Part 14

21 1 0
                                    

"Juliet Pov"

Setelah 7 hari kejadian itu. Dan sekarang hari senin.

Dan aku hanya berharap

Tuhan ku harap kau membuat hariku ini jauh lebih baik dari hari-hari kemarin.

"Hey kau, masuk ke dalam"

Lagi-lagi aku mendengarkan perintah dari si sinting satu ini. Aku tidak mau beradu mulut di pagi cerah ini.

Aku langsung masuk ke dalam mobil penumpang. Dia menatapku dari kaca mobil.

"Nona Jarrel, aku tidak mau seolah-olah aku menjadi supirmu di sini, pindah ke depan!"

Oh my,, apa lagi salahku. Seolah olah menjadi supirmu? Bukankah kau memaksaku untuk mengantar jemputku kuliah. Lalu apa lagi selain supir? Tunanganku? Oh tidak, aku tak pernah memandangnya sebagai tunanganku.

Lekas aku berpindah duduk menjadi di depan.

Dia menatapku lagi. Baiklah mungkin ini pertanyaan membosankan. Tapi..apalagi salahku tuhan? Kedua kalinya pertanyaan itu terlantunkan padaku saat ini tuhan,, di pagi cerah ini.

Tiba -tiba William memelukku. Aku memelototkan mataku menahan teriak. Namun teriakanku ku urungkan.

Dia hanya memasangkan sabuk pengaman padaku.

Selama perjalanan seperti biasa, tak ada pembicaraan di antara kami. Dan sampailah kami di depan kampusku.

Segera ku lepaskan sabuk pengaman yang melekat pada tubuhku. Dan membuka pintu mobil ini.

Sebelum aku keluar. William menarik lengan kananku.

"Aku akan menjemputmu nanti"

Aku hanya memberi anggukan kepalaku.

Aku tidak ingin berlama-lama di dalam mobil ini bersama orang yang aku benci.

Maka aku pergi.

"Tinn,tinn"
Suara klakson. Aku menoleh dan melihat William membuka kaca mobilnya.

"Maid, kemari" dengan laambaian angannya.

Apa-apaan dia, kenapa dia slalu membuatku bingung dengan 2 kali pertanyaan. Oh tidak salah tapi 3 kali.
Apa lagi salahku Tuhan? Mengapa malhlukmu ini sangat menyebalkan.

"Apa lagi Tuan Vernandes?" Jawabku ketus.

"Sini kemari"

Lantas aku menundukkan kepalaku dan mencondongkan wajahku.

Dia menarik kepalaku. Hey..heyy apa yang dia lakukan

Cup.

Dia mencium bibirku sekilas.

"Ku rasa itu bayaran yang cukup untuk mengantar dan jemputmu ke kampus"
Tak lupa dengan seringai khasnya.

"What the fuck Mr. Vernandes. I hate you! Dasar CEO mesum!"

Dia hanya menutup kaca mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan aku yang penuh dengan rasa amarah dan juga malu.

Sebentar, aku harus melihat sekelilingku terlebih dahulu.

"Huffttt,, syukurlah. Kampus ini masih sepi dan tak ada yang memperhatikanku"

NODA is Black ShameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang