BAB 3

754 46 9
                                    

"Merah warna kesukaan Angel, dia bilang merah itu sama seperti darah karena mereka terus menyakitinya tapi ia menyayangi mereka"

Kaila memejamkan matanya, tangan kanannya yang di perban mengarah pada kepala, gadis itu bahkan mengigit bibir bawahnya sambil meringis, rasa sakit itu tiba-tiba menjalar di kepalanya ini lebih sakit dari pada sebelumnya. Amanda segera mendekati Kaila, mencobah menenangkan gadis itu.

"Apa yang kalian lihat, cepat pangil dokter bodoh!" Teiak Amanda pada Aris yang mematung, tapi belum sempat Aris bergerak Gilang sudah berlari keluar memanggil dokter.

"Tenanglah, tarik napas dalam lalu buang perlahan, kau bisa melewati ini" bisik Aris di dekat telingah Kaila mencobah menarik tangan Kaila agar tidak memukul kepalannya sendiri.

Seorang wanita memakai kerudung berlari memasuki kamar itu bersama seorang laki-laki berpakaian serbah putih di ikuti Gilang di belakangnya.

Wanita berkerudung itu langsung memeriksa kondisi Kaila, mereka juga terlihat sibuk mengatasi rasa sakit yang Kaila rasakan saat ini, mereka menyuntikan suatu cairan di pembuluh dara Kaila dan hanya dalam hitungan detik Kaila menjadi tenang, matanya semakin lama semakin menutup hinggah akhirnya tertutup sempurnah.

Dokter wanita itu bernama Liza wanita berumur empat puluh tahun yang sudah lama bekerja di rumah sakit Porli, ia sudah biasa menangani pasien yang berstatus sebangai tersangkah di sana.

Serta laki-laki di samping dokter Liza adalah perawat yang bernama Toni berumur dua puluh tujuh tahun, ia adalah asisten dokter Lisa yang bertugas merawat Kaila selama berada di rumah sakit itu.

"Sudah berapa kali ku katakan jangan memaksanya, kondisinya belum stabil, benturan itu cukup keras" Dokter Liza membuka suarahnya sambil sesekali melihat Toni yang mencatat hasil pemeriksaan mereka, sesekali tangan Toni bergerak menyentuh nadi Kaila memastikan detak jantungya tidak meningkat atau melemah.

"Tidak ada waktu dok, dia sudah jadi tersangkah sekarang" Jelas Amanda

"Ya tuhan, apa kalian tidak punya hati ha? Demi tuhan aku yakin ia tidak mungkin melakukan itu semua, beri Kaila sedikit waktu" Dokter Liza mengeram kesal, ia sungguh tidak habis pikir dengan pihak kepolisian yang bekerja hanya karena bukti yang mereka temui tanpa memikirkan perasaan pelaku, bukan bearti dokter Kaila menjatuhkan vonis sebagai pelaku pada gadis mudah itu.

Dokter Liza sempat memeriksa kondisi Kaila saat pertama kali ia datang ke rumah sakit itu dengan berlumuran darah bersama korban lainya. Ia sempat mendengar Kaila meracau memagil-mangil nama Angel, "Tolong Angel, cepat tolong Angel"

Dokter Liza bahkan sudah memberikan keteranganya pada pihak kepolisian tentang kejadian itu tapi sepertinya tidak membantu Kaila untuk keluar dari masalah itu. Kaila seakan menyiratkan bahwa ia sedang berusaha menolong Angel bukan menyakitinya.

"Dan kau" Liza menunjuk Aris yang dari tadi memperhatikan Toni memeriksa Kaila, membuat Aris menoleh dan menaikan sebelah alisnya melihat jari Liza yang hampir mengenai bolah matanya, "Untuk apa kau belajar selama ini, dasar bodoh!"

Liza segerah pergi meninggalkan Amanada dan Gilang yang menatap Aris menyelidik. Aris mengangkat bahunya acuh ia tidak mungkin menghipnotis Kaila untuk mengatakan semuanya itu menyalahi kode etik.

***

Amanda sudah tiba di kantor polisi saat pagi hari, ia bahkan tidak bisa tidur mengartikan apa yang di katakan Kaila, gadis kecil seakan sedang bermain sebuah teka-teki yang menguji kepintaran pihak kepolisian.

Amanda kembali membaca beberapa berkas Kaila dengan teliti ia tidak ingin melewatkan sedikitpun informasih yang ia butuhkan. Amanda terus membaca semua informasi yang ada hingga matanya berhenti pada kebiasaan Kaila di kampus yang dapat saat dirinya menyamar sebagai mahasiswa dua hari yang lalu.

THE KASUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang