five.

46 6 0
                                    

Zio membanting tasnya dan langsung membaringkan tubuh di atas kasur. Ia menatap langit-langit sambil memikirkan tugas musik yang sialnya, ia harus mendapatkan partner seperti Nick. Cowok itu bisa dibilang tidak mengerti apa-apa tentang musik, main gitar saja belum mampu. Zio mendecak saat menghadapi fakta ia tak langsung akan menjadi tutor Nick, karena cowok itu perlu diajarkan banyak hal. Keduanya sepakat untuk memakai rumah Nick sebagai lokasi mengerjakan tugas mereka.

Zio melepaskan kunciran rambutnya dan berjalan ke luar kamar. Sebenarnya, Zio sendiri punya ruangan musik di rumahnya. Ia hanya menolak untuk mengatakan hal ini kepada Nick.

Zio membuka pintu kayu di depannya, melihat sebuah ruangan kedap suara dengan piano dan sebuah gitar akustik yang disandarkan di salah satu dinding. Tepat di depan pintu, ada sebuah meja panjang. Di atasnya ada berbagai bingkai foto tua yang diletakkan dengan rapi. Zio mengambil salah satu bingkai yang berisi fotonya dengan sang ayah.

"Papa, temen aku bilang, mata aku jelek."

"Emangnya kenapa?"

"Soalnya aku pake kacamata,"

"Zio, sayang, semua orang punya kekurangan dan kelebihan. Mungkin mata kamu memang kurang bagus, tapi bukan berarti mata kamu jelek,"

"Tapi dia bilang kalau aku pakai kacamata, aku ga bisa sekolah, ga bisa kuliah, ga bisa ngapa-ngapain,"

"Memangnya kamu ga bisa ngapa-ngapain? Sekarang aja kamu udah jago main piano, gambar kamu udah bisa dipajang di museum, mungkin temen-temen kamu ga ada yang sehebat kamu,"

"Ih, papa lebay, gambar aku belum bisa masuk museum,"

"Ya intinya, kamu ga perlu takut punya kekurangan. Karena kekurangan ga bakal menghalangi kamu buat jadi orang hebat,"

"Okay, papa!"

Zio meletakkan bingkai foto itu kembali. Mengangkat kepalanya, selagi meyakinkan dirinya untuk tidak menangis lagi. Ia duduk di bangku piano. Jarinya mulai menekan tuts satu-persatu saat tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi. Ibunya.

"Zio, kamu udah makan?"

"Udah, mam,"

"Bagus. Mama minta maaf ya tiga hari ke depan mama bakal lembur. Nanti mama suruh mbak masakin kamu makan. Kalau butuh uang, telpon mama aja ya,"

"Iya, mama,"

"Yaudah, mama mau meeting dulu ya, by-"

"Mam, tunggu dulu,"

Look At YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang