Luxun nanti disekolah tidak boleh nakal, harus jadi anak yang baik, tidak berkelahi ataupun jahil pada teman-teman." Jawabnya.

"Itu baru anak daddy and mommy."

"Tapi mom, bukan Luxun yang nakal, tapi Kevin yang nakal. Pria itu yang mulai duluan." Protes Luxun tidak terima.

"Tapi kau yang memukul Kevin bukan? Tidak peduli jika dia menghinamu biarkanlah saja. Dan buktikan jika kau bukan orang yang seperti Kevin pikirkan. Kekerasan bukanlah penyelesaian yang baik." Ujar sosok pendamping hidupku, yaitu Luhan menasehati.

Iya, kami telah menikah dan menetap di Amerika tepatnya di Kanada. Bagiku negara ini memiliki hukum untuk melindungi kaum seperti kami. Bahkan dinegara ini sudah melegalkan kaum seperti kami. Aku dan dia, kami berdua bermigrasi dari negara kami yang dulu lalu memutuskan menetap disini.

End Journey HUNHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang