Penunggu

181 6 1
                                    

Hujan malam ini cukup deras sehingga aku merasa tak mungkin melanjutkan perjalanan pulangku menggunakan sepeda motor , walaupun memakai jas hujan tapi penglihatanku pasti tidak cukup jelas , jadi aku putuskan untuk duduk di sebuah warung kecil di pinggir jalan sekitaran puncak ini . Ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok aku duduk menunggu hujan mereda agar aku bisa melanjutkan perjalanan.

Tapi hingga pukul 11 malam ternyata hujan sama sekali tidak mereda malah makin lebat , pakaianku yang tadinya basah kuyuppun kini sudah sedikit mengering tapi tetap terasa lembab dikulitku . Ini sudah gelas kopi ketigaku malam ini dan entah sudah berapa batang aku merokok sejak tadi , aku sedikit iri dengan pemilik warung yang memakai jaket cukup tebal dan penutup kepala , ia terlihat lebih hangat dan nyaman saat itu. Dan saat jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat , hujan mereda menyisakan gerimis yang menjadi tanda kalau aku bisa melanjutkan perjalanan , aku keluarkan satu lembar uang 50ribu untuk membayar dan tiba - tiba suara rem mendecit cukup keras dari arah tikungan di belakangku yang ternyata adalah bus yang sedang berhenti mendadak , lampus didalam bus dinyalakan lalu terlihat sang kernet turun lalu tak lama naik kembali dengan terburu - buru , bus itupun lalu melaju lagi dengan cukup kencang . Dan ditempat bus itu berhenti tadi terlihat seseorang dengan pakaian serba merah berdiri di pinggir jalan , wanita berhenti di pinggir jalan gelap jam segini ?

Aku melajukan motorku melewati wanita tersebut yang hanya berdiri disana , "kasihan" pikirku saat melewati wanita tersebut , mungkin yang menjemput sedikit terlambat karena terkena hujan . Entah berapa menit sejak aku melewati wanita tersebut , perasaanku sedikit gelisah saat itu hingga akhirnya aku memutar balik dan mencoba melihat keadaannya . Dan benar saja , saat aku sampai di tempat tadi wanita tersebut masih berdiri disana dan akupun menghampirinya lalu berkata "teh , gak nunggu di warung aja ? Masih gerimis trus bahaya berdiri dipinggir jalan gini teh" , tapi ia hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan , "yang jemput belum dateng teh ? Mungkin ketiduran , kenapa gak ditelpon aja teh?" , tanyaku lagi tapi ia juga hanya menggelengkan kepalanya lagi.Aku cukup kebingungan saat itu , sempat terpikir untuk meninggalkannya karena mungkin ia mengira aku akan berbuat jahat kepadanya , "atau mau dianter teh ? Tinggalnya dimana ?" Tanyaku terakhir kali , jika ia tidak menjawab kali ini akan aku tinggalkan saja.

Kini ia menunjuk ke sebuah arah dan wanita itupun mengangguk , ia langsung naik ke atas motorku dan duduk menyamping tapi saat itu juga ada wangi yang cukup familiar di hidungku tapi aku tak tau ingat ini wangi apa belum lagi hidungku sepertinya terkena pilek karena hujan dan udara yang sangat dingin ini. Sebelum aku bertanya hal lain , wanita itu sudah menunjukkan arah dengan telunjuknya sehingga tanpa pikir panjang aku melajukan motorku dan sekitar 500 meter dari tempat tadi ia menunjuk jalan kecil yang ditandai sebuah lampu kecil , aku sempat ragu karena jalan ini berlumpur dan seperti mengarah masuk ke hutan tapi dari sini masih bisa terlihat ada lampu - lain , mungkin kampungnya agak kedalam pikirku sambil melajukan motorku perlahan dijalanan kecil yang berlumpur ini. Hanya berpatokan dengan lampu yang berada diujung jalan aku terus menelusuri jalan yang dikelilingi pepohonan ini , tapiii..

Daritadi kenapa aku merasa kalau lampu diujung jalan itu masih terlihat jauh ya ? Sepertinya aku tidak semakin dekat ke perkampungan tersebut , hingga aku bertanya lagi kepada wanita itu lagi "teh , ini emang jauh ya ke dalemnya ?" , sambil menatap spion dan betapa kagetnya saat aku melihat kalau wanita tersebut sudah tidak berada di jok belakang motorku lagi. Aku hentikan motorku dan melihat ke sekelilingku , kini tidak terdengar suara apapun selain suara binatang yang saling menyaut dengan pelan seperti mengolok-olok keadaanku yang sedang ketakutan . Lampu di ujung jalan tersebut juga kini telah meredup dan hilang dari pandanganku , hanya lampu motorku yang menerangi jalanan gelap dan berlumpur ini . Aku tak perlu berpikir dua kali sebelum memutar motorku dan beranjak pergi darisana dan aku juga tak perlu berpikir dua kali saat aku sadar wanita yang tiba - tiba menghilang itu adalah mahkluk halus .

Jangan lihat kebelakang , jangan lihat kebelakang , pikirku berulang - ulang sambil terus berharap jalan keluar dari jalan ini akan segera terlihat tapi entah berapa lama aku sepertinya hanya berputar - putar di jalan ini saja , mulutku tak berhenti berdoa selama perjalanan tapi percuma saja rasanya sudah cukup lama aku berputar - putar disini tapi tak menemukan jalan keluar dari jalan yang gelap ini , aku hentikan motorku dan menundukkan kepalaku , ingin menangis rasanya saat itu hingga tiba - tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dan berkata " Hei , ngapain berhenti disini malam - malam ? " , aku menolehkan wajahku dan melihat seorang bapak - bapak yang sudah cukup tua berdiri sambil mengarahkan senternya kepadaku , raut wajahnya terlihat sedikit marah kepadaku dan dengan pelan aku berkata kepada bapak tersebut " maaf pak , saya tersesat " .

"Nyasar sih nyasar , tapi jangan sampe masuk ke daerah perkuburan gini atuh " , ucap bapak itu dengan kesal , aku yang kaget luar biasa melihat ke sekeliling dan baru menyadari kalau aku kini ada di tengah daerah perkuburan , dengan dibantu bapak tersebut kami mendorong motorku keluar dari area perkuburan tersebut dan ia menunjukkan arah keluar dari jalan ini hingga kembali ke jalan raya . Bapak itu tak banyak bicara atau bertanya mengapa aku bisa sampai situ , aku berasumsi ini adalah hal yang sudah biasa terjadi di sekitar sini dan aku tak mau bertanya macam - macam karena aku tak mau lebih ketakutan lagi mendengar hal - hal aneh yang lain , tapi yang pasti saat aku telah berhasil kembali ke jalan raya dan melewati tikungan itu , aku masih melihat wanita berpakaian serba merah tersebut masih berdiri disana .

Bedtime StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang