Chapter 10

2.5K 253 48
                                    

Julianne terbangun dari tidurnya. Melirik ke arah jam yang berada diatas nakas. Sudah jam setengah tujuh pagi dan segera dirinya harus bersiap untuk berangkat kerja.

Dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. Penglihatannya masih sedikit terasa kabur dan berusaha untuk memfokuskannya. Masih dengan pakaian tidur semalam, dia beranjak menuju ruang makan yang terletak tidak jauh dari kamarnya.

Sinar matahari membias di jendela kaca apartemen. Tentu saja itu karena Julianne yang terbangun terlalu siang. Memutuskan untuk membuka kulkas yang berukuran tidak terlalu besar.

" Tentu saja karena dia laki-laki ".

Gumamnya tidak heran.

Terheran dengan isi dari kulkas Jacob. Hanya beberapa liter susu kotak, buah-buahan yang tidak terlalu banyak macamnya. Baiklah, memang apartemen Julianne jauh lebih kecil dari milik Jacob sembari menggeleng-gelengkan kecil kepalanya.

" Of course dia memang seorang bocah laki-laki kecil ".

Mengalihkan kegiatan dengan membuka lemari-lemari kecil dan laci kecil di meja. Hasilnya pun nihil. Julianne hanya menemukan beberapa bumbu-bumbuan yang menurutnya bahkan tidak perlu ada di dapur Jacob.

Menghela nafas panjang menatap sembari menggigit kuku ibu jarinya. Menggoyang-goyangkan badan dan menyusun rencana untuk hari ini.

" Apa ada yang bisa aku bantu, Nona Brooks? ".

Suara itu sentak membuat Julianne terkejut. Segera dia memalingkan wajahnya kearah asal suara tersebut.

Tentu saja itu Jacob. Siapa lagi jika bukan dirinya. Jacob berdiri sudah dengan setelan yang rapi. Dia seperti sudah bersiap untuk berangkat bekerja.

" Tentu saja tidak, Tuan Henry. Terima kasih ".

Sedikit tersenyum ragu. Julianne bingung bagaimana harus bersikap kepada rekan kerja dan musuhnya ini.

Jacob memperhatikan gerak-gerik Julianne dengan amat sangat teliti. Kemudian berganti menuju dibelakangnya yaitu dapur. Kemudian dia tersenyum kecil seolah mampu menerawang apa yang sudah Julianne lakukan.

Terkekeh kecil.

Walaupun dia laki-laki, dia hafal betul bagaimana terakhir kali dirinya menggunakan dapurnya. Julianne sedikit ceroboh dengan membiarkan pintu kulkas terbuka.

" Aaaaahhh, Jadi kau sedang mencari sepotong keju tikus kecil? ".

Dahi Julianne berkenyit. Dia heran mengapa Jacob bisa tahu jika dirinya sedang mencari makanan. Memalingkan kearah dapur dan menemukan pintu kulkas terbuka, tentu saja segera ia menghardik dirinya didalam hati.

" Aku terbiasa sarapan pagi, apa kau tahu Jacob? ".

Dengan gaya angkuh, Julianne mencoba menampik rasa malunya. Memberi argumen atas apa yang sedang terjadi. Dia tidak bohong hanya saja pagi hari menjadi sedikit 'drama'.

" Aku juga tetapi aku terbiasa sarapan pagi diluar. Jadi jangan heran kenapa kau tidak menemukan roti atau apapun didalam kulkasku ".

Jacob menatap dan itu seperti tatapan ' hati-hati dengan perbuatanmu disini '. Kurang lebih seperti itu atau mungkin Julianne yang menangkap seperti itu. Entahlah..

" Aku harus mandi ".

Melirik jam diruang tamu dan menemukan bahwa kini waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh tiga menit. Jika tidak bergegas, dia bisa saja terlambat. Tanpa mengucap apapun, Julianne kembali kekamarnya dan mempersiapkan diri.

Fake Husband ( A wedding tale story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang