Kenzio tersenyum lebar saat melihat kekasihnya duduk di pojok kafe. Dengan langkah cepat, ia menghampiri cowok itu dan duduk di hadapannya.
"Hey,"
"Hey," balas cowok itu sambil tersenyum.
Namanya Dias. Zio sudah menjalin hubungan dengannya sejak SMP. Dias kakak kelasnya, beda setahun. Sejak masuk SMA, cowok itu jadi sangat sibuk sehingga mereka jarang sekali bertemu. Zio pasti berbohong jika ia bilang ia hanya senang dapat bertemu Dias lagi. Karena dia sangat bahagia sampai dadanya ingin meledak.
"Udah lama nungguinnya?" Tanya Zio sambil membenarkan letak kacamatanya.
"Lumayan,"
"Maaf ya tadi aku lagi di Gramedia buru-buru ke sini," ucap Zio agak menyesal.
Dias tertawa kecil melihat ekspresi kekasihnya,"gapapa, lagian aku juga mendadak ngajak kamu ketemu,"
Zio tersenyum.
Dias berjalan ke meja kasir dan memesan minuman untuk mereka berdua. Zio memerhatikan Dias dari tempat duduknya. Melihat bagaimana cowok itu berbicara, bagaimana ia mengulum bibirnya selagi mengetik sebuah pesan di handphone-nya, caranya memasukkan tangan ke saku sambil menunggu pesanan mereka. Memerhatikan Dias hanya membuat Zio semakin ingin cepat-cepat lulus dan pergi ke sekolah yang sama dengan cowok itu. Karena demi tuhan, merindukan seseorang benar-benar tidak enak rasanya. Zio Ingin melihat Dias setiap hari. Zio ingin selalu berada di dekatnya.
"Liatin aku ya?" Tanya Dias setelah meletakkan minuman mereka di atas meja.
Zio mengelak,"ga kok,"
Dias hanya tersenyum mengetahui Zio berbohong. Ia meletakkan tangannya di atas tangan Zio yang berada di atas meja sebelum berkata,"kamu kangen aku ga?"
"Perlu ditanya?" Zio menggenggam tangan kekasihnya.
"Aku juga," Dias tersenyum semakin lebar. Namun entah kenapa, Zio tahu cowok itu menyembunyikan sesuatu darinya. Seperti ada yang dipaksakan. Bersama Dias selama lebih dari setahun membuat Zio bisa membaca cowok itu dengan mudah.
"Kamu pengen ngomong sesuatu?"
Senyum Dias langsung luntur. Wajahnya berubah gugup.
"Ngomong aja,"
"Ga, aku-"
"Dias, kamu udah sibuk banget dan bahkan kamu ga bisa nge-line aku setiap hari, jadi mendingan kamu ngomong sama aku apa yang pengen kamu omongin sebelum kita makin jarang ketemu,"
Mendengarnya, Dias hanya bisa terdiam. Zio melihat bagaimana cowok itu mulai gelisah. Ia melepaskan genggaman tangannya lalu menghindari tatapan Zio.
"Dias,"
Cowok itu berusaha menghilangkan gugupnya. Ia menunduk sebentar lalu menghela nafas. Butuh waktu lama cowok itu diam sampai ia membuka mulutnya lagi.
"Aku suka sama temen sekelas aku,"
Zio terpaku. Mendengar Dias mengatakan bahwa ia telah menyukai cewek selain dirinya adalah hal terakhir dari segala hal yang ia pikirkan tentang apa yang akan dikatakan cowok itu. Zio merasakan kedua tangannya melemas.
"Bercanda kamu ga lucu,"
"Aku serius,"
Kini Dias menatap Zio dengan tatapan yang tak pernah Zio lihat sebelumya. Dias menatapnya tidak yakin. Seakan belum cukup, Dias melanjutkan ucapannya.
"Dan aku mulai ga percaya kita bisa lanjut,"
Zio benar-benar tidak mampu melakukan apa-apa. Ia hanya bisa melihat Dias sambil mencari rasa sayang yang dulu selalu berada di sepasang mata cowok itu. Tapi hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At You
Teen FictionKenzio Vermet terkenal sebagai cewek tomboy bintang basket yang lumayan kasar dan seringkali membuat para cowok segan berada di dekatnya. Tapi apa jadinya, kalau seorang Nick, si cowok fotografer cuek jadi penasaran setengah mati dengannya sampai be...