Gara-Gara Apaan??

16.5K 1.4K 185
                                    

Selamat pagi selamat ulang tahun Amelia Putri Wijaya. Yup pagi ini adalah hari jadiku yang ke 23 tahun, tua gak sih. Gak dong masih kece begini, walaupun masih jomblo tapi hidup harus bahagia kan.

Dan pagi ini aku sudah tampil cantik dengan dress bunga-bunga tanpa lengan yang ditutupi brazer hitam, flatshoes hitam dengan rambut kubiarkan tergerai indah. Yup hari ini aku siap mengubek seluruh Mall di Jakarta, hahaha refresing sekaligus membantu si Kancil mencari barang seserahannya minggu depan.

''DEK HAPPY BIRTHDAY!!''. Teriak Mbak Billa ketika aku menuruni tangga, dan ternyata Mbak cantikku itu sedang membawa sebuah cake cantik atas namaku dengan angka 23 diatasnya.

Aku tersenyum lalu berjalan mendekat dan memeluk Bunda yang sudah siap dengan tangan yang ingin memelukku. Dan ternyata di meja ruang tengah sudah disiapkan minuman serta kue kecil untukku. Ya ampun berasa usia tiga tahun saja padahal udah 23 tahun.

''Tiup dulu dong lilinya''. Seru Mbak Billa padaku, aku tersenyum bahagia. Biasalah ya sebelum niup tutup mata lalu berdoa dulu.

Semoga hidupku membawa berkah baik buatku kedua orang tua dan semua orang. Amin.

''Anak Bunda tambah dewasa, selamat ulang tahun ya dek. Jangan bandel lagi udah besar sakarang kan, malu sama umur''. Kata Bunda sambil menciumku bertubi-tubi. Aku tersenyum bahagia lalu membalasnya dengan senyuman juga. Tau gak bahagia yang paling sederhana itu diginiin sama Bunda.

''anak Ayah sini''. Kata Pak Bos padaku, aku langsung saja memeluknya tersenyum bahagia pada pangeran sekaligus pria pertama dalam hidupku ini. ''Kadonya mana Yah''. Kataku sambil bermanja ria dengan Ayah yang duduk di sofa hitamnya.

''Yey udah besar masih aja minta kado, kalah tu Zia''. Grutu Mbak Billa sambil meletakkan kue berlapis oreo kesukaanku itu. Aku mendengus lalu menatap Ayah dengan pandangan berbinar andalanku.

''Emang kamu mau kado apa dari Ayah?''. Tanya Ayah sambil memgecup pelipisku penuh sayang. Aku berfikir ketika Mbak Billa sudah nyeplos duluan.

''Restu buat nikah Yah''. Meledaklah suara tawa Mas Alif yang sejak tadi hanya diam diikuti oleh Mbak Billa yang juga tertawa. Dasar pasangan sableng jadi orang tua bukannya tobat malah keluar jalur, ck Bunda yang melihat itu hanya menggeleng pelan.

''Emang adek udah punya pasangan lagi?''. Pertanyaan Ayah seperti mengatakan aku selalu gonta-ganti pasangan saja. ''gak usah didengerin Yah, mbak Billa asal omong aja''. Kataku tapi namanya Mbak Billa bukannya malah diem tambah kompor.

''Itu kemarin yang nganter kamu pulang pas kecelakaan siapa?''. Aku melotot sebal ke Mbak Billa, malah ngungkit masalah itu lagi.

''emang siapa? yang nabrak Amel kan mbak. Wajar dong dianterin itu namanya tanggung jawab''.

''Tapi gak usah peluk-peluk segala adek!!'' aku melotot tajam kearah Mbak Billa heran deh comel banget sih mulutnya.

''Itu mapah ya mbak mapah, bukan peluk-peluk. Lagian mbak kan tau lututku sakit, udah ah gak usah dibahas lagi''. Kataku ketus sambil melengos kearah Bunda yang sejak tadi diam melihat ku beradu mulut dengan Mbak Billa.

Akhirnya aku memotong kue lalu kusuapkan kepada Bunda dulu baru Ayah dan aku makan sendiri. Mbak Billa sama Mas Alif, biyarin deh ambil sendiri males aku sama mereka.

''Emang siapa sih yang kalian maksut itu?'' tanya Bunda tiba-tiba membuatku menatap Mbak Billa semakin tajam, awas saja jika omong yang bukan-bukan ku pites nanti.

''Assalamualaikum''. Suara salam dari depan menghentikan mulut Mbak Billa yang akan kembali berbicara. ''walaikumsalam''. Jawab kami bersamaan. Ayah melepaskanku dari pelukannya lalu berdiri ketika Bunda terlebih dahulu berjalan ke depan.

Amelia (E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang