Gedung sekolah sudah sangat sepi saat Nick naik ke lantai empat. Ia membuka ponselnya dan melihat ada pesan baru dari Kevin.
Kevin: dikarenakan perut gue udah konser dan nyokap abis bikin semur ayam di rumah, gue balik duluan. Lo pesen abang uber aja, jangan lupa pake sambel.
Nicholas: 'serah lo dah nyet,'
Kevin: hehe, maap,
Sekeren apapun seorang Kevin di sekolah, tak ada yang bisa mengalahkan rasa cinta cowok itu pada masakan ibunya.
Nick menggelengkan kepala lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku. Ia kembali ke pekerjaannya, berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, mengambil foto masing-masing kelas kosong yang hanya berpenghuni benda-benda mati.
Efek langit yang sedang bercahaya seperti warna jeruk membuat Nick perlahan-lahan menikmati pekerjaan ini. Angin berhembus lembut seiring dengan suara kendaraan yang berkurang di seberang jalan. Nick menyempatkan diri membuka salah satu jendela koridor, menyembulkan kepalanya keluar. Setelah berhasil mendapat gambar suasana langit sore itu, ia kembali berjalan ke ujung lorong ke kelas terakhir yang perlu ia foto. Setelah itu, selesailah pekerjaannya.
Nick berjalan sambil mengutak-ngatik kameranya. Ia langsung membidikkan kamera saat sudah berada di pintu kelas. Tapi sesaat sebelum ia memfokuskan lensa, ada sesuatu yang terlihat janggal di pandangan Nick. Tepatnya, seseorang.
Oh, please. Bukan Jennifer. Jelas bukan hantu itu.
Seorang cewek dengan rambut hitam panjang duduk di baris kedua dari belakang. Ia sedang menggoreskan pensil kayu di atas kertas, mungkin sedang menggambar sesuatu, tapi Nick tak dapat melihat dengan jelas. Sebuah kacamata bertengger di hidungnya. Memperjelas pupil matanya yang entah kenapa mempunyai warna keunguan. Seperti cewek nerdy yang biasa ia lihat di perpustakaan, cewek itu terlihat sangat tenang dan diam, tak kunjung menyadari keberadaan Nick di dalam kelas tersebut. Atau mungkin ia hanya tak peduli.
One thing that Nick really notice, cewek itu tak pernah keliatan seperti ini sebelumnya. Ia kenal? Tentu saja. Siapa yang tak kenal cewek itu.
Kenzio Vermet. Cewek tomboy atlet basket yang paling berprestasi mengharumkan nama sekolah. Meskipun ia tak begitu rajin di kelas, ia merupakan salah satu murid kebanggaan. Setiap murid hafal betul nama dan wajahnya yang flawless itu.
Tapi yang Nick lihat sekarang sama sekali bukan Zio yang biasa berada di lapangan. Benar-benar berbeda. Sepanjang tahun bersekolah di sini, Zio tak pernah kelihatan memakai kacamata, dan rambutnya pun selalu dikuncir ke belakang. Apa Zio punya kembaran? Tak mungkin. Lalu, sedang apa cewek itu di sini?
Penasaran, Nick mengeluarkan suara,"woy, Zio kan?"
Cewek itu memberhentikan gerakan tangannya sebelum mengangkat wajahnya, memandang Nick beberapa detik,"perlu nanya?"
Nick mengangkat alis saat melihat Zio kembali sibuk menggambar tanpa repot-repot berbicara lebih dari dua kata.
"Keluar bentar dulu, gue mau ngambil foto doang buat Annual Book,"
"Tunggu."
"Ini kerjaan harus gue selesain hari ini,"
"Hari ini belum selesai,"
Apa salahnya sih berjalan keluar kelas beberapa detik saja?
Melihat ke-acuh-an tingkat kronis yang tergambar di wajah cewek itu, Nick tahu Zio tak akan beranjak kemana-mana. Cowok itu lalu berjalan mendekati tempat duduk Zio. Penasaran dengan apa yang sedang cewek itu lakukan, ia duduk di depan Zio sehingga mereka duduk berhadapan. Ada kesunyian dan kecanggungan yang menggantung di udara. Nick memutuskan untuk memulai percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At You
Teen FictionKenzio Vermet terkenal sebagai cewek tomboy bintang basket yang lumayan kasar dan seringkali membuat para cowok segan berada di dekatnya. Tapi apa jadinya, kalau seorang Nick, si cowok fotografer cuek jadi penasaran setengah mati dengannya sampai be...