Fantasy 7

4 0 0
                                    

Hai hai hai, hampir satu bulan ya gak up date. Hehe

Hari ini up date nih, yippiiee!
Sebelum lanjut, sy mau ingetin lagi nih kalau dialog yg ada memang berbeda satu dengan lainnya, berdasarkan watak karakter loh.

Yoya yang rada2, lu lu-gua gua
Kuzumi yang kaku, anda-saya
Lazuardi yang santai, kamu-saya
Abang Ryo yang fleksibel
Dokter Azmi yang formal non-formal
Etc etc

Yo, dimulai

***

(Normal's POV)

Senja ini di taman sebuah rumah sakit terlihat seorang gadis duduk di kursi roda dan seorang pria di depannya tengah bungkuk menyamakan tinggi wajahnya dengan wajah gadis di kursi roda.

"Anda dapat melihat saya?!" Seru pria berpakaian serba putih itu membuat si gadis mengerenyit bingung.

Pria itu menegakkan badannya dengan ekspresi bahagia yang ditahan kemudian bergumam, "Akhirnya, akhirnya, akhirnya."

Sementara di hadapannya gadis dengan kursi roda itu menampakkan wajah penuh kebingungan.

"Nama saya Kuzumi, anda?" Tangannya terulur ke depan.

"Hah?" Gadis tersebut rupanya masih memproses apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Kuzumi terkekeh melihat wajah gadis di hadapannya dan menarik tangannya kembali, "Anda lucu sekali, nona."

Kening gadis itu menciptakan kerutan di dahinya, "Emangnya gue badut, lucu!" Ucapnya ketus.

"Ma-maaf, bukan itu maksud saya. Hanya saja ekspresi yang anda buat sangat, eumm, lucu. Ma-maksud saya bukan seperti lucu badut, ta-tapi lucu...menggemaskan." Karena mendapati jawaban yang tidak bersahabat, Kuzumi merasa sedikit bersalah dan juga gugup.

Wajah gadis itu memerah kemudian melepaskan pandangannya dari Kuzumi.

Hening.

Keduanya tidak berani bersuara karena sama-sama gugup. Terus berlanjut beberapa menit sampai akhirnya Kuzumi angkat suara, "Ehem, maaf soal tadi."

"Hmm." Lawan bicaranya hanya menjawab dengan gumaman.

"Ka-kalau boleh tahu, siapa nama anda, nona?" Meski khawatir akan mendapat respon yang sama tapi Kuzumi harus berusaha menjadikan gadis di hadapannya sebagai...mungkin teman?

"Yoya, nama gue Yoya." Gadis di kursi roda itu akhirnya bersuara setelah beberapa detik diam tidak menjawab pertanyaan Kuzumi.

Mendapati gadis di hadapannya mau bersuara membuat senyum tipis muncul di bibir tipis Kuzumi.

"Eh, maksud lu apaan tadi tiba-tiba teriak anda dapat melihat saya? Lu kira gue buta gitu?!" Cecar Yoya menuntut jawaban.

"Bu-bukan begitu."

"Terus?" Mata Yoya terlihat menyipit melihat Kuzumi.

"Saya...sa-saya..." Kuzumi menunduk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mencurigakan." Yoya mendesis.

Kuzumi seketika menatap Yoya sedikit panik. Jujur saja saat ini Kuzumi bingung bagaimana cara mengatakannya kepada Yoya tentang siapa dirinya.

"Udah, ah. Kalau lu gak mau jawab mending gue balik ke kamar, mau tidur." Yoya mulai menggerakan kursi rodanya dengan menggunakan kedua tangan.

"Sa-saya hantu! Ya! Ka-karena saya hantu. Karena itulah tidak ada yang dapat melihat saya." Jawab Kuzumi terdengar cepat dan berantakan.

Yoya mematung. Menatap Kuzumi lagi. Kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha, lu kalau mau bohong pake garem dikit dong. Biar gurih, haha. Garing lu, gak lucu." Matanya sampai terpejam dan berair.

Kuzumi terkejut mendapat reaksi yang diluar bayangannya.

Saat tawa Yoya mereda, diapun berkata, "Udah, ah. Lu kalau mau bertemen sama gue gak usah segitunya, gue benci sama pembohong. Tanpa berbohong pun gue mau kok bertemen sama lu." Yoya pun tersenyum manis.

Kuzumi sempat terpaku melihat senyuman Yoya dan tanpa sadar diapun tersenyum.

