Aku pergi ke kamar pintu kamar kukunci,merebahkan badanku di tempat tidur sambil memandang langit-langit kamar. Ketika aku membuka mata hari sudah pagi,aku buru-buru mandi,berganti baju,berhias diri dan turun ke bawah. Sesampainya dibawah ayah sudah ada di meja makan di temani koran pagi dan secangkir kopi sedangkan ibu sedang sibuk di dapur. Berpamitan kepada ayah dan ibu,mengambil kunci mobil converte hadiah ulang tahunku tahun kemarin kemudian berangkat ke kampus di tengah perjalanan aku berhenti di salah satu café langganan aku dan Liam membeli sepotong kue tiramisu yang lezat dan latte,duduk di luar café menikmati semilir angin dan riuhnya kendaraan yang hilir mudik. Setelah semuanya habis kembali ke kampus,sesampainya disana kampus terlihat ramai,ketika aku selesai memparkirkan mobilku Liam sudah berdiri di samping mobilnya yang tidak jauh dari mobilku.
“ Liv,aku ingin bicara” katanya setelah aku turun dari mobilku.
“Hai juga liam” jawabku sarkastik
“ Jangan jauhi aku Liv-“ katanya mengabaikan jawaban sarkastikku.
“Sama sekali tidak aku hanya tidak ingin terlambat masuk ke kelas.”
“Pergilah bersamaku”
“Maa…aaf”
“Pergilah ke kelas bersamaku” ulangnya dengan mengulurkan tangannya.
Aku terus berjalan,berpura-pura mengabaikan uluran tangannya.Seharian ini Liam selalu mengikuti kemanapun aku pergi bahkan saat aku berada di toilet dia menungguku di depan pintu tapi aku tetap mengacuhkannya. Seminggu telah berlalu begitu cepat,aku masih dengan sikapku dan dia masih dengan sikapnya,hingga akhirnya aku lelah dengan sikapnya.
“Cukup,Liam” bentakku di hadapannya
“Tidak,sebelum kamu mengacuhkan aku.”
“Demi Tuhan Liam. Aku hanya butuh waktu berpikir,butuh waktu untuk berteman dengan yang lain. Bukan berarti aku tidak lagi senang berteman denganmu. Tapi di dunia ini aku tidak hanya memerlukan kamu untuk hidup,aku juga butuh bersosialisasi dengan orang lain.”
“Baiklah,aku paham.” Liam terlihat sangat sedih ketika berbalik membelakangiku.
Ingin sekali aku menarik lengannya dan memeluk erat sahabatku itu untuk menghilangkan kesedihannya. Tapi akulah yang menjadi penyebab kesedihannya jadi aku biarkan dia berlalu hingga dia menghilang.
Hingga keesokan harinya,Liam tidak lagi mengikutiku,tidak lagi menungguku di tempat parkir,tidak lagi menyapaku dan tidak lagi duduk disampingku. Dia bersikap seolah-olah kami tidak pernah kenal satu sama lain atau seolah-olah aku tidak ada. Aku merasa sedih dan kehilanngan dengan sikap kami yang saling menjauhi seperti sekarang ini. Aku pikir itu yang terbaik bagi kami setidaknya hingga Liam dapat menghilangkan perasaannya padaku. Itu dapat mengembalikan persahabatan kami,setidaknya dengan begini kami dapat bergaul dengan orang-orang baru dan membuka hati untuk berteman dengan yang lain. Aku mendapatkan teman wanita pertama namanya Susanah Mc.Kenley,Suze adalah wanita yang baik,sederhana,pintar dan kesederhanaannya memancarkan kecantikan alami. Dia turut menyesal mendengar hubunganku dengan Liam yang merengggang tanpa harus bercerita panjang lebar dia sudah tahu karena itu sudah menjadi rahasia umum lagi. Beberapa kali kami pergi ke mall untuk berbelanja,makan dan menonton film. Walaupun sebenarnya kami tidak begitu menyukai acara berbelanja bersama. Aku tidak lagi berjalan ke kampus sendiri seperti orang hilang arah,paling tidak ketika aku dan Suze satu kelas.
Pagi itu akhir musim semi,Suze tidak bisa menemaniku pergi ke perpustakaan karena sedang ada kelas pagi. Suasana perpustakaan sepi hanya ada beberapa orang yang membaca buku dan sekedar mengobrol. Aku pergi ke salah satu lemari buku yang berisi kumpulan novel klasik,mengambil salah satu dan mulai membacanya. Saat aku sudah hanyut ke dalam cerita novel ada suara sepasang kaki bergerak mendekat dan berhenti di depanku. Ketika aku mendongakan kepalaku,aku melihat Oliver sudah berada di hadapanku begitu dekat hingga novel yang aku pegang aku dekapkan,matanya menatapku dengan tajam dan dalam sehingga tubuhku menciut di bawah pandangan matanya. Ketika aku hendak menjaga jarak,dia semakin mendekat ketika aku hendak kabur,dia mendorong tubuhku hingga punggungku sedikit membentur lemari buku. Aku hanya bisa diam dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya saat ini aku berada di bawah kungkungan dari seorang laki-laki yang bertubuh seksi sekaligus mempunyai 2x lipat lebih tinggi dan besar di bandingkanku.
“ Mau kemana kau?”
“ Pergi”
“Tidak,aku tidak akan biarkan kamu pergi.”
“Apa maumu?”
“Kau,cantik. Hanya kamu.” Bisiknya di telingaku.
Bisikan dan hembusan nafasnya membuat tubuhku menggeliat,sesuatu yang aneh yang belum pernah aku rasakan terjadi di pangkal pahaku.
“Tahukah kau,betapa aku menginginkanmu?” aku tidak bisa berkata apa-apa lagi hanya menggelengkan kepala karena tangannya telah membelai leherku.
“Aku menginginkanmu seperti ini,hanya ada kau dan aku, dan kau hanya untukku.” Jantungku berhenti berdetak dan nafasku seakan telah dibawa lari ke nirwana.
“ Tahukah kamu berapa lama aku memimpikanmu?” kembali aku menggelengkan kepala.
“Jawab sayang” perintahnya dengan nafas sedikit tersengal.
“ Tiii…daa..k ta…hu” kataku terbata-bata
“ Sudah lama sayang,sudah lama”
Oliver sedikit mengangkat tubuhku,menangkup wajahku seolah aku barang yang mudah pecah mendekatkan wajahnya ke wajahku bibirnya mula-mula menciumku dengan selembut bulu kemudian berubah menjadi sangat panas. Lidahnya memaksaku membuka bibirku,memilin lidahku menyesap setiap sudutnya. Tanpa bisa di cegah tubuhku melengkung ke arahnya mendamba sesuatu yang lebih,tangannya perlahan turun dari rambut ke leher kemudian turun kearah dadaku membuka satu kancing kemejaku menyentuh payudaraku sekilas aku melenguh lebih keras. “ Sssttt.. diam cantik” tangannya turun lebih bawh lagi ke perutku membelai dengan sangat lembut,turun lebih kebawah lagi kearah pantatku dia menekan dengan gemas aku mengerang,dan kakinya memaksaku membuka lebih lebar tangannya menyingkap bawahan rok dan graterku menyentuh kea rah vaginaku.
“Demi Tuhan,aku sangat menginginkanmu Livie. Dapatkah kau rasakan betapa kerasnya aku.Aku mendamba untuk menenggelamkan diriku pada tubuhmu?” Aku hanya mengangguk seolah lidahku telah terpotong dan tertelan olehku.
“ Jawab akku Liv-”
“Yyaa..ya Ol-” jawabanku terpotong dengan dorongannya tiba-tiba.
Kemudian Oliver menghentikannya saat aku mendambakan sesuatu yang lebih darinya.
“ Sabar cantikku,belum saatnya tidak disini dan tidak sekarang.”
Dia melonggarkan tubuhnya dan kembali menciumku dengan lembut dan pergi meninggalkanku berdiri di perpustakaan dengan keadaan bingung. Buku yang tadinya ku dekap sudah terjatuh di lantai,aku sama sekali tidak sadar kapan buku itu terjatuh di lantai.
YOU ARE READING
Secret
RomanceSecret adalah sequel 1.1 dari The Fight for love Perhatian : Cerita ini untuk 20+ bagi yang belum cukup umur dimohon jangan membaca With Love Azumi_Ryunae^^