*Rachel Pov*
Kurapatkan jaket mantel tebalku untuk mencuri sedikit kehangatan di tengah gerimis kecil yang mengguyur kotaku. Dengan sebelah tangan memegang payung dan sebelah lagi menggamit tasku di bagian depan jaket aku berjalan secepat mungkin menuju halte bis terdekat dari kantor tempat kerjaku.Baru saja aku menjejakkan kaki di halte hujan menderas. Sedikit kulepaskan nafas lega tak sempat terjebak hujan deras malam-malam seperti ini. Tapi tetap saja aku terjebak di halte yang entah kenapa sepi sekali malam ini. Hanya ada 3 orang yang menunggu bis sama sepertiku.
Entah ini hari apa bis yang ku tunggu juga tak kunjung datang. Aku hampir putus asa. Perutku juga mulai menjerit karena siang tadi aku melewatkan jam makan siang.
Sedikit mengumpat kesal karena sedikit banyak Bos baruku yang andil besar membuatku kelaparan malam ini. Seenaknya saja dia meminta membuatkan power point mendadak untuk rapat besok pagi. Dan aku harus bisa menyelesaikan saat itu juga. Terpaksa aku harus menuruti karena bos baruku ini terkenal jauh dari baik hati. Kabar yang berhembus dia sudah memecat sekretaris lamanya hanya karena terlambat 5menit menyerahkan laporan yang dimintanya dari waktu yang ditentukan. Padahal sekretaris itu terlambat karena harus buang air sebentar setelah mengerjakan laporan itu sedari pagi.
Dan aku baru bertugas sejak 1 bulan yang lalu setelah sebelumnya aku 2 tahun bekerja di bagian administrasi. Entah kenapa dia menunjukku menjadi sekretarisnya. Memang latar belakangku lulusan pendidikan sekretaris dengan nilai yang tidak mengecewakan. Tapi sebagai sekretaris CEO muda yang arogan, dingin dan tak berhati, bukan pekerjaan yang mudah. Tiap hari yang kau inginkan hanya mencakari wajah tampannya yang selalu berwajah masam tiap kali kau berhasil menyelesaikan tugasmu. Tanpa ada ucapan terima kasih atau minimal senyuman. Tapi bila kita melakukan kesalahan dia menunjukkan kuasanya dengan semena-mena. Mbak Monic -mantan sekretarisnya- sudah cukup dijadikan contoh.
Aku berkutat dengan kantung penyimpan payungku saat sebuah SUV gelap berhenti di depan halte. Kaca mobil terbuka sedikit menampakkan wajah dari bangku pengemudi membuatku terlonjak saat dia membunyikan klaksonnya.
"Kamu.. Masuk.. " perintah orang dari dalam mobil.
"Hah? " cuma itu yang keluar dari mulutku. Aku menunduk mengintip ke dalam mobil untuk melihat siapa orang itu.
Demi apa, di tengah hujan deras langit gelap, wajah masam pak Revan bos aroganku yang kudapati di sana.
"Kamu.. Masuk" ulangnya dengan nada yang membuatku lebih memilih untuk menginap di halte daripada masuk ke dalam mobil mewah tersebut.
"Nggak usah, Pak. Saya naik bis saja.." jawabku semanis mungkin, setelah mengatasi rasa jengkelku atas nada arogannya.
Dia terdiam sebentar menatapku. Yang terjadi kemudian dia keluar membawa payung mendatangiku di halte dan menyeretku menuju mobilnya. Sia-sia aku berpayung menghindari gerimis tadi karena dia menyeretku dibelakangnya yang tak terjangkau oleh payung miliknya, dan jarak tempuh antara halte dan pintu mobilnya cukup membuatku basah kuyup karena hujan yang sangat deras.
Aku hanya menatap kesal pada orang yang menutup pintu mobilnya dan berjalan memutar menuju pintu pengemudi.
Suara pintu ditutup dan mesin mobil yang dinyalakan membuatku menoleh ke arahnya."Sudah dibilang kalo aku mau naik bis saja. Lihat sekarang malah basah kuyup gini. " bentakku tanpa sadar karena saking kesalnya.
Dia hanya mendengus dan bergumam sinis, "Kalo kamu tadi langsung nurut nggak mungkin kehujanan. Karena kamu juga punya payung tanpa perlu diseret kayak tadi. Jok dan mobilku juga kotor kena tubuh basahmu, tau.."
Whatt???
Dia masih sempat mikirin mobilnya daripada aku yang sekarang mulai mengigil karena hawa dingin dari Ac mobilnya. Jaketku tak mampu menahan dingin karena basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Adult Story
Short StoryKumpulan cerita pendek mengadung adult content 18++..mohon bijak dalam membaca