(Lazuardi's POV)
Perkataan dokter Azmi membuatku berpikir, kemudian mengelus bagian wajah yang memang beberapa hari ini tidak sempat kuurus, 'benarkah?'.
"Haha, sudahlah. Lupakan, jangan terlalu dipikirkan." Dokter di depanku menanggapi pernyataanku dengan santai. "Ada yang lebih penting, pasien itu."
Ah iya, korban itu. Seorang gadis yang berlari kencang ke arah mobil mewahku, mengejar seorang pria berjaket hitam yang diduga perampok dan membawa kabur tas gendong miliknya.
Padahal saat itu aku hanya ingin cepat pulang karena lelah mengurus perusahaan milikku sendiri hingga membuatku menambah kecepatan laju mobilku sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi.
Bicara soal mobil, kuharap bapak satpam itu mau menjaganya untukku. Sejak sampai di rumah sakit ini mana sempat aku menghubungi pak Danu, sopir keluargaku, untuk mengurusnya.
Semuanya terjadi begitu saja dan dalam waktu yang sangat cepat, seolah tidak membiarkanku bernapas walau sejenak. Pikiranku melayang ke mana saja, mulai dari saat aku menyadari aku yang dalam sekejap berubah menjadi pembunuh sampai kemudian sosok mayat yang tiba-tiba hidup kembali.
Meski dengan kemampuanku, tetap saja itu membuatku berpikir bahwa aku sudah gila dan belum terbangun dari tidur nyenyakku kemarin malam.
"Ya, dok. Saya kemari ingin menanyakan hal itu. Jadi, apa benar gadis itu hidup kembali? Bernapas seperti biasa dan membuka matanya?"
"Ya." Dokter Azmi menjawabku cepat dan tegas.
Seharusnya aku sudah tidak terkejut lagi seperti ini, karena sebelumnya perawat yang menemuiku pun mengatakan hal yang sama. Tapi tetap saja, "Bagaimana bisa, dok?! Bukankah sepuluh menit sebelumnya anda mengatakan bahwa pasien sudah meninggal karena banyak hal?"
Baiklah, harus kuakui pertanyaanku barusan terkesan nyolot.
"Memang benar dengan apa yang saya katakan saat itu, pasien sudah meninggal. Tapi biar bagaimanapun keadaanya saat ini berbeda, bahkan di luar nalar manusia." Dokter Azmi terlihat sedikit ragu dengan penjelasannya sendiri, "Pasien korban kecelakaan itu hidup kembali, itu kenyataannya saat ini."
"Tapi bagaimana bisa seseorang yang sudah meninggal bisa hidup kembali, dok?! Atau jangan-jangan dokter tidak memeriksanya dengan benar saat itu?" Di sini aku menuntut jawaban atas pertanyaanku.
Dokter Azmi terlihat menghela napasnya sebelum menjawab. "Saat itu pasien memang sudah meninggal, tidak ada tanda-tanda kehidupan di tubuhnya. Bukti rekaman sampai arsip yang saya tanda tangani sebagai berkas penting pun ada. Anda bisa melihatnya sendiri." Dokter Azmi menjawab pertanyaanku dengan tenang, seolah dia tahu benar bahwa dia tidak bersalah dalam mendiagnosa sebelumnya tapi aku malah menyudutkannya. Apalagi dia menyebutku 'anda', bukan 'kamu' seakrab tadi.
"Lalu, bagaimana bisa?" Aku mulai kehabisan kata untuk menyuarakan kebingunganku.
"Penjelasan untuk sementara ini adalah bahwa sempat terjadi pembekuan dan penyumbatan dalam tubuhnya sehingga tubuhnya seakan sudah tidak bekerja lagi dan mati. Kira-kira seperti itu."
Penyumbatan ya?
Dokter Azmi terlihat menghela napas lagi saat melihat reaksi yang kuberikan -terdiam bengong-. "Sudahlah, untuk saat ini seharusnya kamu bisa bernapas lega karena korban kecelakaan yang kamu tabrak masih hidup. Setidaknya kamu bukan pembunuh."
Benar juga ucapan dokter Azmi. Seharusnya aku bersyukur dan tidak mempermasalahkannya.
"Jadi, keadaannya saat ini dia baik-baik saja kan, dok." Baiklah, aku memang bukan pembunuh sekarang. Tapi memastikan dia baik-baik saja seperti sebuah kewajiban bagiku.
"Sebelumnya sudah saya katakan, terjadi pecahan pembuluh di bagian kepala dan matanya. Semua baik-baik saja kecuali dua bagian tersebut."
"Maksud dokter?"
"Karena dua bagian tersebut merupakan bagian yang sangat vital, kecelakan sekecil apapun akan menimbulkan perubahan padanya."
Dokter Azmi tidak meneruskan penjelasannya, membuatku semakin tidak sabar. "Perubahan seperti apa, dok?"
"Itu yang masih menjadi tanda tanya. Untuk melihat perubahan yang terjadi, kita harus menunggu pasien sadar terlebih dahulu."
Tubuhku melemas dengan kepala tertunduk, masih belum berakhir ternyata. Kuangkat kepalaku dan kembali bertanya, "Apa kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, dok?"
"Bisa saja pasien mengalami amnesia dan buta. Itu kemungkinan terburuk. Tapi melihat reaksinya saat sadar tadi, sepertinya matanya masih dapat berfungsi untuk melihat."
Aku menghela napas lega. Setidaknya gadis itu masih bisa melihat.
"Yang harus kamu lakukan saat ini adalah menunggunya sadar kembali dan cari tahu identitasnya. Pastikan kamu juga menghubungi keluarganya yang bisa jadi saat ini sedang mencarinya ke sana ke mari. Pasien itu masih di ruang ICU."
Aku menghembuskan napasku lagi secara perlahan, mencoba untuk bisa bersikap lebih tenang. "Baiklah, dok. Terima kasih atas semuanya. Lakukan apapun yang bisa anda lakukan. Berikan pelayanan terbaik dan tidak perlu khawatir masalah biaya," aku berdiri dan mengulurkan tangan dan dokter Azmi menerimanya. "Saya harap di bawah pengawasan anda, pasien bisa segera pulih."
"Tentu saja. Akan saya lakukan yang terbaik untuk anda, tuan Lazuardi Tanuwidjaya."
Oh, sepertinya dokter Azmi mengenalku. Aku tertawa menanggapinya kemudian keluar ruangan dan berjalan menuju kamar gadis yang kutabrak.
Sepertinya dunia ini terlalu sempit untuk seorang ahli waris keluarga Tanuwidjaya sepertiku. Hampir semua orang yang berkecimpung di dunia saham dan bisnis mengenalku, ditambah tidak sekali dua kali aku menerima undangan dari media masa.
Menjadi kaya dan terkenal tidak lantas membuatku memiliki banyak teman. Semua orang bersikap segan dan hormat kepadaku. Meski dengan sikapku yang terkadang sering dianggap aneh.
'Tunggu dulu,' Aku menghentikan langkahku saat menyadari sesuatu. 'Jika dokter itu mengenalku sebagai ahli waris Tanuwidjaya, kenapa dia bisa seakrab itu denganku?'
...
TBC
Author:
Ow ow ow, apakah perubahan yg akan terjadi saat pasien itu siuman? Apakah pasien akan mengalami amnesia lalu jatuh cinta pada Lazu seperti shitnetron2 yg banyak bertebaran di luar galaksi sana? Yg kemudian rebutan warisan sampai saling meracuni? Aww, gaklah yaa. Terus gimana? Ya follow dong.
Sabar ya abang Laz, sabar. Biar kata abang anak konglomerat juga bukan berarti gak ada masalah dalam hidup abang.
Eh, siapa ya dokter Azmi itu? Kok sok akrab banget sih sama abang Lazuardi? Terus kalian sadar gak sih kalau katanya abang kita yg kece ini punya kemampuan? Kemampuan apa itu? Sihir? Sulap? Bisa menghilang? Kok bisa dianggap aneh?
Penasaran? Tunggu kelanjutannya ya. Yuk difollow, divote, dikomen, di-, di-
Akhir kata, terima kasih banyak, dan bay bay
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy
Fantasy"Lu mau tau rasanya gimana jadi satu-satunya orang yang bisa liat lu? Berasa gila gue!" "Saya harap saya dapat dilihat oleh anda dan juga mereka." "Well, kukira kita bisa berteman." Kata mereka, fantasi itu khayalan atau sesuatu yang tidak benar...