CHAPTER 1

52.1K 2.3K 83
                                    

Lelaki berwajah tampan dan rupawan. Menarik semua kaum hawa. Siapa yang tidak akan tertaik padanya ?. Lihatlah senyuman yang hangat ke setiap orang yang selalu menyapanya. Sangat akan terpesona ketika melihatnya. Apalagi sedang bekerja dengan seriusnya, memancarkan pesona yang lebih.

"Dad !!" Pekikan seseorang membuat lelaki yang berkutat di laptopp menoleh dan tersenyum.

"Ada apa jagoan ? Please jika kamu minta antar ke supermarket, nggak sekarang, okey ?" Ujar lelaki yang di panggil Dad itu.

"Okey baiklah aku tidak meminta ke supermarket. Mau tanya Daddy," kata bocah yang berumur 6 tahun berwajah tampan. Ketamapannya memang menurun dari sang ayah. Darel Amani, anak dari pengusaha kaya bernama Alzami Amani.

"Ya, silahkan tanya. Tapi jangan hganggu kerjaan Daddy."

"Siapp !! Hmmm Dad, kata Aunty, Daddy itu dingin kaya es gitu. Bener ?" Seketika lelaki tampan yang sejak tadi menatap laptopp, kini berbalik memandang anaknya yang terbilang sudah mulai dewasa. Bibrinya memancarkan senyuman manis. Oh sangat manis bahkan. Alzami bahkan sering bertanya pada dirinya, apakah dia dulu di berikan anugrah yang indah, sehingga memiliki anak lelaki yang tampan dan ramah. Mungkin nasibnya sejak dulu, sangat baik.

"Aunty itu bohong. Buktinya Daddy selalu senyum."

"Ya Darel percaya itu. Tapi Aunty tuh menyebalkan tau Dad, aku nggak mau di jemput sama aunty." Ucapnya setengah sewot. Zami terkekeh lalu mengangguk setuju.

"Memangnya aunty kenapa ? Ninggalin lagi ? Atau mengabaikan kamu, hmm ?." Zami bertanya, ingin tau alasan apalagi yang akan ia dengar dari sang anak

"Aunty suka ngajak ngonrol guru Darel, Dad. Mau tau." Jawabnya dengan nada lemah, hingga membuat ayahnya tertawa geli.

"Daddy please, jangan malah ketawa. Darel serius !! Darel mau di anterin Daddy, tapi jangan tebar pesona, okey ?" Darel berucap dengan menggemaskan. Pipi tembamnya terlihat memerah, warna kulit putih yang di miliki Darel memang gampang merah jika sudah marah. Entah efek cahaya atau memang kulit Darel terlalu putih.

"Siap jagoan. Laksanakan." Kata Daddynya. Hidup berdua tanpa ibu, tanpa istri itu, sudah terbiasa bagi Alzami Amani. Ya, lelaki tampan yang memiliki berwajah arab ini, hidup berdua dengan sang buah hati Darel Arvano Amani. Zami bahkan merawat anaknya selama 6 tahun lebih, tapi ia tidak pernah mengeluh. Selalu ada jika Darel membutuhkan. Karena bagi Zami, Darel lah semangat hidupnya. Jangan tanya di mana ibu Darel ? karena dialah yang meninggalkan Zami saat Darel baru berumur sebulan. Tapi Zami tidak dendam, bahkan ingin membenci. Karena memang rumah tangga mereka di awali dari PERJODOHAN. Dulu.

"Baiklah Darel akan berterima kasih pada Daddy." Terlihat girang dan segera memeluk Zami dengan erat. Zami selalu meluangkan waktu untuk anaknya. Meski Zami gila kerja, tapi jika ada sesuatu pada Darel, ia akan meninggalkan kerjaannya. Meski harus kehilangan jutaan rupiaah, Zami tidak peduli. Kebahagian anaknya, paling utama.

"Nah, sekarang Darel bobo, dan Daddy kembali kerja. Tapi harus minum susu, terus cuci kakimu oke jagoan ?" Petuah dari Daddynya di angguki dengan semangat, lalu Zami menggendong anaknya ke dapur, membuatkan susu untuk Darel.

"Aku rasa, Daddy lebih cocok berkutat di dapur." Perkataan dari Darel, sontak membuat mata Zami sukses membulat sempurna. Bagaimana tidak, lihatlah anaknya sedang menggoda dirinya.

"Godain Daddy ? Diem nggak boleh cerewet, susunya lama selesainya." Suara Zami terdengar lembut jika sedang berbicara dengan anaknya. Sudut bibirmya memberikan senyuman pada Darel.

"Darel diam." Darel memiliki sifat seperti ibunya yang ceplas-ceplos. Beda dengan Zami, yang hangat dan ramah. Dan Darel sangatlah angkuh dan sombong. Bukan berarti Darel tidak baik. Darel sangat pengertian. Buktinya ia tak pernah lagi mempertanyakan di mana ibunya. Sempat Darel bertanya, namun Zami selalu menjawab, biarkan ibunya yang menjelaskan.

DADDY HANDSHOME ( Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang