Tangisnya

9.8K 128 2
                                    

Pada bagian cerita ini mengandung unsur kekerasan. Bagi yang tidak kuat mohon tidak membacanya.
~jadi udah lama banget nih ga update. Sorry banget ya, lagi sibuk berat, dan tahun ini bener-bener bikin aku stress deh, hehe. Happy Reading.. Thank you..

--

"Apa dengan menuruti semua kemauannya, dia tidak akan menyiksaku?"pikirku

Jika aku tidak disiksa, aku rasa hidup dibalik jeruji lebih baik dari pada harus kembali ke rumah paman dan bibi.

Dari lorong yang gelap terlihat seorang pelayan lucy berjalan ke arah jeruji, aku hanya duduk diam menatapnya. Dia membukakan pintu jeruji ini. Akupun semakin bingung dan menatapnya dengan muka bodoh.

"Keluarlah, hiburlah Nyonya Lucy." Ucapnya.
"Kenapa dengan gadis licik? Dan kenapa harus aku yang menghiburnya?" Tanya ku.
"Kamu akan mengerti nantinya." Ujarnya.

Aku semakin bingung dibuatnya, aku berdiri dan berjalan keluar bersamanya. Dia menuntunku ke kamar Lucy.

"Masuklah." Katanya kepadaku dan pergi meninggalkanku.

Ku ketuk pintu kamarnya dan membuka pintunya. Ini pertama kali aku masuk dan melihat kamarnya gadis licik. Di tempat tidur terlihat Lucy sedang berbaring, akupun mendekatinya. Dia menoleh ke arahku. Terlihat mukanya yang merah dan matanya yang berair dengan napasnya yang tidak beraturan.

"Dia menangis??" Pikirku. Dia hanya terus pada posisi yang sama sambil menutup mukanya dengan selimut. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Lucy, ada apa?"tanya ku dengan bingungnya.

Dia tidak menjawab, tiba-tiba saja dia memelukku dan menangis dengan kerasnya. Hatiku terasa sakit melihatnya menangis, selalu saja begini, pikiran dan hatiku selalu berlawanan. Tetapi karena saat ini aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, aku hanya membelai kepalanya dan mengusap-usap punggungnya.

Tangisannya pun reda, matanya bengkak karena air mata diteteskannya.

"Hey, air matamu bisa kutampung dengan ember, dan kurasa 1 ember pun penuh." Hiburku.

Dia hanya menatapku, aku mengambil kan air untuk diminumnya. Dia meminumnya dan aku tersenyum tanpaku sadari.

Dia masih duduk di tempat tidurnya, aku menemaninya duduk disampingnya. Dia hanya duduk terdiam menyandarkan kepalanya ke bahuku.

"Mau curhat ga?" Tanya ku.

Dia hanya menatapku dan tidak menjawabku.

"Katakanlah mungkin aku bisa membantu, walaupun kamu licik, kamu juga manusia." Ujarku.

"Diam seperti ini sebentar saja." Balasnya.

Dia menutup matanya sambil menyandarkan kepalanya dibahuku.

Aku terus berusaha berpikir apa yang terjadi, aku masih belum mengerti apa yang terjadi dari awal aku disini hingga akhir. Tetapi, aku juga lebih tidak mengerti kenapa aku harus memperlakukannya dengan baik. Mungkin aku bisa bertanya kepada beberapa pelayan dirumah ini nantinya.

Dia beranjak bangun dari kasurnya dan keluar dari kamarnya.

"Lah kok aku jadi ditinggalin. Padahal tadi disuruh diam seperti ini sebentar!" Ujarku sambil ngomel-ngomel sendiri

Aku juga keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi yang biasa aku gunakan. Walaupun Lucy tidak menyuruhku membersihkan diri
Aku mandi dengan air dingin untuk mendinginkan kepalaku yang panas.

Setelah selesai, aku berjalan keluar dari kamar mandi tak lama kemudian dua pria berbadan besar kemarin yang ada ditaman kembali menarikku dan menyeretku.

"Apa-apaan ini?!!!"Teriakku sambil diseret mereka.

Mereka menyeretku melewati loron gelap ke tempat jerujiku. Mataku tidak bisa berkedip seakan tidak percaya. Mulutku terbuka dengan lebarnya melihat apa yang ada didalam jeruji tempat ku.

Coba tebak apa yang aku lihat. Aku melihat jerujiku yang dalam sekejap berubah menjadi tempat yang berisi barang yang tidak ku mengerti.

Tanganku diborgol diatas kepalaku pada sebuah tiang. Aku dengan terkejutnya hanya bisa menatap jeruji melingkarku ini dipenuhi alat-alat mengerikan.

Lucy pun akhirnya keluar dari lorong gelap tersebut dan kedua pria yang besar tersebut pergi keluar dari lorong gelap tersebut. Melainkan aku hanya bisa berteriak dan berteriak, karna aku diikat dan tidak bisa bergerak.

"Hey Lucy lepaskan aku!" Bentakku dengan spontan.

Dia berjalan ke arahku dan menutup mulutku yang berisik dengan penutup mulut.

"HHMMMM....HHMMMM...!!!" Aku berusaha berteriak tetapi tidak ada guna. Jantungku berdetak sangat kecang. Aku ketakutan jujur saja aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

Lucy berjalan mengelilingi tubuhku sambil melihat alat-alat mengerikan disekitarku. Dengan senyum liciknya berkata "Awww... lihat wajahmu sekarang sangat seru untuk ditonton."

Aku hanya bisa menatapnya dan berusaha berteriak.

"Mari kita mulai dari yang ringan." Ujarnya sambil mengambil cambuk. Dia berjalan kearahku dan melihat tubuhku.

"Bagian mana yang ingin kamu rasakan dulu? Mari kita mulai dari yang empuk." Katanya.

Cambuk tersebut melayang ke arah bokongku. Jujur saja aku tidak tahu cambuk macam apa yang dia gunakan tapi rasanya sangat sakit, lebih sakit dari rotan yang digunakan paman dan bibi.

"Sudah cukup, mari kita mulai dengan benar."ucapnya dengan senyuman liciknya yang manis.

Lucy melayangkan cambuknya dengan keras ke arah tubuhku. Aku menggertakkan gigiku menahan sakitnya cambuk yang melayang ke sekujur tubuhku, mulai dari bagian atas tubuh hingga ke ujung tubuh ku. Rasanya sakit sekali.

Lucy mengambil barang yang lain dan mulai memukuli ku lagi.

"Hmmmm.... Hmmmm.... hmm....." Aku merintih kesakitan dan kembali menggertakkan gigiku. Tanpa sadar air mataku mengalir karena kesakitan disekujur tubuhku. Gadis licik terus memukuliku dengan keras dan tanpa ampun dengan berbagai alat. Melainkan aku hanya bisa berteriak, menggertakkan gigi dan menahan rasa sakit ini.

Sekujur tubuh ku penuh darah, bajuku yang tadinya rapi juga dipenuhi warna merah. Lucy membuka penutup mulutku dan melepaskan borgol yang mengikat tanganku.

Setelah Lucy melepaskannya aku langsung terjatuh ke tanah, aku tidak bisa bangkit, aku merasa tenagaku telah habis untuk menahan rasa sakit dari semua pukulan tersebut, akupun tidak bisa membuka mulutku untuk berbicara kepada Lucy. Bukan hanya tubuhku yang sakit, hatiku juga teramat sakit.

Dapat ku rasakan air mata mengalir membersihkan darah yang ada diwajahku. Aku merindukan ayah dan ibuku. Selama mereka tidak ada, aku selalu tersiksa, aku menangis dan merintih kesakitan disekujur tubuhku. Lucy hanya berdiri didepanku dan terus menatapku dengan senyumnya yang licik...

Hatiku benar-benar hancur. Apa yang terjadi pada hatiku, akupun tidak mengerti, aku hanya bisa berpikir hidupku sangat hancur dan menangis menyedihkan ditanah.

Lucy dengan santainya berjalan kembali ke lorong gelap dan meniggalkan aku sendiri. Aku hanya bisa menatap langit-langit yang gelap dan menangis.

Blind SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang