Part 18

21 0 0
                                    

"Juliet pov"

"Eum..Candy? Haruskah aku memakai gaun ini? Aku tak mau mengenakannya. Ada acara apa hari ini?".
Tanyaku pada maidku yang manis ini.

"Malam ini, akan menjadi the best moment untukmu Nona?"

"Hah? Apa maksudmu?".

"Ya tuhan,, kau melupakannya lagi? Baguslah,, itu yang ku harapkan saat ini".

"Ayolah Can Can,, kau tidak ingin melihatku kesal kan?".

"Aa,,, kau salah. Aku ingin membuatmu penasaran, hingga kau mati.". Dengan seringainya

"Not funny girl ! Tell me !".

Candy memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Eum, baiklah. Kau akan mewakilkan Tuan Bryn dalam acara pertemuan para pembisnis. Puas kau!".

"Oo,, begitu. Baiklah."

Setelah memakai gaun dan riasan Candy memintaku untuk memakai sebuah kain catoon yg di lipat memanjang untuk menutupi mataku. Dan juga memakai masker.

Alasan Candy melakukan ini. Agar aku tidak Shock dengan para kameramen yang akan meliputku nanti.

Entahlah, ini tindakan yang sangat bodoh bagiku. Aku sempat menolak tindakan ini. bukan kah aku sudah pernah di liput? Ya,, sudah pernah. Mungkin rasa terganggu masih ada di hatiku. Tetapi Candy terus meyakinkan aku. Dan aku yakin apa yang di katakan Candy demi kebaikanku.

Dengan perlahan Candy menuntunku melewati anak tangga yang menurun ke lantai 2. Aku merasa bau hidangan yang lezat tetsaji bercampur dengan parfum-parfum para tamu yang hadir.

Saat Candy membukakan masker di mulutku kemudian kain yang menutup mataku.

Tetapi semua gelapp..

"Can,, candy. Mengapa semuanya gelap. I feel a blind and in the dark".

Candy tidak menjawabku. Aku mencarinya.. di tengah kegelepan ini. Namun tanganku hanya menggapai udara kosong. Aku merasa sedikit takut.

Tapi tiba-tiba tubuhku terhuyung, sekarang berada pada seseorang.

Aroma maskulin ini, aku mengingatnya sangat jelas.

"Wil,, William. It's you?".

Dia melepaskan rangkulan di pinggangku. Dan menjetikkan jarinya.

Lalu seisi ruangan penuh dengan cahaya. Kami berada di tengah-tengah living room. Di tengah-tengah lantai dansa.

William tersenyum padaku. Dan menunduk mencium punggung tanganku.

"Are you ready?".

Akh,,, aku tidak bisa berdusta bahwa dia terlihat tampan sekali. Dengan balutan Tuxedo hitam yang sangat pas pada perawakan bidangnya itu.

Aku bingung harus berekspresi seperti apa saat ini. Aku sebenarnya ingin tersenyum, tapi aku malu jika dia melihat rona pipi tomat ini. Dengan malu-malu aku menganggukkan kepalaku.

Lantas William berdiri dan mengaitkan tangan kananku pada tangannya. Mempersempit cela pada tubuh kami dengan tangan kirinya yang berada di atas punggungku dengan merapatkan tubuhku dengannya.
Sedangkan tangan kiriku berpacuan pada pundak kirinya.

Saat lantunan dansa di putar. Kami menyeimbangkan irama langkah kami.

"William? Sebenarnya pesta apa ini?".

"Seperti yang Candy katakan. Ini hanya pesta para pembisnis".

"Eum, aku sedikit ragu. Mengapa teman-teman Kampusku juga berada di sini?".

NODA is Black ShameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang