"Mahesa masih sakit, Dim?"
"Iya, Key."
"Emang lukanya separah apa, sih?"
"Emang lo nggak tau?" tanya Dimas.
Gue menggeleng.
"Gimana gue mau tau keadaanya, setiap gue chat dia, nggak pernah dibales."
"Hpnya Mahesa ilang, Key," kata Willi.
"Pokoknya luka parah, Key. Mukanya Mahesa sampe bonyok," kata Dimas menjawab pertanyaan gue sebelumnya.
"Hah? Serius lo?"
Dimas mengangguk.
"Yaudah kalo gitu pulang sekolah kita jenguk Mahesa."
"Gue nggal bisa, Key. Ada acara keluarga," kata Willi.
"Gue juga, Key," ujar Dimas.
"Yah, trus kapan dong?"
"Besok aja, gimana?" kata Willi
"Oke, deh."
"Aaaaaaaaaaaaa"
"Yaampun, cogan itu namanya siapa, sih?"
"Yaampun gila. Ganteng banget, dia."
"Anak kelas berapa, ya?"
Begitulah bisik-bisikan ciwi-ciwi centil yang berada disisi lapangan basket.
Gue memasang muka datar melihat kelakuan mereka.
Emangnya siapa sih yang lagi main? Sampe cewek-cewek alay ini teriak-teriak.
Karena penasaran gue menoleh ke arah lapangan basket.
Lho? Itu 'kan si muka datar. Jangan bilang cewek-cewek alay ini teriak-teriak nggak jelas cuma gara-gara dia main basket?
Sumpah kalo jawabannya iya, gue jijik banget."Sumpah ya, cewek-cewek itu alay banget," kata gue.
"Namanya juga cewek, Key," kata Dimas.
"Iya bener, cewek itu emang alay, baperan, terus----kecuali gue."
Gue, Dimas dan Willi berjalan melewati kerumunan cewek-cewek alay itu.
"Aaaaaaaaaaaaa, masuk. Keren." teriak cewek yang berbadan gendut tepat di dekat telinga gue.
Anjing! Kuping gue.
Gue menatap cewek berbadan gendut itu dengan wajah yang merah menahan amarah.
Tapi cewek gendut itu biasa aja. Seolah barusan nggak terjadi apa-apa.
"Woy!!!" teriak gue dengan lantang.
Mereka semua berhenti, lalu menatap gue.
"Bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak? Nonton ya nonton aja, nggak usah teriak-teriak segala. Sakit nih kuping gue!"
"Bawel lo, Key. Udah sana pergi kalo nggak mau denger teriakan kita semua," ujar cewek yang berambut kriting.
"Diem lo, kriting!"
"Nih ya, gue kasih tau sama kalian semua. Gua tanya, buat apa kalian teriak-teriak nggak jelas, ngabisin suara, ngabisin tenaga, buat apa? Buat cowok itu?!" kata gue sambil menunjuk Gaza yang masih asyik main basket.
Mereka semua mengangguk.
"Emangnya dia peduli sama kalian? Nggak 'kan?! Boro-boro peduli, kenal juga enggak."
Mereka diem.
"Jadi buat apa kalian melakukan hal yang nggak penting kayak gini? Buat apa? Bu----"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sejati
Fiksi RemajaKeyzeea, trauma dengan yang namanya pacaran. Dia tidak suka hubungan yang rumit seperti itu. Hubungan yang membuat dia pusing, hubungan yang membuat hati nya senang gak karuan, dan hubungan juga yang membuat hati nya hancur berkeping-keping. Dia t...