(Korban's POV)
"Aaakh hahh hahh hah!" Seorang pria segera menarik tangannya kembali saat secara tiba-tiba gue membuka mata dan tarik napas terengah karena ngerasa sesak kayak ditimpa beban berat.
'Sial! Sakit banget! Kepala gue, mata gue, kenapa rasanya sakit banget!' Tangan gue reflek pegang kepala dan mata gue yang rasanya sakit dan pedih pas dibuka.
"AAAKHH!" Gue denger teriakan dari samping sampai kedenger bunyi bruuk macam karung jatuh.
'Sial! Bukannya nolongin gue malah pingsan lagi itu orang.' Masih pegang kepala dan mata gue pun coba buat teriak, "To...akh! TOLONG!"
Gue sempet liat bayangan suster di pintu tapi kemudian menghilang. "Ugh!" Rasanya sakit banget.
Gak lama seorang dokter dateng mendekat. Firasat gue sih itu dokter periksa orang yang pingsan tadi deh.
"Suster! Tolong pria ini, dia pingsan!" Nah, kan.
Gak lama gue ngerasa ada sebuah tangan besar mengangkat tangan gue dari kepala dan mata yang gue pegangi karena sakitnya luar biasa ini. Kemudian mengecek nadi gue.
"Nona, apa anda dapat mendengar suara saya?"
"Ugh! Iya, dok. Gue denger. Ini kepala sama mata gue sakit banget, dok. Gue kenapa?!" Gue teriak menahan sakit.
"Biar saya periksa, sebaiknya nona jangan banyak bergerak dulu dan tutup mata anda."
Gue pun nurut. Diem dan menutup mata sampai tiba-tiba gue ngerasa kayak ditusuk jarum suntik di nadi gue. Pelan tapi pasti mata gue rasanya berat banget bikin gue pengen tidur terus gelap.
...
(Normal's POV)
Setelah satu jam berlalu.
"Ngh!" Pria yang sebelumnya pingsan tadi mulai membuka mata. Mengerjap sebentar kemudian tersadar. "Dokter! Suster!" Teriaknya seraya mencoba duduk di atas tempat tidur.
Tidak lama kemudian seorang suster datang mendekatinya, "Anda sudah sadar, pak?"
"Sus! tadi mayat korban membuka matanya dan-dan bernapas! Dia hidup, sus! Lalu-lalu-"
"Keadaan korban baik-baik saja, pak. Entah bagaimana caranya tapi korban hidup kembali." Suster tersebut berusaha menenangkan keadaan pria yang terlihat syok dan panik.
"Hah?! Apa kalian melakukan kesalahan saat mengecek keadaannya tadi?!"
"Tidak, pak. Beberapa saat setelah datang ke rumah sakit korban memang sudah meninggal. Tidak ada tanda-tanda kehidupan darinya. Kami juga memiliki buktinya jika anda ingin melihatnya." Jelas suster tersebut menjawab pertanyaan si pemuda.
"Lalu, bagaimana keadaannya saat ini?"
"Lukanya sedang diobati oleh dokter Azmi. Jika anda sudah merasa lebih baik silahkan menghadap dokter Azmi untuk lebih jelasnya."
Pria itu terlihat menghela napas, "Baiklah, saya akan menemuinya."
"Kalau begitu saya permisi, pak."
"Pak, pak, pak. Apa aku terlihat setua itu, huh?" Gumam pria itu setelah suter keluar ruangan. "Ah, aku harus menemui dokter itu untuk lebih jelasnya."
Pria itu bangkit dari brankar kemudian keluar ruangan dan mencari ruangan dokter Azmi.
"Ck, di mana ruangannya?!" setelah beberapa langkah, pria tersebut baru menyadari kebodohannya. Dia melihat ke sekeliling, mencari seseorang untuknya bertanya. Dan saat menemukan seorang perawat tanpa banyak berpikir langsung saja dia bertanya, "Permisi, bisa beritahu saya di mana ruangan dokter Azmi?"
"Oh, tentu. Mari sekalian saya antar." Meski sedikit terkejut perawat itu kemudian mengantar pria itu sampai ke depan pintu berwarna putih dengan papan bertuliskan Dr. Azmi Putra Pratama.
Tok! Tok! Tok! Perawat tersebut mengetuk pintu.
"Masuk!" Terdengar suara dokter yang beberapa jam lalu berbicara padanya.
Suster kemudian masuk, sementara pria itu tetap berada di luar.
"Maaf mengganggu, dok. Seseorang mencari anda." Ucap perawat.
"Siapa?" Kening dokter terlihat berkerut.
"Dia pria yang datang membawa korban kecelakaan itu, dok."
"Ah, ya. Suruh dia masuk." Perintah dokter.
"Baik, dok."
Perawat itu keluar ruangan dan kembali menemui sang pria, "Silahkan, pak."
Mereka memasuki ruangan dalam diam.
"Kalau begitu saya permisi, dok." Pamit perawat itu pada dokter.
"Ya, terima kasih."
Pria tersebut hanya tersenyum sekilas saat perawat itu menundukkan kepala padanya seraya tersenyum manis, sampai kemudian perawat itu keluar meninggalkan dirinya dan dokter itu berdua.
"Silahkan duduk, pak." Dokter Azmi mempersilahkannya duduk.
"Terima kasih." Jawabnya singkat.
"Sebelumnya perkenalkan, nama saya Azmi Putra Pratama. Saya dokter yang menangani korban kecelakaan yang bapak bawa pukul 21.10 tadi." Dokter Azmi yang kelihatan berusia 30 tahunan itu mengulurkan tangannya pada pria di hadapannya.
"Ah, ya. Saya Lazuardi Tanuwidjaya. Emm, maaf dok. Tapi anda bisa memanggil saya Lazu, karena jujur saja, saya merasa risih dipanggil bapak. Karena saya belum setua itu."
Dokter Azmi terlihat berpikir kemudian tertawa pelan, "Haha, tentu saja, Lazu. Kamu memang tidak terlihat tua, tapi brewok berantakanmu itu membuat siapapun berpikir bahwa kau pria dewasa yang sudah memiliki istri dan anak."
Perkataan dokter Azmi membuat Lazu berpikir, kemudian mengelus bagian wajahnya yang beberapa hari ini tidak terurus, 'benarkah?'
...
TBC
Author:
Akhirnya, up date juga ini cerita. Yuhu, mulai keliatan ya korbannya (yg entah kalian sadar atau tidak) adalah seorang gadis dan juga karakternya gimana. Gue gue lu lu gitu, kalau kata aniki karakter ini mengingatkan kita pada seorang petinggi negeri para bedebah ini. Hoho, aniki memang tinggal di negeri para bedebah di seberang galaksi sana.
Di part dua juga kita sudah mulai kenalan ya sama dokter Azmi dan Lazu. Lazu emang ganteng, makanya banyak perawat yg ngelirik -meski dengan brewok berantakannya-. Tapi kok korbannya masih belum ketauan siapa ya? Siapa sih?
Ya udah, ditunggu aja ya, difollow aja ya, divote aja ya, dikomen aja ya, pokoknya di- di- lainnya deh.
Sampai sejauh ini, terima kasih banyak. Bay bay
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy
Fantasy"Lu mau tau rasanya gimana jadi satu-satunya orang yang bisa liat lu? Berasa gila gue!" "Saya harap saya dapat dilihat oleh anda dan juga mereka." "Well, kukira kita bisa berteman." Kata mereka, fantasi itu khayalan atau sesuatu yang tidak benar...