BAB 2

933 47 13
                                    

Aris kembali memasuki kamar itu, kamar perawatan Kaila, sebenarnya ia sangat engan untuk datang karena percuma saja ia datang Kaila pasti akan diam dan tidak perduli pada semua pertanyaanya.

Lagi dan lagi Aris melihat wanita itu menatap ke luar jendela hanya saja hari ini tidak ada yang berlalu lalang di taman rumah sakit itu, semuanya seakan engan membasahi tubuhnya, mereka memilih berteduh karena hujan cukup deras, beberapa tetesan hujan itu bahkan menyentuh jendelah kaca kamar Kaila.

Aris memilih mengeringkan rambutnya mengunakan sapu tangan yang ia bawah karena terkenah air hujan, ia juga melepas jaket kulitnya lalu meletakanya pada senderan kursi yang ada di ruangan itu.

"Aku datang hanya-" Aris memberhentikan ucapanya saat tiba-tiba Kaila membuka suarahnya.

"13 Oktober" Aris menaikan alisnya ia bingung dengan apa yang di katakan Kaila ia sangat ingat bahwa sekarang ini tanggal 10 Juli bukan 13 Oktober.

Kalia berbalik lalu memandang Aris sambil tersenyum tipis, Aris bahkan terkejut melihat Kaila tiba-tiba tersenyum dan tangan kiri gadis itu memengan lukisan yang berukuran kecil hanya selebar buku gambar yang biasa pelajar gunakan untuk mengambar, lukisan itu sengaja Amanda tinggalkan kemarin siang.

"13 Oktober, tepatnya tiga tahun lalu, aku melukis ini" Jari tangan kiri Kaila menelusuri setiap detai lukisan yang terlihat nyata itu.

"Dia memintaku melukis ini untuknya, sebagai hadia ulang tahunya ke sembilan belas, dua mawar putih ini memiliki banyak duri sama seperti kami, tapi mawar tidak pernah melukai mawar yang lainya walau setajam apapun durinya, ia hanya melukai siapapun yang ingin menyakitinya atau temanya, sama saat kau memetik bungah mawar dari rumpunya kadang tanpa sengaja tangkai yang lain ikut mengores mu"

Kaila kembali tersenyum, lalu meletakan lukisanya dia atas nakas, kemudian melihat ke arah Aris yang mentapnya dengan tatap yang lembut bahkan laki-laki itu sedikit tersenyum pada Kaila.

Aris mengambil ten air dan menuangkan segelas air putih yang ada di nakas lalu memberikanya pada Kaila yang langsung di terima oleh gadis itu, Aris berpikir mungkin Kaila merasa sangat haus karena tadi untuk pertama kalinya gadis itu berbicara sangat panjang.

"Warna cairan itu juga sama seperti ini, berwarnah bening tergantung pada siapa yang mengunakanya untuk menyakiti orang lain atau memanfaatkanya untuk orang lain" Kaila melihat tangan kananya yang di perban sebelum meminum air itu.

Kaila baru saja menjalani oprasi dua hari yang lalu untuk memperbaiki kulitnya yang melepuh karena terkena cairan air keras saat musibah itu terjadi.

Cukup lama Aris diam menunggu agar Kaila berbicara lagi, tapi sepertinya gadis itu tidak akan berbicara lagi.

"Kai, maafkan sikapku kemarin, aku sangat kesal" Aris membuka suarahnya membuat Kaila melihat ke arahnya, wanita itu hanya mengeleng sambil tersenyum tipis, tapi hanya sebentar Kaila memutuskan untuk kembali berbaring di tempat tidurnya lalu memejamkan matanya.

Kaila tidak lelah, ia juga tidak mengangtuk hanya saja saat ia memejamkan matanya ia merasa lebih tenang sedikit.

Sudah hampir dua minggu Kaila tidak terhubung dengan dunia luar, tepatnya sejak hari kejadian itu, kejadian yang menyebabkan kematian 'dia' dan sekarang ia terkurung di kamar perawatan kamar khusus dengan penjagaan yang sangat ketat, hanya ada dokter dan polisi yang oleh masuk keruangan itu, setelah beberapa hari yang lalu keluarga korban datang dan menyerang Kaila.

Flas Back On

Sorang wanita paru baya datang ke ruangan itu sambil menangis menahan aramahnya, ia kecewa pada Kaila karena telah membuhun anak bungsuhnya.

THE KASUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang