Pagi itu seperti biasa Lia menyunggingkan senyum melepas kepergian suaminya ke tempat kerja. Setelah suaminya tak tampak lagi dalam penglihatannya ia menutup pintu.
Ia merebahkan punggungnya di kursi plastik bersandar diruang tamu. Keningnya berkerut, wajah masamnya mengingat lagi obrolan dengan suaminya semalam."besok mas mau ada urusan yang harus diselesaikan, jadi pulang agak larut ya" ucap Robby, suami Lia usai makan malam.
"mas ga makan dirumah dong?" tanya Lia.
"iya mas makan diluar aja ya, maaf besok mas ga bisa nemenin kamu makan malam" jawab suaminya sambil berlalu setelah mengusap kepala Lia lembut. Lia masih penasaran dan mengikuti suaminya keruang tamu.
Robby yang baru memegang ponselnya mengurungkannya lagi karena melihat Lia mengikutinya.
"urusan apa sih mas kalau boleh tahu?"
Robby melirik Lia lalu menghempaskan punggungnya kekursi. "urusan kerjaan"
"ga biasanya sampai larut malam"
Robby menghela nafas tak menjawab.
"mas..." Lia menyentuh paha suaminya pelan.
Robby mendengus kesal sambil beranjak pergi. "mas keluar cari angin dulu" ucapnya sambil mengantongi ponsel ke saku bajunya.
Tiba-tiba hati Lia pun diselimuti perasaan aneh dan curiga. Namun ia berusaha menyembunyikannya.
Saat Lia melihat suaminya telah tertidur, diam-diam ia mengambil ponsel suaminya yang tergeletak disamping bantal. Dengan perasaan tak menentu ia mengecek dengan teliti ponsel suaminya. Lia berhenti di menu panggilan terakhir, ada nomor berinisial S yang diperkirakan terjadi saat suaminya keluar rumah mencari angin. Dan ternyata itu tidak hanya sekali. Ada beberapa panggilan juga dihari dan jam lain. Lia terdiam. Pikirannya mulai digelayuti oleh pikiran negatif. Semakin dipikirkan ia pun merasa pusing, akhirnya ia memutuskan untuk tidur.