Satu

149 5 0
                                    

"Dasar gadis bodoh!" Plaakk... tamparan lagi, entah sudah berapa kali aku hanya khawatir tulang pipi ku akan hancur sebentar lagi.
"Kau mau pergi?! Baiklah tapi jangan harap kau akan mendapatkan uang dariku, pergilah mulai sekarang tanggung hidupmu sendiri jangan pernah menghubungi aku lagi!!" begitulah ibuku menanggapi keputusanku. Kejam? Lebih dari itu ia tidak dapat di deskripsikan dengan kata-kata, dia ibu kandungku tentu saja walaupun aku berharap bukan agar aku tidak menanggung beban sebagai anak durhaka saat melawannya namun bagaimanapun juga dia selalu menang tentu saja dengan bantuan suami baru nya.
"Biarkan si bodoh pergi sayang, lagipula akan menghemat biaya makan kita kan kalau dia pergi. Dia juga tidak berguna di sini, pergilah gadis sialan!!" begitulah suami barunya menyuarakan pendapatnya, mereka berdua memang cocok sama-sama tidak punya hati. Ya, ibuku memang cocok dengannya tidak dengan ayahku dahulu entah apa yang ayahku dahulu pikirkan sehingga memilih wanita itu.

Aku memasuki kamarku untuk menyiapkan baju yang aku bawa, tidak! ini lebih tepat di sebut gudang. Tenang sierra kau akan keluar dari gudang ini segera, butuh 15 menit untuk mengemas barangku tidak banyak karena memang baju ku hanya sedikit tapi aku tidak punya tas besar, aku hanya punya tas ransel sekolah yang tidak muat untuk baju-bajuku. Mungkin aku harus meminjam ke Hyeri, dia adalah adik tiri ku anak pernikahan pertama dari ayah tiriku. Hyeri berbanding terbalik denganku jika aku di perlakukan seperti budak lain halnya dengan Hyeri yang diperlakukan seperti putri, apa yang diminta nya selalu di berikan oleh orang tuaku. Memasuki kamar Hyeri aku menemukannya sedang mengecat kukunya sambil mendengarkan musik dengan headphone yang terpasang di telinganya. "Hyeri apa aku menganggumu?"
"Arrghh.. Bodoh!! Kenapa tidak mengetuk?! Lihat ini kau merusak kuku ku bodoh!"
"ma..maafkan aku,aku akan membersihkannya jika kau mau"
"Tidak.. Jauhkan tangan mengerikanmu dariku. Kau mau apa? Cepat pergi dari sini! Bau mu menjijikan"
"Begini, um.. Bolehkan aku pinjam kopermu?"
"Koper? Kau mau kemana bodoh!"
"Aku akan sekolah di Seoul, aku perlu kopermu untuk membawa baju-bajuku"
"Tidak boleh! Itu koper mahal, lagipula kau akan menjadi gelandangan disana tidak usah membawa banyak barang itu akan memyusahkanmu hahaha"
"Diamlah Hyeri, jangan bicara sembarangan aku disana untuk sekolah aku sudah mendaftar beasiwa dan aku di terima tentu saja aku tidak kesana untuk menjadi seorang pengemis"
"Hah? Sekolah apa itu yang mau menampung bodoh sepertimu?"
"SMA Samyongdong"
" Apa??! Kau bohong, kau pasti membohongiku. Itu adalah sekolah para kalangan atas. Ba.. bagimana bisa? Kau berkhayal Sierra,itu pasti adalah salah satu dari mimpi busuk mu"
"Mimpi itu adalah harapan yang bukan hanya ada di dalam tidurmu, namun dapat menjadi kenyataan seperti sekarang. Mimpiku sejak lama adalah pergi dari rumah neraka ini dan semua terkabul hari ini"
"Kau bodoh! Mundurlah tunggu satu tahun lagi biar aku yang mengambil beasiswa itu"
"Aku tidak sebodoh itu Hyeri, sudahlah aku harus pergi sampai bertemu lagi, jaga dirimu Hyeri dan nikmatilah waktu mu dengan orangtua tercintamu"
"Tapi.. Bodoh.. Sierra.. Menyerahlah kau tidak akan bertahan disana,kehidupan di Seoul lebih kejam"
"Setidaknya tidak sekejam disini"
Blam.. Aku pun membanting pintu kamar Hyeri, terdengar suara amarah Hyeri di dalam kamarnya. Selanjutnya aku harus mencari sesuatu untuk bajuku dan apa yang hanya aku temukan di dapur hanyalah karung beras, tidak apa-apa setidaknya bisa menyimpan semua bajuku.

Pukul 07:30 aku bersiap berangkat dengan menggunakan sepatu sneakers sekolahku dan jaket pink usangku, sebuah ransel di punggungku dan karung beras berisi bajuku aku siap berangkat. Aku sudah berniat berpamitan dengan kedua orangtuaku namun di waktu seperti ini biasanya mereka berkumpul di grup pemabuk di kedai dekat rumah, kupikir tamparan dan cercaan tadi sore adalah salam perpisahanku.

Aku menuju ke kantor pembelian tiket aku segera menaiki bus terakhir yang beroperasi hari ini setelah turun di Incheon aku akan menaiki kereta ke Seoul. Baiklah Goo Sierra hidup barumu di mulai. Semangat!!

"Ayah.. Maafkan aku tapi aku harus, benar-benar harus pergi jika aku masih ingin hidup. Aku harap ayah tidak marah dengan keputusanku ini, jangan khawatir aku dapat bertahan hidup disana ayah. Aku menyayangi mu ayah"

JINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang