Bagian 10

2.5K 382 42
                                        


Waktu seakan berteleportasi, tahu-tahu Tyra sudah merayakan ulang tahun untuk yang kedua kali. Tyra tumbuh menjadi balita yang mengemaskan, cantik dan juga cerdas. Umur delapan bulan Tyra sudah bisa berjalan dan di bulan ke sepuluh Tyra sudah bisa bicara. Kata pertamanya adalah Ay---ya. Chanyeol senang bukan kepalang, dia sampai meneteskan air mata sangking senangnya. Sekarang Tyra sudah lancar bicara, nyaris cerewet malah. Tahun depan rencananya Tyra akan didaftarkan ke pre school, Jisoo bosan hanya di rumah dan Chanyeol menyetujuinya.

Chanyeol sangat menyayangi Tyra, disela-sela kesibukannya yang menggunung, Chanyeol selalu punya waktu untuk putri kecilnya. Sepanjang hari di akhir pekan Chanyeol selalu bersama Tyra, dari tidur, mandi, makan, bermain, nonton TV, bernyanyi... eoh, tidak, Chanyeol tidak bisa bernyanyi, untuk yang satu itu mereka selalu meminta bantuan Jisoo. Wajah Tyra mirip sekali dengan Jisoo, iris hitam pekat, berseri seperti mutiara, pipinya juga merah merona. Tapi kalau sudah tertawa, Tyra terlihat mirip dengan Chanyeol, tawa mereka sama-sama keras nyaris terbahak-bahak.

Kesamaan mereka bukan hanya itu, kebiasaan Tyra juga sama dengan Chanyeol. Chanyeol suka buah Kiwi Tyra juga suka, Chanyeol suka mondar mandir di depan kaca, Tyra juga suka melakukan hal itu. Chanyeol suka tidur dengan satu tangan di atas kening Tyra juga tidur dengan gaya seperti itu. Chanyeol tidak suka brokoli, wortel dan apel, Tyra juga tidak suka, Jisoo sampai bingung dibuatnya. Tyra tidak pernah membutuhkan Jisoo kalau ada Chanyeol, bocah lucu itu bahkan selalu demam tinggi, tiap kali Chanyeol pergi terlalu lama keluar negeri untuk masalah pekerjaan. Di rumah, di mana ada Chanyeol di situ ada Tyra, begitupun sebaliknya.

Semua orang menyayangi Tyra, termasuk Jongin. Pria yang juga sudah dikaruniai bayi perempuan lucu itu, juga jatuh hati pada Tyra. Dulu, sebelum putrinya lahir, Jongin pernah mengusulkan untuk menjodohkan Tyra dengan anaknya kelak, mengabaikan fakta mereka adalah sepupu.

"Sayang sekali bayiku perempuan, kalau tidak kita bisa berbesan."

"Kalau begitu aku pesan satu lagi, Rila. Bayi laki-laki, bagaimana?" tanya Chanyeol ketika dia dan Jisoo, mengunjungi Rila yang kala itu baru saja melahirkan di rumah sakit.

Rila tersenyum kaku, pipinya merah.

"Kenapa harus Rila, Jisoo saja. Ah, aku pesan satu Jisoo, bayi laki-laki yang tampan untuk putriku."

Kali ini pipi Jisoo yang merah, dia menunduk, mereka semua pada akhirnya tertawa. Meski hubungan Jisoo dan Chanyeol sudah selayak suami istri pada umumnya, namun tetap saja ada hal yang tidak berubah. Chanyeol tetap saja cemas, takut dan was-was. Sampai sekarang Jisoo tetap dikurung di dalam rumah, dia hanya bisa pergi bersama Chanyeol, semua yang dia dan Tyra butuhkan sudah disiapkan Chanyeol di rumah. Karena itulah, saat Chanyeol menyetujui usulannya untuk menyekolahkan Tyra dan dia diperbolehkan untuk mengantar dan menjemput Tyra ke sekolah, Jisoo senang sekali.

"Terima kasih."

Tangan Jisoo masih setengah mengalung di leher Chanyeol, pipi merah, napasnya juga masih terengah-engah, memberi jeda untuk ciuman panjang mereka. Dia memandangi Chanyeol yang sibuk menciumi wajahnya, tangan Chanyeol mengusap punggungnya, perut, lalu merambat hingga ke bagian dada, memberi sentuhan seduktif yang membuat Jisoo mendesah tertahan.

"Chanyeol... maaf, aku sedang datang bulan."

Chanyeol yang baru saja akan meloloskan dress mini yang dikenakan Jisoo berhenti, dia memaki, lalu memandangi Jisoo putus asa. Mata abu-abu Chanyeol berkabut, hasratnya sudah hampir mencapai ubun-ubun.

"Mau bagaimana lagi." Jisoo membingkai wajah cemberut Chanyeol dengan kedua tangannya, lalu mencium kening Chanyeol dan setelah itu dia tertawa.

"Kita makan ramen saja, bagaimana?"

After TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang