"Sebenarnya apa maumu.. " desis Arinka geram kepada sosok yang kini duduk di balik meja kerja mewah di hadapannya ini.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu lagi, Rin" jawab Rob, mantan calon tunangannya 2taun yang lalu dan ternyata calon bos nya sekarang.
"Untuk apa? " tanya Arinka sinis. "Maaf aku tak jadi bekerja di sini. Saya mundur dari interview ini. " tandas Arinka sambil mengambil berkas yang ada di meja dan melangkah pergi keluar dari ruang kerja CEO tempat interview itu berlangsung.
"Kamu tak bisa seenaknya pergi, Nona Arinka.. " seru Rob dengan nada tenang. Arinka menghentikan langkahnya untuk mendengarkan perkataan Rob.
"Kamu di depan tadi sudah menandatangani surat perjanjian kontrak kerja" lanjut Rob masih dengan sikap tenang.Arinka membalikkan badannya. Rob tersenyum asimetris, mengejeknya.
"Apa maksudmu? Bukankah aku menandatangani surat perjanjian yang menyatakan aku bersedia menerima hasil apapun dari interview ini. Dan tak ada pembahasan kontrak kerja di sana. " sahut Arinka makin geram.
"Disana juga disebutkan bila kamu diterima kamu tidak bisa seenaknya menolak dan harus membayar 50% uang kontrak yang akan kamu trima nantinya. Apa kamu tak membacanya? " ucap Rob sambil terus tersenyum tenang.
Arinka terperangah tak menyangka dia melewatkan hal sepenting itu. Menarik nafas dia mencoba meredam emosinya.
"Dan saya menganggap saya tidak diterima di sini. Jadi saya akan pergi dan saya ucapkan terima kasih atas interviewnya, Mr. Robin yang terhormat. " sahut Arinka."Sayangnya saya menerima anda bekerja di sini sebagai sekretaris saya, Ms. Arinka. Dan anda akan mulai bekerja senin depan. Jangan sampai terlambat karena saya suka pegawai yang on time " jawab Rob menuntaskan kemenangannya.
Arinka mengepalkan kedua tangan yang ada di sisi tubuhnya. Wajahnya memerah menahan marah. Dan nampaknya itu membuat senyum Rob makin lebar.
"Permisi, Mister" Arinka menghentakkan kakinya kesal dan segera meninggalkan ruangan atasannya serta tak lupa bantingan pintu yang cukup membuat para karyawan di sana terlonjak kaget.
Masa bodoh dengan mereka. Pasti mereka mengira dirinya gagal dalam interview. Saat ini yang ingin Arinka lakukan hanya segera sampai di apartemennya dan menangis sepuasnya. Luka yang hampir sembuh kini berdarah dan harus ia coba untuk bebat lagi.
****Robbin Grayson masih menatap pintu yang dibanting calon sekretarisnya dengan tersenyum sinis. Di hatinya juga bertanya kenapa gadis itu terlihat marah saat mengetahui dirinya yang ada di balik rencana interview kerja ini. Harusnya gadis itu ketakutan seperti kucing kecil. Bukan garang macam induk harimau. Gadis itu yang menyakitinya dulu. Dan ini saatnya untuk membalaskan sakit hatinya.
*Flashback on*
"Maaf ma, pa, Arinka tidak bisa meneruskan pertunangan kami. Arinka tidak bisa menikah dengan Rob." kata Arinka dingin. Bahkan tak mau menatap mata Rob yang terdiam sambil membawa kotak cincin pertunangan.
"Tapi kenapa, sayang? Apa kurangnya Robin? " tanya Mr Grayson senior dengan bahasa indonesia yang terbata-bata.
"I'm so sorry dad, ini hanya masalah prinsip dan Arinka rasa prinsip Arinka dan Roby tak bisa disatukan. Arinka senang dan bahagia bisa mengenal dad and mom. Its just.. Ah entahlah dad. Arinka benar-benar tak bisa menerima Roby lagi. " jawab Arinka sambil menahan air matanya. Dan Arina berlari keluar tanpa sekalipun menoleh mendengar panggilannya.
Tak pernah Roby sesakit ini karena wanita.
Arinka pasti mengkhianatinya. Persetan dengan prinsip yang dijadikan alasan oleh gadis itu untuk meninggalkannya. Hatinya hanya ingin menyakini, Arinka pergi darinya karena gadis itu sudah tak mencintainya lagi. Arinka pasti mengkhianatinya. Karena dirinya tak pernah sekalipun mengkhianati gadis itu. Setidaknya dia merasa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Adult Story
Short StoryKumpulan cerita pendek mengadung adult content 18++..mohon bijak dalam membaca