Stranger

8.8K 136 14
                                    

Lucy kembali melewati lorong yang gelap tersebut. Melainkan aku masih terbaring lemah tak berdaya ditanah. Lucy membawa banyak pelayan, pelayan-pelayan tersebut mengangkatku dari tanah.

Aku merintih kesakitan saat diangkat, jujur saja luka disekujur tubuhku terlalu sakit, bahkan jika disentuh terasa sangat sakit.

Mereka membawaku ke kamar mandi. Mereka membersihkan tubuhku dari cairan merah yang terus mengalir dari tubuh ku. Rasanya sangat pedih, terlalu pedih hingga aku merintih dan berteriak kesakitan.

Mereka memberiku pakaian yang baru, dan pelayan wanita membantuku mengganti pakaian ku. Mereka tahu aku sudah sangat tidak bertenaga. Aku ingin menanyakan tetapi aku terlalu lelah dan sakit untuk berbicara.

Mereka membawaku ke sebuah ruangan, dalam ruangan tersebut terdapat beberapa lemari perabot dan sofa yang besar dan panjang. Mereka membawaku masuk. Saat masuk, aku melihat Lucy berdiri melipat tangannya didadanya dan menoleh ke arahku.

Aku memberontak agar tidak masuk ke ruangan tersebut, aku terlihat seperti orang kejang-kejang, tetapi mereka terus memaksaku dan membawaku ke dalam ruangan. Aku yang masih lemah dan tidak berdaya tidak sanggup melawan mereka.

Aku dibaringkan oleh mereka di atas sofa yang panjang tersebut, salah seorang pelayan pergi berjalan ke arah lemari perabot dan mengambil obat dari dalam lemari, aku melihat susunan obat yang sangat banyak.

"Mungkin aku bukan yang pertama disiksa seperti ini, untuk apa obat sebanyak itu, mereka kan kaya, mereka bisa saja pergi ke rumah sakitkan." Pikirku.

Obat-obat yang diambil pelayan tersebut sekarang akan digunakan pada tubuhku. Saat obat tersebut dipakai di permukaan kulitku, walaupun hanya sedikit. Rasanya sangat sakit dan pedih, aku terus merintih kesakitan dan berteriak hingga mereka selesai menggunakan obatnya.

Tanpa disuruh oleh nek lampir, mereka semua berjalan keluar ruangan menutup pintu meninggalkan aku dan nek lampir berdua di ruangan yang besar ini.

Menurutku, Nek Lampir lebih cocok untuknya dari pada Gadis Licik, lebih tidak cocok lagi dipanggil nyonya Lucy.

Aku berusaha bangkit agar dapat keluar dari ruangan, tetapi usahaku tetap saja sia-sia. Aku terlalu lemah saat ini. Lucy berjalan ke arah mendekat ke arahku. Aku semakin bergerak tak terkendali agar dapat berdiri dan menjauh dari nenek lampir tersebut. Bukannya berdiri, malahan aku terjatuh dari sofa tersebut.

Lucy berjalan dan berdiri di depan ku. melainkan aku terbaring di lantai. Jantungku berdetak dengan kencang, aku takut berada di dekatnya.

"Jangan mendekat.." ucapku dengan takutnya.

Lucy berjongkok dan menatapku. Aku berusaha bangkit dan menjauh. Tiba-tiba Lucy mengulurkan tangannya, wajahku semakin pucat dan semakin takut.

"Pergi!!!" Teriakku.

Aku terkejut dan masih merasa ketakutan atas apa yang terjadi padaku.

Lucy menarik tanganku dan sekarang posisiku berdiri. Secara mendadak dia mendorong bahuku dengan kedua tangannya. Karena aku masih tidak bertenaga, aku jatuh terlentang ke atas sofa. Aku melihat wajah Lucy dengan sangat jelas dengan posisi ini.

Wajahnya yang sangat manis dengan senyum liciknya. Matanya yang masih bengkak karena tangisannya tadi pagi. Tangannya yang tadi melayangkan berbagai alat mengerikan ke tubuhku.

"Jangan sentuh aku lagi!" Ucapku yang tanpa sadar telah menetaskan air mata.

Lucy mendekatkan wajahnya ke wajahku, wajahnya semakin jelas kulihat. Tangannya mengusap air mataku, dia duduk disampingku. Aku kehabisan kata-kata dia sangat jahat padaku dan aku masih sangat takut padanya.

Dia hanya duduk diam dan terus menatapku, otakku sangat takut dengannya, melainkan tubuh sudah sangat tidak berdaya dengan sayatan dan lebam dari kejadian tadi.

Tanpa ku sadari, aku tertidur. Ya, benar, aku tertidur disampingnya. Aneh bukan, tadi pagi, dia menangis di pelukanku. Setelah itu, aku disiksanya tiada ampun. Sekarang, aku tidur disampingnya. Ini terlalu gila bagiku. Yaa, mungkin juga karena luka ini terlalu sakit dan terlalu lelah.

...

Saat aku terbangun, Lucy masih duduk disampingku, seperti posisi yang sama seperti saat aku tertidur.

Matanya yang masih bengkak terus menatapku, kutatap kembali dia, mata kami bertemu...

Dia memalingkan wajahnya.

"Ini masih awal" ucapnya tiba-tiba.

Ucapannya tak dapat ku mengerti, semuanya terlalu rumit, dari awal bertemu dengan mak lampir semuanya itu rumit, tak ada yang kuketahui.

"Tok... tok... tok..."
terdengar suara ketukan pintu.

Terlihat seorang sepasang suami istri yang cukup tua, dan seorang pria dewasa di belakang mereka membuka pintu, jika kutebak mereka adalah keluarga nenek lampir.

"Woahh!! Apa yang terjadi disini?!! Siapa dia Lucy?!!!" Teriak pria yang lebih tua sambil menunjuk ke arahku.

Lucy hanya diam membisu dan menatapku, pria yang dewasa berjalan ke arah kami, lebih tepatnya ke arahku.

"Ahhhh!!! Dia cukup menarik" ujarnya sambil berusaha menyentuhku dengan menampilkan senyuman yang licik persis seperti nenek lampir.

Terlihat tangannya ditangkis oleh tangan kecil yang putih.
"Jangan sentuh dia!" Teriak Lucy

"Wow! Sudah berani melawan yaa sekarang! Dasar sampah!!!" bentak laki-laki dewasa tersebut

Tubuh reflek melihat tangan yang melayang ke arah nenek lampir, sekarang nenek lampir berada dibelakangku dan sebelah tanganku menahan tangannya dalam genggamanku.

"Wow! Hebat sekali kalian, kalian benar-benar seperti keluarga! Hahahaha.... keluarga sampah!!!
Ucapnya sambil tertawa keras dan memaksa tangannya lepas dari genggamanku.

"Michael, sudah cukup! Biarkan mereka!" Potong pria yang lebih tua disaat suasana aneh ini.

"Mari kita lihat nanti, hehe..." ujar pria yang bernama michael ini sambil mengacungkan telunjuknya kearahku

Mereka keluar dari ruangan ini dengan membanting pintunya.

"Siapa mereka hah? Aku terlalu lelah untuk semua ini... tubuhku masih sakit dan sekarang berlagak mau melindungi orang yang tadi bikin aku sakit?" Pikiranku terus disambar pertanyaan dan pernyataan "aku lagi gila yaa? Sakit banget ini badan dan sekarang muncul orang-orang yang senyumnya juga licik"

Saat aku berpikir keheninganpun terjadi, terasa cengkraman yang amat kuat pada pundakku.

"Apaan sih nek lampir?" Sambil menoleh ke arah belakang melihatnya.

Tangan dan badannya bergetar dengan kepala menunduk ke arah bawah. Sikap yang tidak pernah kulihat. "Mungkinkah dia takut?" Terka ku.

Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya memeluknya untuk sementara waktu agar dia tenang.

Ini semua aneh, semuanya tidak dapat kumengerti. Anehnya tubuhku juga tidak sesakit tadi lagi, hanya saja tubuhku terasa seperti api membara yang tidak kumengerti kenapa, dan orang-orang asing ini beserta peristiwa aneh yang beruntun ini bisa membuat ku GILA!!!

----

Holla, udah lama ga update yaa... wkwkwk sorry yaa...

Btw, jgn lupa kasih bintang dan commentnya wkwkwk

THANK YOU 😆😆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blind SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang