"William Pov"
Aku tidak berbohong jika aku ada urusan sebentar dengan para pembisnis. Aku berbincang dengan Tuan Sebastian dan Tuan Jarrel perbincangan kecil masalah perusahaan dan niatan untuk membangun cabang baru dengan kerja sama antara Sebastian group, Vernandes group, dan Jarrel group.
Ide ini tidak terlalu buruk, kami sudah pernah membahasnya beberapa bulan yang lalu sebelum Tuan Jarrel pergi ke London.
Setelah selesai perbincangan tersebut di sebuah tempat rapat darurat yang berbatas waktu 45 menit di sebuah ruangan kedap suara yang terdapat di kediaman Jarrel di tengah pesta Juliet.
Akhirnya aku akan menemui Juliet setelah ini. Entah mengapa berpisah dengannya sebentar saja. Aku merasa merindukannya. Aa,, ayolah terserah kau ingin mengatakan aku berlebihan.
Tapi lebih parah lagi jika aku melihat Max dan Julie, entahlah.. aku sungguh tidak suka jika Max mendekati julie, memeluknya,menyentuhnya, bahkan memanjakannya.Karna aku tahu, pandangang Max itu berbeda. Aku sangat yakin jika Max memiliki perasaan khusus lebih dari seorang sahabat atau keluarga bagi Julie.
Handphoneku berbunyi. Panggilan masuk dari Paris? Lantas aku mengangkatnya.
Aku mendengar Paris terisak.
"Hiks,,hiks,,hiks. Am?"."What happen paris? Where are you know?!".
Aku khawatir apa yang terjadi pada paris sekarang.
"Aku tersesat Am, aku berada di tengah taman labirin, dan aku tidak tahu cara jalan pulang, di sini pencahayaan sangat kurang".
Aku merasa lega sedikit, dia hanya tersesat.
"Nyalakan GPS mu, aku akan menyusulmu nanti".
Aku masih ingat di mana taman labirin, tapi aku tak tau Paris di bagian mana makanya aku menyuruhnya agar dia menyalakan GPS untukku.
Aku mulai mencarinya di taman Labirin 15 menit akhirnya aku menemukannya. Lantas dia memelukku dengan erat.
"Ku kira kau tak akan datang Am".
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu di saat kau kesusahan Paris, kau tetap Sahabatku bukan?".
Aku membangunkan tubuhnya dari duduknya. Ku sematkan beberapa helai rambut di belakang telinganya.
"Sekarang kau aman Paris".
Bujukku untuknya. Dia masih terisak.
Namun, sebelum isakannya selesai. Dia malah mencium bibirku berkali-kali semakin agresif.Aku tidak akan membalasnya, aku sudah tidak mencintainya lagi. Namun dia tetao berusaha. Lalu menghentikan tindakannya.
"Apa sudah selesai Paris?". Tanyaku datar.
"Balas ciumanku yang terakhir William ciuman untuk melepaskanmu, kumohon untuk terakhirnya aku menyentuhmu seperti ini".
Aku tercengang. Atas permintaan Paris. Ada apa dengannya?
"Aku akan merelaknmu dengannya, aku tidak akan berusaha lagi untuk menghancurkan Juliet dari hidupmu. Jadi ku mohon terimalah permintaanku".
Aku tetap terdiam beberapa saat. Baiklah, aku akan melakukan apa yang dia mau. Terlebih lagi Paris dulu wanita yang kucintai, apa salahnya mengabulkan permintaannya yang terakhir kali. Anggap saja ini salam perpisahan untuk perasaanku yang sudah sirna padanya.
Aku melakukannya. Aku menciumnya seperti yang dia inginkan. Entah berapa menit kami melakukannya.
Tiba-tiba aku tersontak saat Juliet mendekat dan memanggilku.
Wi, William? It's you?". Bibirnya begetar, airmatanya berjatuhan. Dan Aku tidak suka melihatnya menangis.
"Julie, aku bisa menjelaskannya. Ku mohon percayalah padaku". Aku mencoba menenangkannya dan meminta waktu agar aku bisa menjelaskan apa yang terjadi
KAMU SEDANG MEMBACA
NODA is Black Shame
RomancePROLOG . . . . NODA HITAM . . . . Ini hanya cerita tentang Juliet Jarrel anak dari perusahaan"Jarrel group" yang harus terpaksa bertunangan dan akan menikah dengan orang yang tidak di cantainya William Vernandes. William yang tertarik pada Juliet h...