(Normal's POV)
Kerumunan manusia di tengah jalan itu semakin bertambah mengelilingi sosok tubuh yang mulai mengeluarkan banyak darah. Terdapat banyak luka di bagian kepala korban, darah segar mengalir dari mulut dan pelipis. Sebuah luka parah terlihat di daerah mata kirinya. Tubuh tersebut bergerak sedikit berusaha meraup udara sebanyak banyaknya, seolah enggan terpisahkan ruh dengan tubuh fananya.
Terlihat seorang pria berkisar 26 tahunan dan memakai setelan kantor tanpa jas dengan lengan kemeja yang digulung sampai siku tengah memainkan telepon genggam menghubungi sesuatu.
"Cepat, telepon ambulans!" Seorang bapak yang mengenakan seragam security berteriak mengingatkan masa yang sibuk menonton.
"Ambulans sedang di jalan, pak." Jawab pria itu memasukkan kembali telepon genggam dalam saku celananya, rupanya pria itu satu-satunya orang yang cepat tanggap.
"Bagaimana ini?"
"Kok bisa sampai seperti ini?"
"Kasihan sekali, padahal masih muda."
"Katanya dia mengejar copet yang berusaha merebut tas gendongnya, sampai akhirnya tertabrak."
Terdengar bisikan-bisikan dari kerumunan bagai di tengah pasar dan beberapa orang berusaha membubarkan kerumunan dan memberi ruang untuk jalannya ambulans saat tiba nanti.
10 menit berlalu, tapi ambulans belum juga datang. Security dan pria yang sebelumnya menelepon ambulans mulai tidak sabar. Korban terlihat semakin memucat dan darah di sekitarnya mulai mengering.
"Ck! Kenapa layanan antar makanan justru lebih cepat daripada ambulans saat seperti ini?!" Pria itu mengeluarkan keluhannya.
Tidak lama setelah keluahan itu diucapkan, dari kejauhan terdengar bunyi yang meraung-raung semakin mendekat.
"Ambulans sudah datang, pak." Seorang bapak seolah mengumumkan pada semua orang yang ada.
"Beri jalan!" Seorang bapak lainnya berteriak menyingkirkan beberapa orang yang masih berkumpul di dekat korban.
Ambulans mendekat sampai berhenti tepat di depan korban. Beberapa petugas dengan seragam putih mulai turun dan menangani korban. Setelah memberikan pertolongan pertama pada korban para petugas itu mulai mengangkat korban dengan tandu dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Siapa yang bertanggung jawab atas korban?" Salah satu petugas bertanya pada semua orang.
Tidak ada jawaban, semua memilih diam dari pada harus berurusan dengan biaya rumah sakit apalagi polisi.
"Saya yang bertanggung jawab, pak." Pria itu kembali tanggap.
"Tapi ini murni kecelakaan, pak. Saya bersedia menjadi saksinya." Bapak berseragam security angkat bicara.
"Baiklah, untuk sementara kalian berdua ikut kami." Petugas itu memutuskan.
"Biar saya saja, pak. Bapak security ini masih harus bertugas menjaga posnya."
Petugas itu terdiam sejenak, memikirkan dampak dari pengambilan keputusan selanjutnya. "Baiklah."
Pria dan petugas itu memasuki bagian belakang ambulans dan mulai meninggalkan tempat kejadian perkara.
Sesampainya di rumah sakit, korban segera dimasukkan dalam ruang ICU dan ditangani dokter sedangkan pemuda itu menunggu di luar.
15 menit berlalu, 20 menit berlalu, sampai akhirnya seorang dokter keluar. Pria itu bangkit dari duduknya kemudian menghampiri. Dokter tersebut menggeleng.
"Maaf, korban tidak tertolong. Ketika saya periksa korban sudah kehilangan banyak darah dan sangat terlambat untuk mendapatkan darah baru. Lukanya pun sangat fatal, pembuluh di bagian kepala dan matanya pecah."
