Kini Darel tengah berdri di halaman milik Aparteman ayahnya. Darel memilih pulang ke Aparteman ketimbang melihat Ayahnya berhadapan dengan kertas yang membuat Darel jengah.
"Darel !!!." Suara cempreng milik gadis berusia 5 tahun, membuat Darel menyunggingkan senyumannya. Darel menoleh, dan melihat gadis itu berlari ke arahnya. Darel hanya tersenyum dan mengangguk.
"Atha, nggak usah teriak, bisa ? Darel udah bilang kan !!" Balas Darel tak mau kalau ikut teriak dengan nada kesal.
"Aduh. Maafin Atha." Katanya dengan senyuman yang sangat manis. "Iyah, kamu tau nggak ?" Kata bocah 5 tahun dengan berambut panjang dan pipi yang menggemaskan.
"Gak. Karena kamu belom cerita." Potong Darel disela-sela ucapan Atha.
"Darel. Denger dulu, Atha belom selesai ngomongnya." Gadis bocah bernama Altha itu, menghentakkan kakinya. Sekedar info aja, Altha ni teman Darel, sekaligus tetangga di Apartemen .
"Ya, ya silahkan cerita tuan putri," perkataan Darel dengan nada menggoda temannya sendiri.
"Atha, bakal sekolah di tempat sekolah Darel lho. Senang banget kita bisa satu sekolah !!" Atha berteriak dengan kegirangan.
"Lho, Atha baru umur 5 tahun. Masa langsung ke SD ? bukannya masih TK ?." Tanya Darel dan membuat Atha terdiam bingung.
"Atha nggak tau, kata bu Guru, Atha langsung SD aja. Katanya Atha tuh pintar kalau di TK." Jawabnya dengan jujur dan kepala menunduk. Bukan Atha tidak paham arah bicara Darel, tapi yang Darel tanyakan ada benarnya.
"Oh. Berarti Atha harus sekolah sama Darel, terus kita bakal satu sekolah." Darel tau Atha mungkin tersinggung atas perkatannya. Seketika Atha menatap Darel tersenyum. Sungguh bahagia bukan, saat di mana masih berumur anak-anak, bisa bebas apapun tanpa memikirkan hal kesulitan.
"Hm, ya udah Atha langsung pulang deh, kalau maen juga paling Darel ngajak maen bola. Atha kan nggak suka," Atha memamerkan wajah cemberutnya.
"Wanita memang payah. Ya, udah pulang sana, nanti Mama kamu nyariin" Atha menghentakkan kakinya karena kesal. Altha tidak setuju dengan perkataan Darel, bahwa wanita payah dalam hal main bola.
"Dasar cowok semuanya aneh. Nggak kamu, nggak Ayah aku, sama aja." Ucapnya dan pergi begitu saja, membuat Darel tertawa kecil. Darel paling suka membuat Atha ngambek atau marah padanya.
Darel melihat Atha tengah di peluk ibunya. Saat Atha pergi, Darel terus menatap sang sahabat, sampai ia melihat di mana ibu Atha sedang menciumi seluruh wajah Altha.
sesaat Darel menunduk. Sungguh ia penasaran seperti apa sosok ibunya ?. Bolehkah Darel melupakan ibunya, karena bagi Darel hidup berdua saja sudah bahagia. Tapi melihat para temannya di peluk sang ibu, membuat Darel menginginkan sosok ibu. Tapi ia tidak mau mengecewakan Daddynya. Daddy segalanya bagi Darel.
"Mau sampe kapan lo ngehukum diri lo terus ?.""Sampai gue dapat maaf dari mereka."
"Kalau lo nggak usaha ya, mereka nggak akan bisa lo temukan."
"Gue udah usaha Nia, 6 tahun gue nyari mereka, tapi hasilnya ? Nihil."
"Dan lo nyerah, terus melampiaskan penyesalan lo ke pekerjaan gitu ?" Seketika orang yang sejak tadi berkutik di lapptop, diam membisu dengan pikirannya. Sejenak dia menunduk menarik nafasnya kuat-kuat sebelum air matanya terjatuuh.
"Gue nggak tau Tania, Di mana mereka, gua nggak tau." Suara penuh isak menahan sesaknya di dada. Ia menyesal. Sangat, bahkan.
"Dan selama 6 tahun, lo nyiksa diri. Buka hati buat para cowo nggak mau, bisanya kerja dan kerja. Gua tau propesi lo. Tapi lihat kesehatan lo, Kiara!!" Tania menatap sang lawan bicara, dengan tatapan sendu. Kiara Mustika, dialah wanita yang menghukum dirinya dengan cara melampiaskan penyesalan. 6 tahun ia menyesal. Menyesal tidak mendengarkan perkataan ibunya. Menyesal telah mengabaikan suami, dan lebih menyesalnya, ia tidak menginginkan sang anak. Namun sekarang ia mati-matian ingin bertemu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY HANDSHOME ( Revisi )
ChickLitDi tinggal istri tanpa alasan, menjadi Duda tanpa keinginan. Belum lagi harus membagi waktu dengan adanya sang anak yang kini kian mengerti tentang ibunya. Kadang kala dirinya juga bingung akan memberi pengertian pada anak semata wayang. Hidup Alzam...