Ikka masih membuka lembaran demi lembaran halaman buku yang ia baca. Duduk manis dengan kaos polos merah muda ditemani teh dan keripik singkong. Sambil membaca buku Ikka tak sadar bahwa ibunya sudah berdiri di belakang punggungnya. Ibunya memanggil nama putrinya yang sedang asik membaca buku itu namun tak ada jawaban. Pantas saja, suara musik dari headset Ikka sampai terdengar oleh ibunya. Ikka tiba - tiba berteriak karena kena pukul oleh ibunya. Masih dengan menggaruk - nggaruk kepalanya, ikka langsung keluar kamar karena teman - temannya sudah menunggu di ruang tamu.
Yudha, Mark dan Okta dengan bima berlari kearah tangga dekat dapur. Mereka mencoba membangunkan gadis yang terjatuh itu yang tidak lain adalah Ikka. Ikka terjatuh dari lantai 2, Yudha menggendong Ikka menuju kamarnya dan Okta mencoba menenangkan Ibu ikka yang panik dan mulai pucat. Mark yang ikut ke kamar Ikka pun seperti ditarik untuk melihat sebuah ruangan yang ada di sebelah tangga, namun Mark segera kembali ke kamar Ikka karena pintu terkunci.
" Kakek,,, " Teriak Ikka yang tiba - tiba tersadar dari pingsannya.
" Syukurlah nak, kau sudah sadar. Ini minumlah teh hangat dulu. Hati - hati minumnya.. " Kata Ibu Ikka.
" Bu, aku ingin ketempat kakek sekarang, aku ingin ketempat kakek sekarang " Rengek Ikka kepada ibunya.
Semua yang ada disana terkejut melihat sifat Ikka yang berubah, dan merengek seperti anak kecil itu. Malam itu juga keluarga Ikka dan teman - temannya ikut serta ke rumah kakek Ikka di yogyakarta.
************
Pandu sedari tadi sudah tidak nyaman dengan keadaan rumah Ikka, dan perasaannya semakin tak nyaman saat perjalanan ke rumah kakek Ikka. Yuda duduk menemani Ikka dibelakang, Okta dan Bima ada dibelakang mobil Ikka. Sedangkan papa dan mama Ika ada didepan. Bersyukur jalanan sepi dan tak macet jadi 8 jam kita sudah sampai di Yogyakarta pada pukul 03.00 pagi.
Kami sudah di sambut oleh nenek roro, ( nenek Ika ), dipendopo yang sangat luas dengan arsitektur bangunan yang sangat - sangat khas di Yogyakarta. Rumah Joglo milik nenek Roro ini sudah berusia 80 tahun, jadi jangan heran jika rumah ini terkesan sangat seram.
Jam 05 pagi, okta masih belum bisa tidur juga. Akhirnya Ia bangun dari tempat tidur dan berkeliling kampung yang ada di sana. Dengan memakai topi dan jaket ungunya Okta segera beranjak pergi. Okta pergi ke pendopo dekat kolam ikan yang ada di belakang rumah nenek Suti. Pendopo yang lumayan besar dengan lincak dan amben yang sudah disediakan lengkap untuk bersantai. Lincak dan amben adalah tempat duduk dari anyaman bambu sedangkan amben adalah tempat untuk tidur.
Okta tertidur di pendopo, saat itu memang sangat dingin sehingga jaket nya ia lepas untuk menutupi kakinya. Okta sudah terlelap tidur, namun sadar tidak sadar jaketnya ada yang menarik kebawah, begitu terus hingga tiga kali kejadian yang sama, dan diakhiri dengan jaket Okta yang jatuh ke bawah amben.
" Siapa sih yang iseng ?" Kata Okta sambil toleh kanan toleh kiri namun tidak ada siapapun. Okta mengambil jaket yang terjatuh tadi sambil melongok kebawah amben. Sambil membenarkan rambutnya, karena terurai kebawah menutupi mata. Okta berteriak seketika, melihat sosok nenek tua yang sedang tengkurap melihat tajam ke arah Okta. Dengan hanya memakan sehelai jarik ( Kain Batik ) dan tubuh yang keriput dan mata nya hitam kosong berlubang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 1
HorrorApa yang tidak bisa kau lihat , belum tentu tidak ad. Ingat ! Mereka ada disekitar kita semua. Mereka nyata !! Perkenalkan aku adalah Angelina Ika Grace, siswi SMA International Galaxy kelas tiga. Aku adalah salah satu orang terberuntung didunia kar...