Dara pov
Aku langsung menggigil begitu keluar dari gedung yang menjadi tempatku bekerja. Angin musim dingin menerpa wajahku membuatku berjalan dengan kepala tertunduk. Aku menjejalkan kedua tanganku ke dalam coat yang aku pakai sambil berjalan sedikit cepat untuk segera mencapai jalan. Aku langsung menyunggingkan senyumanku saat mendapati seseorang yang kini sedang berdiri di depan sebuah mobil sport berwarna merah. Dia melambaikan sebelah tangannya kepadaku sedangkan tangan satunya dia masukan ke dalam coat yang dia pakai. Aku berjalan cepat untuk segera menemui orang itu, aku sungguh sangat merindukan orang itu, seseorang yang selama dua tahun terakhir ini sudah menjadi kekasihku.
"Kau sudah pulang?" Aku tersenyum sesaat setelah berhasil mencapai tempatnya berdiri, dia mengangguk sambil tersenyum sangat manis. "Kau harusnya langsung pulang ke apartemenmu. Aku yakin kau pasti sangat lelah." Lanjutku.
Dia mengeratkan syal yang aku kenakan di leherku. "Aku merindukanmu." Katanya. "Makanya aku langsung kesini setelah aku selesai."
"Aku juga merindukanmu." Ujarku kemudian memeluknya yang dia balas dengan memelukku erat.
"Aku akan menginap di tempatmu." Katanya setelah melepaskan pelukannya di tubuhku.
"Wae?" Tanyaku sambil mendongkakan kepalaku untuk lebih melihatnya. "Kenapa tiba-tiba?"
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu malam ini." Katanya. "Tidak melihatmu selama empat hari benar-benar membuatku gila."
"Tapi apartemenku sangat berantakan."
"Kalau begitu aku akan membuatnya lebih berantakan lagi." Katanya sambil menggapai tanganku yang menggantung. "Kenapa kau tidak memakai sarung tangan?" Tanyanya yang menyadari tangan telanjangku yang tidak terbalut sarung tangan. "Cuacanya sangat dingin, bisa-bisa kau sakit." Dia mengangkat kedua tanganku kemudian menggesekannya dengan tangannya sendiri lalu meniupnya untuk membuatnya lebih hangat. Aku bisa melihat kepulan uap keluar dari mulutnya saat dia melakukan itu.
"Aku tidak perlu khawatir, karena kekasihku adalah seorang dokter." Ujarku sambil tersenyum. "Kau pasti akan mengobatiku bukan?" Aku terkekeh karena ingat bahwa dia selalu berusaha untuk tetap membuatku sehat, dia akan selalu menemaniku saat aku sedang sakit, bahkan saat aku hanya terserang flu saja dia akan menjadi heboh dan tidak akan membiarkan aku untuk pergi keluar dan bekerja. Dia selalu menyuruhku istirahat tentunya dengan dia yang selalu ada di sampingku saat aku membutuhkannya.
"Tentu saja." Ujarnya kemudian dia berjalan untuk membukakan pintu mobilnya. "Cepat masuk!" Perintahnya. "udara semakin dingin. Dan aku ingin segera mencumbumu." Lanjutnya dengan memasang senyuman mesum yang menggoda. Aku tertawa kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Hari sudah hampir tengah malam saat aku dan Jiyong kekasihku melangkah memasuki gedung apartemenku di daerah Cheongdam-dong, aku dan dia tadi mampir dulu ke sebuah restoran untuk membeli makan malam, makan malam yang telat sebenarnya karena kesibukan kami berdua yang membuat kami terpaksa harus melupakan urusan makan. Jiyong adalah seorang dokter bedah di sebuah rumah sakit besar di Seoul, sedangkan aku adalah seorang PD sebuah acara musik di salah satu stasiun televisi besar di Korea.
Jiyong membantuku melepaskan mantel tebal yang aku pakai kemudian menyimpannya di sandaran sofa, lalu dia melepaskan mantel miliknya sendiri dan menyimpannya di tempat yang sama dengan mantelku.
Aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum dan setelah aku membuka kulkas lalu mengambil air dingin tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhku dari belakang.
"Apa yang kau lakukan huh?" Tanyaku sambil memiringkan kepalaku untuk melihat Jiyong yang kini sudah menempalkan kepalanya di bahuku.
"Aku lelah." Gumamnya. "Biarkan seperti ini dulu sebentar." Dia membenamkan kepalanya di leherku. Aku dapat merasakan hembusan napasnya yang kini menerpa di leherku, membuat aku merinding sekaligus geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
FanfictionKoleksi oneshot DG Pernah di post di DGI dengan beberapa tambahan dan editing. Vote Juseyo!!!