Pria itu terkejut, terdiam mematung bahkan sampai dokter menepuk bahunya dan pergi.
'Apa yang harus kulakukan?' Tanyanya dalam hati.
Tubuhnya melemas membayangkan saat bertemu keluarga korban yang ditabraknya. Dia mungkin saja lepas dari jeratan hukum karena memang bukan salahnya. Korbanlah yang berlari ke arah mobilnya hingga terjadi kecelakaan maut ini. Diapun memiliki saksi mata dan bukti yang kuat.
Tapi bukan itu masalahnya. Bagaimana dengan perasaan keluarga korban? Bagaimana perasaan ayah dan ibu korban saat mengetahui anaknya telah meninggal? Bagaimana dia bisa menjalani hidupnya setelah ini?
Dia pembunuh. Ya, sekarang dia telah menjadi seorang pembunuh. Dia seperti kehilangan wajah untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Bagaimana perasaan ibunya saat mengetahui bahwa anaknya telah menjadi pembunuh?
Tubuh pria itu melemas, tangannya terulur menggapai tembok dan mulai menyandarkan punggungnya. Bagaimana ini?
Beberapa perawat terlihat keluar dari ruangan dan melewatinya.
'Aku harus melihatnya.' Sebuah pemikiran terlintas dalam kepalanya.
Pria tersebut meski tertatih mulai berdiri dan berjalan memasuki ruangan. Bau alkohol dan obat-obatan menyapa hidungnya. Terlihat tirai hijau membatasi pandangannya terhadap sosok tubuh yang mulai kaku.
Perlahan tapi pasti pria tersebut menyibak tirai dan melihat tubuh korbannya tertutup kain putih dari atas kepala sampai ujung kaki. Bercak merah darah tercetak membentuk di kain putih itu.
Tangannya bergetar dan seluruh tubuhnya menggigil mendapati pemandangan seperti itu. Meski begitu tangannya tetap terulur menyingkap kain penutup di bagian kepala korban secara perlahan.
Pria tersebut segera menarik tangannya kembali saat tiba-tiba tubuh korban yang sebelumnya kaku itu membuka mata dan menarik napas terengah seolah telah menahan napas begitu lama. "Aaakh hahh hahh hah!"
Bola mata pria itu melebar dan tubuhnya menegang, sedangkan pikirannya memproses apa yang baru saja terjadi. Namun ketika sadar, "AAAKHH!" dia berteriak kemudian pingsan.
...
TBC
Author:
Nah, semuannya. Gimana dengan part pertama ini? Penasaran gak? Ini gimana sih ceritanya? Siapa sih korbannya? Katanya korban udah meninggal, kok tiba2 bangun sih? Loh loh, si pria sampe pingsan 😅
Oh ya, cerita Fantasy bakal up date acak ya. Gak tiap hari kayak Melodies of Life ataupun Rain and Love. Dan sy tidak dapat berjanji bakal up date di setiap hari apa saja. Bisa jadi besok, atau tiga hari setelah hari ini, atau lima hari, atau tujuh hari, atau sembilan hari, atau kalau memang tidak banyak peminat bisa sebulan kemudian sy baru up date.
Loh! Kenapa?
Karena kalian sebagai pembaca adalah bahan bakar semangat sy dalam menulis 😊 kalau bahan bakarnya aja gak ada, gimana bisa jalan coba 😄 Makanya, untuk mempermudah mengetahui up date cerita, follow akun ini ya. Vote dan komentar yg membangun selalu sy tunggu 😉
Yo, sy rasa cukup untuk part ini. Mudah2an part selanjutnya bisa segera up date ya.
Bay bay
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy
Fantasy"Lu mau tau rasanya gimana jadi satu-satunya orang yang bisa liat lu? Berasa gila gue!" "Saya harap saya dapat dilihat oleh anda dan juga mereka." "Well, kukira kita bisa berteman." Kata mereka, fantasi itu khayalan atau sesuatu yang tidak benar...