Chapter 4

5.3K 354 50
                                    

Sepuluh bulan kemudian...

" Julianne.......".

Mr. McMahon memanggil Julianne dengan mendongakkan kepalanya pada pintu. Kepalanya yang sedikit botak dibagian atas menyembul dengan kacamata tebal miliknya yang khas. Rambutnya yang mengembang dibagian samping dengan warna keabuan.

Terkadang itu membuat Julianne teringat Ronald Mcdonald yang merupakan ikon sebuah restoran makanan cepat saji.

Beruntung Tuan McMahon adalah seorang atas yang ramah dan baik sehingga beban pekerjaan Julianne tidak bertambah. Karena pada umumnya, atasan yang kejam seperti seorang tentara romawi adalah beban terberat dari seorang pekerja.

Riset berkata seperti itu dan tidak bisa dipungkiri kenyataannya memang begitu.

" Ya Mr. McMahon? Apa yang bisa aku bantu?".

Dahi Julianne mengenyit dan ia menghentikan sejenak kegiatannya yang sedang mensketsa ulang beberapa proyek miliknya. Ia meletakkan pensil yang sedang digunakan dan kini menatap dalam-dalam pada Mr. McMahon.

" Apa kau bisa hadir dalam rapat yang sebentar lagi akan dimulai? ".

Julianne menatap bingung pada atasannya tersebut. Karena tidak ada pemberitahuan tentang rapat yang akan dilangsungkan dalam beberapa menit lagi, iapun tidak memiliki persiapan dan tidak sedikitpun mengetahui tentang materi dari rapat yang harus ia hadiri tersebut.

Julianne menghela nafas panjang dan menyadari bahwa ini adalah resiko sebuah pekerjaan.

" Tentu saja aku bisa".

Julianne meraih blazer yang tergantung rapi di pintu. Kemudian mengenakannya dan berjalan cepat menuju ruang rapat yang berada satu lantai dibawah ruangannya. Dan ia meninggalkan sketsa gambar setengah jadi yang sedang ia rancang.

Beberapa menit berjalan dan beruntung lift membantunya untuk tiba lebih cepat. Dengan mengetuk tumit heels hingga menimbulkan suara akhirnya dalam hitungan detik ia tiba diruangan rapat.

Berjalan cepat memasuki ruangan rapat yang ternyata memang telah dipenuhi oleh pegawai lain. Tentunya ada seseorang yang selama sepuluh bulan terakhir mengagumi sosok Julianne yang walaupun ia seorang perempuan namun memiliki karismanya tersendiri.

Pria itu adalah Dylan Humprey yang diam-diam ternyata menaruh perhatian pada Julianne.

Julianne bukanlah seorang gadis peka. Dia tidak pernah merasa bahwa dirinya merupakan seseorang yang rupawan. Walaupun pada kenyataannya, dia seperti sebuah magnet ketika memijakkan kaki dimanapun.

Ia memang memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun mata birunya seperti kolam dangkal di nirwana. Ia memiliki mata yang sangat menarik dan mampu menghipnotis lawan bicara ketika sedang ia tatap.

Rambut pirang cenderung platinum. Dia memiliki rambut memutih yang benar-benar sangat memukau. Dan bibir tipisnya yang manis adalah aset memukau lain yang ia miliki.

Dipadu dengan sikapnya yang bisa dikatakan keras kepala. Diluar itu, dia adalah gadis yang pantang menyerah dan itu tercermin dari wajahnya yang bersinar karena kepercayaan diri yang ia miliki memang sangat tinggi.

Bagi para laki-laki, ia seperti seekor kuda betina liar yang sangat menantang untuk ditaklukan. Walaupun pada kenyataannya setelah sepuluh bulan berlalu, tidak ada satu orang pun yang berhasil melakukannya.

" Hai Julianne.......".

Sapa Dylan pada Julianne. Ia memang tak henti-henti menatap Julianne yang kini terlihat kebingungan. Ia bekerja pada Fountain Architect and Building yang memang memperkerjakan beberapa arsitek didalamnya.

Fake Husband ( A wedding tale story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang