Saat kecil Naruto pernah membaca sebuah dongeng, tentang seorang gadis yang tidak memiliki apapun. Tidak ada tempat tinggal, tidak ada keluarga dan tidak ada yang peduli padanya. Yang dimiliki Gadis itu hanyalah pakaian usang yang melekat di tubuhnya yang ringkih. Miris, dongeng itu hampir sama dengan kisah hidup Naruto. Saat itu, Naruto dengan kesal melempar dongeng itu ke lantai seraya berteriak, "Cerita ampas!"
Lebih miris lagi, diam-diam Naruto mengambil kembali buku itu. Tangan kecilnya bergerak membalik halaman buku, hanya untuk menatap beberapa baris kata di akhir cerita, di mana si gadis tokoh utama yang harus memberikan nyawanya sebagai bayaran untuk setitik kebaikan yang dia peroleh.
Saat membaca halaman terakhir cerita itu Naruto mendengus, seolah sudah menebak akhir apa yang akan di dapat si gadis.
Ya, cerita itu berakhir tragis. Tidak ada kebaikan yang benar-benar di dapat sang gadis, hanya mimpi indah yang lenyap saat mata terbuka.
"Nona."
Tak asing dengan nada suara berat yang memanggilnya, Naruto mendengus sebal. Mengabaikan Sasuke yang berjalan menyusulnya, sang gadis bersurai emas malah semakin mempercepat langkah kaki.
Oh, Jika saja itu wanita lain maka janganlah di ikuti Sasuke, di lirik saja mereka sudah gemetaran sangking bahagianya.
"Masih marah?"
"Ya jelaslah!"
"Tapi kan aku tidak jadi menggigit nona."
"Ya kalau sudah di gigit, sekarang kau akan berbicara pada batu nisan!"
Sasuke merapatkan bibirnya.
Sebenarnya Naruto malas sekali harus berada di tempat yang sama dalam radius kurang dari satu meter bersama Sasuke saat ini. Tapi karena kata Itachi, beberapa hari kedepan mereka akan melakukan perjalanan ke Istana bersama, Naruto mau tidak mau akan sering bertemu Sasuke, jadi Itachi menyarankan agar mereka berdamai.
Memang, mudah secara teori namun rumit dalam mempraktekkannya.
Naruto menghentikan langkah kakinya.
Gaunnya bergerak lembut seirama dengan tubuhnya yang tiba-tiba membalik arah, sedikit mengangkat kepala menatap lawan bicaranya.
"Jangan panggil aku nona."
Sasuke yang sebelumnya berada di belakang Naruto ikut berhenti, menundukkan kepalanya, menatap heran manik sebiru lautan. "Kenapa?"
"Tidak ada alasan, panggil aku Naruto saja!" ucap Naruto sedikit meregangkan jarak di antara mereka.
Sasuke tersenyum miring, "Jika ku panggil begitu, kau akan memaafkan kejadian saat itu?"
"Memangnya penting ya maaf dariku?"
Sasuke tidak langsung menjawab sebelum akhirnya mengangguk, "... Iya."
Naruto mengangkat bahu."Kalau begitu akan ku pikirkan," ucapnya seolah tidak perduli. Gadis itu membalikan badan, kembali melanjutkan jalannya. Meninggalkan Sasuke yang tetap berdiri di tempat, memandang punggung yang semakin menjauh.
Hingga akhirnya punggung itu semakin samar barulah dengan suara rendah Sasuke menyebut namanya.
"Naruto? Benar-benar gadis yang aneh."
Dan tentu di sertai hinaan.
***
Naruto memejamkan matanya, menikmati sensasi angin segar yang berhembus di sekitarnya. Gadis itu mendudukan diri di sebuah kursi taman seraya dengan lembut mengayunkan kakinya ke depan dan belakang.
Entah mengapa, rasa damai menyeruak dalam dirinya yang sekarang tengah berada di negeri entah berantah. Naruto tidak mengerti pada dirinya sendiri, tapi biarlah, untuk saat ini Naruto akan mengikuti kata hatinya.
"Bagaimana? Sudah berdamai dengan Sasuke?"
Tanpa peringatan, suara Itachi muncul tiba-tiba, membuat Naruto yang sejak tadi melamun terlonjak kaget.
Gadis itu menolehkan kepalanya ke samping, melihat Itachi yang berjalan ke arahnya sebelum akhirnya ikut mendudukan diri di sebelahnya.
Setelah memperhatikan Itachi yang sudah mendudukan diri dengan nyaman barulah Naruto membuka suaranya, "Sebenarnya aku sudah tidak mempermasalahkan kejadian yang lalu. Toh, dia juga sudah meminta maaf."
Gadis itu menghela nafas panjang, matanya melirik ke arah Itachi yang fokus mendengarkan perkataannya. "Tapi rasanya seru juga mengerjainya," lanjut Naruto seraya tersenyum puas.
Itachi tidak tahu ingin tertawa atau menangis, pemuda itu hanya tersenyum simpul dengan mata berkerut. "Sudah kubilang kan sebenarnya Sasuke itu tidak berbahaya."
"Sedikit tidak berbahaya," koreksi Naruto, ikut tersenyum.
"Lalu, kenapa kau memutuskan untuk mengajakku? Kalau Sasuke aku masih mengerti, tapi aku kan tidak ada hubungannya sama sekali."
"Saat sudah tiba di sana kau akan paham maksud ku."
Naruto memandang Itachi dengan alis bertaut, beberapa saat kemudian gadis itu menghela nafas pendek.
Itachi memang seperti itu, menyembunyikan segalanya sendiri. Pria itu gemar sekali melakukan sesuatu yang orang lain nilai tidak berguna namun nyatanya ada maksud tersembunyi yang tidak di sangka-sangka.
"Kau ini memang ... ah, lupakan. Berdebat denganmu juga aku tidak akan menang." Dengan gemas Naruto menggaruk rambutnya yang tidak gatal, Naruto jadi lelah sendiri.
"Kenapa tidak mencobanya dulu? Siapa tau kau menang."
"Malasss."
Naruto menyandarkan punggungnya, memandang pepohonan rindang tak jauh dari tempatnya. Tangannya bergerak lembut menyentuh liontin biru yang tersembunyi di balik baju seraya memejamkan mata.
Suasana damai ini.
Sampai kapan?
~~~
[Revisi 19 sep 21]
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Friends Is a Vampire
ФанфикNaruto yang baru saja di selingkuhi oleh kekasihnya tanpa di sengaja malah tersesat dan dengan sialnya bertemu dengan seorang Vampire yang hendak menggigitnya. "Kau manis nona." Akankah takdir menuntun ke arah kebahagiaan ataukah penderitaan? Warn...