Beloved Husband

10.7K 482 14
                                    

Hari ini tak seperti biasa, Soora yang selalu terlihat ceria mendadak berubah 180°, ia terlihat sangat lemas. Tubuhnya tak seperti miliknya. Bahkan tubuhnya tak bisa merespon apapun. Yang ia rasakan hanyalah rasa lemas dari ujung kaki hingga ujung
kepala, pun dengan keringat dingin yang sedari tapi membanjiri pelipisnya.

"Mungkin aku perlu istirahat!" pikirnya.

"Aku pulang!"

Itu suara suaminya, Min Yoongi yang baru pulang
dari kantor. Ada rasa ingin menghampirinya. Namun, lagi-lagi Soora tak bisa berbuat apapun. Sekedar menyahuti ucapan Yoongi pun tidak.

Soora hanya bisa terbujur
lemas di atas sofa. Tubuhnya menggigil.

Sraak

Sraak

Sraak

Itu suara langkah kaki Yoongi. Suara langkah kakinya
semakin cepat dan terdengar seperti sebuah melody di telinga Soora. Ingin rasanya Soora memeluknya untuk saat ini.

"Soo!" Suara Yoongi begitu lembut di telinga Soora.

Soora mendongakkan kepalanya dan saat itu juga
mata mereka bertemu. Soora menatapnya sendu.

"M-maaf aku tidak menyambutmu." Soora mencoba membenarkan posisinya, bagaimana pun ia tak boleh menunjukkan kalau ia sedang sakit.

"Tak apa." ujar Yoongi seraya mengelus puncak kepala Soora.

"Kau sakit?" ia meraba kening Soora. Bisa Soora lihat
dari sorot matanya sepertinya Yoongi sedikit khawatir.

"Badanmu panas. Apa kau sudah minum obat?"

"Tolong jangan menatapku seperti itu. Aku merasa
gagal menjadi istri yang baik. Aku terlalu sering merepotkanmu." Lirih Soora. Suaranya bergetar nyaris tak terdengar oleh Yoongi.

"Sudah selesai?" Yoongi menatap Soora tajam. Ia paling tidak suka jika Soora membahas sesuatu yang tidak penting menurutnya.

"Aku hanya butuh istirahat." Soora mencoba meyakinkan Yoongi bahwa ia baik-baik saja dan tak ada yang perlu di khawatirkan.

"Apa kau sudah makan? Mau aku buatkan bubur?"
"Tidak perlu repot-repot, kau kan tidak bisa memasak."
"Hey jangan remehkan kemampuan seorang Min Yoongi."

Soora terkekeh menanggapi ucapan Yoongi. Mungkin ini salah satu daya tarik Yoongi. Ia selalu saja percaya diri. Bahkan dengan wajah tanpa ekspresinya. Tapi itulah yang
Soora sukai dari suaminya itu.

"Selama ada kau di sisiku itu sudah cukup buatku" Lalu Soora menarik hidung Yoongi karena gemas.

"Lebih baik kau istirahat di kamar."
"Sudah kubilang aku tidak apa-apa."
"Kau selalu keras kepala."

Setelah mengucapkan itu, Min Yoongi memangku Soora
ala bridal style menuju kamar.
Ia menidurkan Soora, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya sampai leher.

"Tidurlah, sementara aku akan membuatkanmu bubur." ucap Yoongi setelah memberi kecupan singkat di kening Soora.

"Kumohon jangan pergi." Tangan Soora sontak menarik lengan Yoongi yang hendak bangkit. Yoongi sedikit menaikan sebelah alisnya.

"Sudah ku bilang, aku hanya ingin kau berada di sisiku."

Soora berharap semoga kata-katanya barusan mampu
meluluhkan hati Yoongi. Sungguh yang Soora butuhkan saat ini hanyalah kehadiran Yoongi di sisinya.

Cup~

Yoongi mengecup kening Soora lagi.Kali ini sedikit lama dari sebelumnya. Sepertinya
tubuh Soora yang panas akan semakin panas karena perbuatan Yoongi. Mengapa Yoongi begitu menggoda?

Bahkan di saat sakit pun fantasy-fantasy liar tentang Yoongi yang menyentuhnya
berkeliaran di dalam otak Soora, membuat Soora semakin tidak waras.

"Baiklah jika itu maumu."

Cup~

Yoongi mencium Soora lagi, namun kali ini ia menciumnya
tepat di bibir Soora. Jika saja Soora tidak sakit pasti Soora akan membalasnya.

"Maaf." Kata Soora.
"Untuk?" Yoongi terlihat bingung dengan keningnya
yang membentuk menjadi beberapa lipatan. Dan
saat itu juga ia naik ke atas tempat tidur, memosisikan tubuhnya di samping Soora. Mereka pun tidur saling berhadapan.

"Maaf karena aku selalu saja merepotkanmu, aku
bukan istri yang becus, aku -"

Yoongi menghentikan pergerakkan bibir Soora
dengan menaruh telunjuknya tepat di depan bibir Soora. "Ssst jangan berkata seperti itu. Aku sudah bosan mendengar ucapanmu itu, apa perlu aku hitung?... Seharusnya aku yang perlu minta maaf, aku
tidak bisa menjagamu dengan baik, aku terlalu
sibuk dengan pekerjaanku sampai-sampai istriku
tercinta ini jatuh sakit."

"...." saat ini hanya air mata Soora yang menjadi
responnya, air mata adalah suatu jawaban ketika
bibir sudah tak mampu berucap.

"Jangan menangis lagi, satu air mata satu hukuman." Yoongi mengusap pipi Soora yang sudah basah karena air matanya.

"Hukuman?"
"Iya hukuman. Satu tetes air mata saja keluar dari matamu, hukumannya kau harus menciumku di bibir." Ancam Yoongi.

"Hey! Itu sungguh tidak adil." Soora mengecurutkan
bibirnya tanda menolak ancaman yang di lontarkan Yoongi barusan.

"Maka dari itu berhentilah menangis." Kali ini Yoongi
mengelus lembut puncak kepala Soora.

"Aku mencintaimu." jujur Soora. Soora tahu ini bodoh, mengucapkan cinta pada suami sendiri. Tentu saja Yoongi juga mencintainya, bukan? Sepertinya. Kecuali
jika Yoongi selingkuh.

"Kau juga tahu kan jawabannya?"
"Tidak! Aku tidak tahu."
"Aku juga mencintaimu, sayang."
"Aku butuh pelukanmu."
"As your wish."

Detik berikutnya Yoongi memeluk Soora.
Memeluknya cukup erat seolah tak ingin kehilangannya barang sedetik pun. Soora membenamkan kepalanya di depan dada Yoongi. Pada
posisi seperti ini, Soora bisa mendengar detak
jantung Yoongi yang berirama dengan teraturnya, juga deru nafasnya yang begitu terasa menyentuh kepalanya.

"Tidurlah, ini sudah malam."
"Kau juga harus tidur."
"Iya, sayangku." kembali Yoongi mengecup kening Soora. sungguh! Soora sudah overdosis akan perlakuan Yoongi padanya.

"Soo, omong-omong dimana Yoosoo?" Tanya Yoongi. Ia baru sadar sejak tadi ia tak melihat atensi jagoan kecilnya itu. Bayi gembulnya yang baru menginjak enam bulan.

"Oh iya aku lupa. Tadi aku memanggil Eomma kemari untuk membawa Yoosoo." Jawab Soora.

***

Pagi sudah menyambut, matahari yang hangat sudah menyapa dengan sinarnya yang begitu menyilaukan mata. Hal pertama yang Soora lihat
adalah sosok yang sudah tak asing lagi baginya. Malaikat pelindungnya, Min Yoongi.

"Terimakasih sudah terlahir di dunia, terimakasih sudah menjadi bagian dari hidupku, menjadi hal yang begitu penting buatku. Realitas terlalu kejam, terlalu kuat. Bahkan aku
tak bisa bermimpi, memikirkan masa depan hanya akan membawa air mata. Apa tujuan hidupku, kemana aku harus pergi. Meskipun tak ada jawaban, setidaknya aku tahu tujuan hidupku hanya satu. Tujuan hidupku hanya untukmu, Min Yoongi. AKU MENCINTAIMU." Gumam Soora di keheningan pagi. Bahkan orang yang di bicarakannya belum membuka matanya sama sekali.

Min's Family ( BTS fanfiction )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang