Siang di hari rabu Jisoo menghabiskan waktu luang menunggu Tyra dengan berkeliling di toko pakaian, tidak begitu jauh dari sekolah Tyra. Rila tidak ikut, dia memilih menunggu di ruang khusus orangtua saja. Jisoo membeli tiga kaos serupa untuk dirinya, Tyra dan Chanyeol, rencananya akan dipakai saat mereka memancing di akhir pekan. Jisoo keluar dari toko, dia cemberut, ternyata hujan lebat tengah mengguyur kota, dan sialnya Jisoo tidak bawa payung. Jisoo berniat meminjam payung pada pelayan toko, tapi niatnya tertahan, ada seseorang yang sangat tidak dia harapkan justru menawarinya payung.
"Hujannya benar-benar deras, aku antar sampai mobil."
"Tidak perlu. Aku bisa mengurus diriku sendiri, Sehun."
Tanpa sadar Jisoo menerjang hujan untuk menghindar dari Sehun, Jisoo memaki, mobilnya terparkir di bagian paling ujung.
"Aku benar-benar tidak punya maksud apapun, Jisoo." Sehun menyambar pergelangan Jisoo, kini mereka berhadapan, di bawah payung yang Sehun genggam.
"Lepaskan aku."
"Tidak, sebelum kau mendengarkan aku."
"Sehun!"
Teriakkan Jisoo tenggelam di bawah hujan yang kian lebat. Sehun geming, dia tetap menggenggam pergelangan Jisoo, erat.
"Aku hanya ingin mengajakmu bicara, itu saja."
Jisoo bungkam, lagi-lagi dia terjerat dalam manik hitam Sehun yang sangat dirindukannya.
"Bisakah kau mengerti betapa berat hidup yang harus aku jalani, saat kau memutuskan menikah dengan Chanyeol? Bisakah kau pahami perasaanku? Aku tidak bisa melihatmu bertahun-tahun? Hubungan kita memang salah, Jisoo, tapi rasa yang dulu pernah aku katakan padamu tidak pernah salah. Aku tidak bisa menghapusmu begitu saja, aku sudah berusaha, tapi aku tidak bisa. Jadi aku mohon, izinkan aku melihatmu dan Tyra, agar aku bisa melanjutkan hidupku."
"Kau punya Lilian."
"Aku tahu. Kami... akan bercerai."
"Ap----apa?"
"Aku tidak bisa menyakiti Lilian terus-terusan. Aku menyayanginya, aku ingin dia mendapatkan kebahagian dari pria lain yang lebih baik dariku."
Air langit semakin tumpah, rinainya membahasi ujung kaki Jisoo, ujung celana yang Sehun kenakan. Mereka kian merapat, berlindung di bawah payung, berlindung dari remah-remah kenangan yang mulai berdatangan tanpa izin. Jisoo memaku saat ujung dagu Sehun menyentuh keningnya, dia tidak berani mendongak. Jisoo ingin sekali mendorong Sehun menjauh, tapi dia tidak bisa. Jisoo justru tengah menahan diri untuk tidak memeluk Sehun. Dia merindukan Sehun, sangat rindu, tapi Jisoo juga tahu dia tidak boleh lagi mempunyai rasa itu pada Sehun.
~000~
Jisoo tidak tahu bagaimana mulanya dia dan Sehun terjebak di Starbucks, duduk berhadapan, menikmati salah satu kopi favorit mereka dulu, Caramel Macchiato panas (Espresso dicampur sirup vanilla dengan topping busa susu dan sirup karamel) sembari menunggu hujan reda. Semua terjadi begitu cepat, dia kedinginan, Sehun menariknya dan tibalah mereka di sini.
"Ternyata kau masih suka kopi yang sama."
"Tidak juga. Sesekali aku juga minum kopi luwak," kata Jisoo, "favorit Chanyeol." tambah Jisoo cepat-cepat sebelum Sehun sempat mengeluarkan kalimatnya.
"Chanyeol----pria yang baik, benar kan?"
"Yah, Chanyeol pria yang sangat baik. Aku dan Tyra benar-benar beruntung. Dia sangat menyayangi Tyra, kalau ada Chanyeol, Tyra tidak membutuhkanku."
"Benarkah?"
Jisoo mengangguk dari balik cangkir kopinya. "Tyra dan Chanyeol punya sifat dan kebiasaan yang nyaris sama, mereka sangat dekat satu sama lain."
![](https://img.wattpad.com/cover/87500798-288-k731587.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Twilight
FanfictionKetika membenci menjadi begitu mudah, ketika mengkhianati menjadi begitu benar dan ketika mencintai menjadi begitu salah. Ryu Jisoo, gadis cantik yang terjebak cinta terlarang dengan suami sahabatnya sendiri. Penghianatan yang dilakukan Jisoo pada a...