Roda kehidupan setiap manusia selalu berputar, kadang berada di titik paling rendah tapi bukan tidak mungkin suatu saat mampu berdiri di puncak. Ada kalanya merasa menjadi orang paling menyedihkan namun tidak jarang terlalu bahagia hingga tak mampu terlukis meski dengan kata paling indah.
Detik ini dunia serasa milik sendiri. Kemacetan yang biasanya membosankan kini terasa sangat menyenangkan, karena itu artinya ada tambahan waktu berdua lebih lama. Bila dalam keadaan normal, gelegar kilat terdengar bagai raungan menakutkan tetapi bagiku justru bagai alunan lagu dari langit. Oh benar-benar hari keberuntunganku.
"Kenapa diam saja? Sedang memikirkan sesuatu yang mesum?" Teguran Barra membuyarkan berbagai imajinasi yang sempat melambung.
Aku mendelik kesal dan memasang raut angkuh. Barra mungkin bisa menyadari sandiwara untuk menutupi rasa malu tapi masa bodoh. Terlalu cepat membuatnya senang bukan bagian dari rencanaku.
Pembicaraan mengenai arah hubungan kami masih dalam zona abu-abu. Aku belum memberi tanggapan meski seribu kata iya meminta untuk terucap. Menahan diri merupakan pilihan terbaik toh Barra tidak memaksa dengan terus menerus mempertanyakan jawaban. Tapi terkadang terbersit keraguan mengingat ia bersikap terlalu tenang. Penolakannya dulu merupakan memori terburuk, berpikir bahwa hari ini akan tiba merupakan harapan yang tak pernah ingin aku bayangkan karena tahu betapa besar cintanya pada Vanesa. Perempuan yang pernah menjadi pusat dunianya.
Dadaku terasa sakit ketika ingatan bagaimana keduanya dulu tergali. Pasangan serasi yang membuat semua mata memandang iri. Laki-laki yang terkenal bermulut pedas tanpa pandang bulu itu hanya memberi perhatian pada Tante Cinta, Kak Andara dan juga Vanesa. Di luar itu, jangan harap ia akan memberi respon. Kebaikannya padaku tak lebih karena ikatan keluarga kami. Dan karena itu pula hingga sekarang, aku tidak ingin mengungkit perempuan itu meski hanya sebatas nama.
Guratan kepedihan yang bercampur luka masa lalu seolah kembali terbuka karena kebodohanku. Pikiran buruk membalut perasaan sesaat. Semakin tidak ingin mengingat, semakin kuat pula bayangan kebersamaan Vanesa dan Barra hadir di pelupuk mata.
"Hei, kamu kenapa sih? Bonekanya kenapa di tekan terus-terusan begitu. Nanti rusak."
Aku baru tersadar dari lamunan. Tidak sadar sedari tadi menekan perut boneka beruang yang masih digenggam. Suaranya berbunyi terus menerus hingga perlahan terdengar seperti tikus terjepit pintu. "Ah, kayaknya rusak, Kak," pekikku panik.
"Baru saja Kakak bilang. Salah kamu sendiri. Kenapa bonekanya ditekan dengan kasar seperti tadi. Heran, sifat perusakmu belum hilang juga." Bibirku semakin mengerucut. Entah kenapa sejak kecil, setiap benda pemberiannya tidak pernah bertahan lama, kalau tidak rusak, pasti hilang.
"Terus gimana dong. Kakak bisa benerin nggak?"
Barra melirik sekilas ke arah boneka itu. "Sepertinya harus di bongkar dulu. Sudahlah nanti Kakak beli yang baru saja." Dari nada bicaranya, terselip kekesalan yang sengaja ditahan.
"Nggak usah kalau begitu." Mata mulai memanas sekalipun tak ingin mengurai air mata hanya karena masalah kecil.
"Jangan mulai drama lagi. Boneka itu rusak karena ulahmu sendiri. Semua nggak akan terjadi kalau kamu tidak menekannya dengan kasar. Dengan bertambahnya usia dan cara berpikir, seharusnya kamu mampu lebih dewasa memandang suatu masalah dengan logika. Kakak akan belikan yang baru jadi berhenti bersikap seolah dunia mau runtuh."
"Aku nggak butuh yang baru. Rusak juga nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa gimana? Coba lihat di cermin, anak kecil saja pasti tahu kamu ingin menangis."
"Bagaimana lagi, ini pertama kalinya Kakak memberiku hadiah."
"Bukankah sejak kecil Kakak sudah sering memberikan hadiah setiap kamu ulang tahun? Boneka, tas, sepatu dan masih banyak lagi yang semuanya berakhir di rak usang karena rusak."
KAMU SEDANG MEMBACA
I (never) Give Up ( Sudah Diterbitkan)
RomanceCerita terakhir dari keluarga Hardiwijaya. Barra putra bungsu si Pangeran Es,Andra melewati masa patah hati nan pahit semasa remaja. Cinta pertamanya memilih pergi. Di sisi lain Devira, putri teman kedua orang tuanya tergila-gila pada laki-laki yang...