Jisoo mual lagi, kepalanya pening, dia terhuyung-huyung keluar dari ruang kerja menuju toilet, meninggalkan pekerjaannya begitu saja, Shinah sempat memutar kepala ketika Jisoo keluar dari ruangan. Jisoo memaki, kehamilan benar-benar menyusahkannya. Sehun benar, seharusnya dia tidak hamil. Jisoo merogoh ponselnya dari dalam saku blazer, menghubungi dokter kandungan yang direkomendasi oleh Sehun, membuat janji temu untuk nanti sore. Jisoo memijat pelipisnya seraya keluar dari toilet, dia pucat, berjalan menunduk, kembali ke ruang kerjanya.
"Eoh, maafkan aku."
Jisoo membungkuk, dia baru saja menabrak seseorang, dia menegakkan kepalanya, lalu terkejut bukan kepalang setelahnya. Wajah seram Jongin terpampang di hadapan, pria itu menyeringai kejam, lalu tanpa aba-aba menyeret Jisoo menuju ruang kerjanya. Jisoo panik, tanda bahaya berdentam dari dalam perutnya, dia menghempaskan cengkraman Jongin dan bersiap keluar dari ruang kerja pria itu, tapi suara Jongin yang dingin menghentikan langkahnya.
"Jika kau berani keluar dari pintu itu, kau kupecat."
"Apa?"
"Duduk."
Jisoo geming, dia menatap takut sosok Jongin yang bertolak pinggang.
"Duduk!"
Jisoo terkesiap, iris cokelat Jongin memicing, bulu kuduk Jisoo meremang, takut-takut dia duduk di sofa yang Jongin tunjuk dengan ujung dagunya. Jongin berdehem, lalu duduk di depan Jisoo yang semakin pucat, keheningan menyergap mereka. Jisoo sempat berpikir, jangan-jangan Jongin juga mengidap sadomasokis, sama seperti Park Chanyeol. Seketika Jisoo bergidik ngeri, mencengkram kuat jari-jarinya yang beku.
"Apa kau sudah punya kekasih?"
Jisoo terhenyak, lalu menatap Jongin, terkejut.
"Maksud----Direktur?"
"Jawab saja tanpa balik bertanya."
Jisoo menggeleng, dia mengernyit, kalau dia tidak salah lihat Jongin baru saja mengulas senyum.
"Tapi Direktur Kim, saya bukan gadis seperti itu, saya tidak berminat untuk...,"
"Lancang. Kau pikir aku mau menjadikanmu selingkuhan? Kau bukan tipeku." Jongin terlihat kesal.
"Lantas?"
"Aku hanya bertanya, tidak lebih. Aku ini memang tampan, sangat tampan malah. Kalau aku mau, aku bisa mendapatkan banyak wanita cantik untuk aku jadikan simpanan. Sayangnya aku sudah tidak bisa melihat ke arah wanita lain selain istriku, cam kan itu."
Jisoo menyeringai, dia ingin sekali memuntahkan seluruh isi perutnya ketika Jongin memuji dirinya sendiri. Memang Kim Jongin pria tampan, kulit tan dan bibir tebalnya sangat seksi, bangir, manik cokelatnya tajam dan berefek melumpuhkan, senyumnya memabukkan, seringainya menggoda. Tapi perangainya benar-benar menyebalkan, temperamental, dan sangat perfecsionis. Jisoo bahkan tidak tahu bagaimana caranya, seorang Seo Rila bersedia menghabiskan sisa hidupnya bersama pria macam Jongin. Membayangkannya saja Jisoo serasa ingin gantung diri. Nasib Rila benar-benar sial, pikir Jisoo dalam benaknya.
Jongin berdehem, mengembalikan wibawa dan wajah suram yang selama ini berhasil membuat semua bawahannya merasa takut, lalu tanpa kata tambahan dia meminta Jisoo keluar dari ruangannya. Jongin mengernyit, Jisoo tak juga beranjak, gadis itu justru memandanginya dengan pandangan yang membuat Jongin serasa menjadi terpidana, serasa seperti tertangkap basah sedang berselingkuh di belakang istrinya.
"Tunggu apalagi?! Cepat keluar dari ruanganku!"
Jongin naik pitam, Jisoo buru-buru keluar. Jongin menyambar ponselnya di atas meja, mengumpat tertahan ketika sudah berhasil tersambung dengan seseorang di seberang sana. Park Chanyeol, ya... pria itu baru saja menjatuhkan wibawa Kim Jongin di depan bawahannya sendiri, dan Jongin benar-benar tidak suka dengan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Twilight
FanfictionKetika membenci menjadi begitu mudah, ketika mengkhianati menjadi begitu benar dan ketika mencintai menjadi begitu salah. Ryu Jisoo, gadis cantik yang terjebak cinta terlarang dengan suami sahabatnya sendiri. Penghianatan yang dilakukan Jisoo pada a...