"Ya udah, gue balik ke kamar gue ya. Inget, gue gak suka sama  pembohong." Ucap Yoya seraya mengacungkan jari telunjuknya menegaskan pada Kuzumi perihal ketidaksukaannya.

Kuzumi tersadar, "Tapi saya memang hantu..." ucapannya terdengar ragu. "Jika tidak dapat dilihat dan disentuh memang hantu, maka saya memang hantu. Yoya, anda harus mengerti keadaan saya." Meski Kuzumi sendiri tidak yakin bahwa dirinya hantu atau bukan tapi akhirnya dia membuat kesimpulan sendiri dan berkata tegas.

Yoya memandang tidak suka pada Kuzumi, "Gini aja deh ya, lu kalau mau bertemen sama gue yang biasa aja. Gak usah sok-sok'an bikin gue berkesan." Kemudian tangan Yoya menepuk nepuk lengan Kuzumi, "Mana? Mana? Lu bisa gue sentuh nih buktinya."

Kuzumi mengerjap tidak percaya ketika melihat lengannya ditepuk-tepuk oleh Yoya. "Ta-"

"Yoya!" Ucapan Kuzumi terpotong saat seorang pria berlari menghampiri.

"Bang Ryo?"

"Kamuh, huh, ngapain di sinih sendirianh. Haa" Pria yang disapa bang Ryo oleh Yoya berkata sambil terengah kelelahan.

"Hah? Abang apaan sih, Yoya gak sendirian kok. Ini ada Kuzumi, temen baru Yoya, di depan." Yoya dan Kuzumi saling tatap sebentar.

"Kamu jangan bercanda, ah. Gak lucu." Bang Ryo kemudian pindah posisi ke hadapan Yoya.

Mata Yoya terbelalak tidak percaya saat dilihatnya tubuh Kuzumi ditembus oleh tubuh bang Ryo yang kemudian jongkok di hadapannya. Sekarang tubuh Kuzumi terlihat seperti bayangan di air yang dapat ditembus. Kuzumi terlihat biasa saja, namun menyiratkan kesedihan kemudian menunduk. Matanya beralih menatap bang Ryo yang masih mengatur napas dan menatapnya.

"Bang..." panggil Yoya pelan.

"Ya?" Abang Ryo menatap bingung saat mendapati adiknya menatapnya horor.

"Ki-"

"Oh, kalian di sini rupanya." Seorang pria lainnya dengan seragam dokter datang menghampiri. "Ini sudah mendekati malam, sebaiknya pasien masuk ke dalam kamarnya." Ingat dokter dengan name tag Dr. AZMI PUTRA PRATAMA di bagian dadanya.

"Baiklah, dok," Bang Ryo menjawab. "Ayo." Kemudian mendorong kursi roda yang dipakai Yoya.

"Yoya!" Kuzumi melihat kepergian Yoya mulai mengejar dan menyamakan langkah kakinya di samping kanan kursi roda.

Tubuh Yoya menegang karena takut. Bahkan tangannya kini memegang erat tumpuan di kursi rodanya.

"Yoya, lihat. Saya tidak berbohong, kan?" Kuzumi masih mencoba berbicara pada satu-satunya orang yang dapat melihat dirinya.

Keringat dingin mulai membasahi kening Yoya seraya memejamkan matanya. Yoya benar-benar takut saat ini. Hantu, sekarang ini ada hantu di sampingnya. Hantu yang mungkin akan membunuhnya seperti film horor yang pernah ditontonnya.

Kuzumi menyadari perubahan besar yang terjadi pada Yoya. Ya, manusia normal mana yang tidak takut ketika melihat hantu. Kuzumi menunduk sedih dan putus asa. Sekarang satu-satunya orang yang dapat melihat bahkan menyentuhnya ketakutan setengah mati padanya. Jalannya melambat bahkan sedikit mulai tertinggal dengan Yoya dan lainnya.

Yoya menyadari Kuzumi yang sudah tidak ada di sampingnya lagi.

"Yoya, saya sudah membuktikan pada anda bahwa saya tidak berbohong. Sekarang buktikan pada saya bahwa anda tidak berbohong saat anda berkata bahwa anda mau menjadi teman saya. Saya yakin anda tidak mungkin membenci diri anda sendiri." Suara Kuzumi cukup terdengar sampai pada Yoya yang jaraknya beberapa langkah di depan membuat Yoya tersindir.

"Temui saya di taman besok sore jika anda benar-benar membenci seorang pembohong."

***

Lanjut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang