Kelas XII IPS 2

2.8K 615 753
                                        

Kamis, 18 Oktober 2020, siswa-siswi kelas XII IPS 2 tegang, kecuali gue. Karena, hari ini akan dibagikan hasil ulangan harian pelajaran Sosiologi.

Suasana kelas sangat hening, seperti kuburan.

"Bapak bacakan saja nilainya, ya?" Tanya Pak Eman selaku guru Sosiologi.

"Yah, jangan dong pak."

"Bagiin aja ulangannya, pak."

"Biar cepat, dibacakan saja," kata Pak Eman.

Seluruh siswa diam.

"Nilai depalan puluh, diaraih oleh--" Pak Eman sengaja memotong ucapannya.

Bukan lo, Key dan pasti bukan elo.

"----Rani!" Lanjut Pak Eman.
Seluruh siswa bertepuk tangan dengan keras.

Anjir? Serius si Rani? Dia kan gak jauh beda sama gue. Kok dia bisa dapet nilai delapan sih?
Gue melirik kearah Rani, yang sekarang lagi senyum-senyum gak jelas.

"Yang lain, sembilan puluh," Ujar Pak Eman.

"Hahahahahaha," Semua penghuni kelas tertawa terbahak-bahak.

Gue melirik Rani, yang sekarang mukanya merah kayak tomat, bikin  gue jadi pengen ketawa lebih kenceng.

"Sudah, sudah, kita lanjut ke materi. Struktur sosial adalah cara bagaimana...."

"Dim," Panggil gue dengan suara berbisik.

"Paan?" Jawab seorang cowok yang bernama Dimas, panjangannya Dimas Prasetya, dia sahabat gue. Dimas itu orangnya slengean. Naro barang seenak jidat, giliran udah ilang, teriak-teriak kayak orang gila. Yang gue suka dari Dimas, dia itu bijaksana. Selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, tanpa emosi sama sekali.

"Mahesa kemana?" Tanya gue

"Sakit," Katanya

"Sakit? Sakit apaan?"

"Abis berantem sama Bima." Jawab cowok disamping Dimas, yakni si Willi. William Perdana, dia juga sahabat gue. Willi itu alay, gak jelas, heboh sendiri dan dia selalu punya ide-ide brilian untuk memecahkan suatu masalah, tapi sayang, ide briliannya gak pernah masuk akal.

"BERANTEM? KOK BISA?" Gue nyaris berteriak--bukan, gue emang teriak.

"Keyzeea!" Suara pak Eman menggema di dalam ruangan.

Alamak.

"Jelaskan menurut pendapat kamu, apa itu Stratifikasi sosial?"

Mampus deh gue.

Gue diem, karna gak tau mau jawab apa.
"Makanya kalo bapak sedang menjelaskan kamu dengerin, bukannya asik ngobrol," Pak Eman menatap gue dengan tajam.

"Iya pak, maaf," Ujar gue dengan nada menyesal. Aslinya, gue gak nyesel sama sekali.

Sumpah, gue paling males pelajaran Pak Eman. Gue bosen benget dengerin dia komat-kamit gak jelas di depan. Please, bunyiin bel istirahat sekarang juga. Gue bosen parah.

Tet... tet... tet

Alhamdulillah, Ya Allah.

"Sampai disini dulu pertemuan kali ini, kita lanjut minggu depan. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam, Pak."

Gue memasukkan buku ke dalam tas dengan cepat. Gue laper, dan gue pengen makan baksonya mang Parjo sekarang juga. Gue beranjak dari kursi, dan mulai berjalan. Baru satu langkah gue jalan, tiba-tiba,

"Woy! Jangan dulu pada istirahat, bayar uang kas dulu." Itu suaranya Hana, bendahara paling galak di kelas. Gue harus kabur sekarang juga. Sebelum Hana ngeliat gue.

"Jangan ada yang kabur!"

Bodo amat lah. Gue mau kabur.

"Keyzeea!" Panggil Hana. Gue berhenti, terus lanjut lari.

"Keyzeea, gue bilang berhenti!" Gue berhenti, lalu mendengus kesal, "Iye, iye."

"Bayar, tiga puluh rebu!"

"Ebuset, bukannya kemaren gue tinggal bayar goceng, ya?"

"Udah gak usah banyak bacot, buruan bayar!" Hana mendelik tajam.

Kadang gue suka mikir gini, Hana itu lebih cocok jadi tukang palak daripada bendahara. Dia galak banget coy. Kata temen-temen yang lain sih, bapaknya Hana itu  preman pasar. Pantes anaknya begini. Buah kalo jatuh memang gak jauh dari pohonnya.

