Gue menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.
"Anjing! Gue telat."
Gue menatap gerbang sekolah dengan resah, risau, galau, gundah dan gulana.
Gue harus ngapain sekarang?
Manjat gerbang sekolah yang tinggi nya 2 meter itu? Gak! Gue masih sayang sama body gue yang hot and goals ini. Apa gue lewat belakang aja ya? Tapi sama aja, gue harus manjat tembok sekolah yang lumayan tinggi meski gak setinggi gerbang sekolah. Trus apa yang harus gue lakuin sekarang?"Yeh, si Eneng jam segini baru dateng, masuk gih Neng. Itu yang telat disuruh baris di lapangan." Ujar Pak Bejo selaku satpam sekolah tiba-tiba datang, lalu membuka gerbang sekolah untuk gue.
Gue masuk, berjalan dengan malas.
Setibanya gue di lapangan, gue liat siswa-siswi yang baris di lapangan. Gue berjalan kesana. Lalu ikut baris dengan mereka.
Muka gue udah bete banget, saat ini. Muka gue tambah bete karena, guru piket hari ini adalah Bu Tuti. Bu Tuti itu galak, kayak macan. Dia ngajar kelas gue. Dia ngajar pelajaran Geografi. Gue selalu mengerjakan PR yang diberi bu Tuti. Karena kalo gak, akan dihukum bersihin toilet. Jijik banget kan?
Dan sekarang guru piketnya bu Tuti, mampus lah gue.
Gue melirik ke kanan dan ke kiri, melihat siapa saja yang telat hari ini. Mata gue berhenti pada seorang cowok yang memakai jaket abu-abu, yang menyumpal telinganya dengan Headset. Kenapa dia berani banget? Inikan lagi dihukum. Dia gak tau apa kalo bu Tuti galak?
Gue perhatiin wajahnya dari samping. Wajahnya wajah baru. Maksud gue, gue gak pernah liat dia disini. Apa dia murid baru? Kelas berapa? Gak mungkin kalo kelas X, soalnya tinggi badannya melebihi gue.
Gue udah greget sama itu cowok. Rasanya pengen gue lepas headsetnya sekarang juga. Gue pun mencolek lengannya. Lalu dia menoleh, "Apa?" Katanya
"Headset lo bisa dilepas?" Kata gue santai.
"Emangnya kenapa?" Ujarnya tanpa melepas headset
"Lo lagi dihukum, tapi malah nyumpel telinga lo pake headset. Itu gak sopan, dan lo bisa kena amukannya Bu Tuti. Asal lo tau ya, Bu Tuti itu galak."
"Terus?" Katanya dengan wajah datar.
Wah, rese ni cowok.
"Gue cuma mau ngasih tau aja." Jawab gue lalu membuang muka.
Gue berjinjit untuk melihat dimana posisi bu Tuti sekarang.
Gue menghembuskan napas kesal, sebentar lagi Bu Tuti menuju barisan gue, dan pasti gue bakal di ceramahin sama dia nanti. Karna Bu Tuti kenal sama gue.
Gue memejamkan mata, mencoba menghilangkan rasa kesal gue, saat ini.
Tiba-tiba, gue merasakan seseorang menarik gue keluar dari barisan. Gue membuka mata, melihat siapa yang narik-narik gue.
Dan ternyata yang narik gue itu, si COWOK MUKA DATAR YANG DARI TADI NYUMPEL TELINGANYA PAKE HEADSET. Kan anjing banget itu orang!
"Eh, woy! Woy! Apa-apaan sih lo narik-narik tangan gue? Sakit, tau gak?!" Ujar gue seraya melepaskan genggamannya. Tapi tenaganya terlalu kuat, jadi gue gak bisa lepas darinya. Dia juga gak jawab pertanyaan gue, malah semakin menarik tangan gue agar mengikutinya.
Tiba-tiba dia berhenti, "Lo bilang Ibu guru tadi galak kan? Yaudah lebih baik kita ngumpet, supaya gak di hukum sama dia." Katanya, lalu mulai berjalan lagi.
"Tunggu! Kenapa lo ngajak gue?" Dia menoleh kebelakang, "Kan tadi lo yang ngasih tau gue." Dia kembali berjalan dan menarik tangan gue, lagi.
"Woy! Ini gak usah pegang-pegang juga kali?! DEMI APAPUN TANGAN GUE UDAH TERKONT--" Dia membekap mulut gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sejati
Novela JuvenilKeyzeea, trauma dengan yang namanya pacaran. Dia tidak suka hubungan yang rumit seperti itu. Hubungan yang membuat dia pusing, hubungan yang membuat hati nya senang gak karuan, dan hubungan juga yang membuat hati nya hancur berkeping-keping. Dia t...