"Nih!" Gue ngasih uang tiga puluh ribu ke Hana. Setelah itu dia pergi, tanpa mengucapkan apa-apa.

Dan sekarang duit gue abis. Gue gak bisa jajan. Dan gue laper banget, mak.

Hayati gak kuat bang, tolong beliin hayati baksonya mang Parjo, bang. Hayati udah kelaperan bang. Alay banget ya, gue? Sorry, alay bawaan dari lahir.

Btw, gue gak liat Dimas sama Willi. Kemana tu anak berdua? Apa mereka udah kabur ke kantin biar gak di tagihin uang kas sama Hana? Kalo iya, anjing banget emang mereka berdua. Kabur gak ngajak-ngajak. Hhh. Sabar Key, sabar.

Dan sekarang, gue cuma duduk manis di kursi gue sambil memandang teman-teman gue yang aneh-aneh ini. Biar gue jelasin pada kalian karakter temen-temen gue ini.

Temen gue yang duduk paling pojok itu namanya, Dini. Dia temen gue yang paling tolol dan gampang diperdaya sama orang. Contohnya, pada hari Sabtu, 17 September 2020, Dini mengajak gue pergi ke kantin. Karena jalan ke kantin sangat becek, dan sepatu gue baru dicuci, gue menolak ajakkannya. Tapi Dini malah bilang, "Gue bawa sendal. Lo pake sendal gue aja, nanti gue nyeker."

Gue menjawab, "Kenapa lo gak pake sepatu aja, Din?" Dia menggeleng. "Nanti sepatu gue kotor." Katanya.

Gue mentapnya dengan tatapan yang tidak percaya, "Dan lo rela kaki lo kena becek, sedangkan gue pake sendal lo," Dia mengangguk.

Gue melongo.

Ini orang tolol apa bego sih?

Tadinya gue gak mau nganterin Dini ke kantin, tapi Dini memaksa, gue pun menyetujuinya. Gue berasa jahat, tapi kan ini maunya dia. Ya itulah Dini, tolol!

Berbeda dengan Dini, temen gue yang satu ini kerjaannya fangirl-an mulu. Lola, itu namanya. Kerjaan Lola kalo kelas gak ada guru, dia selalu nonton Konser boy band korea favoritnya. Lola selalu jerit-jerit kayak orang kesurupan kalo lagi nonton. Dia suka jerit-jerit gini, "Aaaaa oppa, saranghae." Gue gak tau itu artinya apaan. Yang jelas, dia selalu ngomong gitu setiap nonton Korean-an.

Lupain Lola, beralih ke temen gue yang satu ini namanya Dedeh. Dia yang selalu ceramahin gue, kalo binatang-binantang gue keluar. Dia selalu ceramahin gue begini, "Astagfirullah Keyzeea, kamu tidak boleh berbicara kotor seperti itu, ingat Firman Allah tentang..." Karna dia seneng banget ceramahin orang, dia dijuluki mamah Dedeh. Tapi gue lebih seneng manggil dia, Dedeh bayi ketimbang mamah Dedeh.

Lalu ada temen gue yang namanya Ajeng. Setiap gue berjalan di koridor sekolah, gue pasti ketemu dia. Gue selalu nyapa dia gini, "Woy! Ajeng anjing." Dan dia membalas, "Eh woy, apaan coy?" Gue gatau kenapa gue manggil dia begitu. Enak aja gitu manggil kayak gitu. Toh Ajengnya juga gak protes kok.

Lalu ada juga temen gue, namanya Yuyun. Yuyun ini orang Sunda asli. Kalo dia lagi marah gue suka ketawa ngeliatnya. Contohnya gini, "Naon sia anjing? Sia wani ka aing? Kadieu anjing!" Ngomongnya emang kasar, tapi ekspresi dia itu loh. Ngakak anjir.

Kurang lebih segitu aja gue ngasih tau ke kalian, tingkah laku temen-temen gue yang aneh-aneh ini. Temen-temen kelas gue emang gila semua. Paling yang waras cuma 3 atau 4 orang. Maklumlah, anak IPS. Hehehehe.

*************

Hai, gimana part yang ini? Makin gak jelas ya? Maklumi, masih belajar. Kata-kata kasar yang diatas jangan ditiru ya, wqwqwq. Cerita ini memang banyak mengandung kata-kata kasarnya. Mohon dimaklumi.
Di tunggu saran, kritik, vote dan komentar nya guys. Thank you:)

Jomblo SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang