Empat

16 1 0
                                    

Sudah  seminggu Sierra bersekolah, sehari-hari nya setelah pulang sekolah ia lalu membantu di toko ahjumma Jim pemilik rumah atap, toko kelontong kecil sekaligus penyedia jasa fotocopy.

Ahjumma Jim sangat baik namun berbeda dengan suami dan putra semata wayang  yang selalu sinis terhadapnya, ketika ahjumma Jim sedang menyetok barang entah Jang Wook sang putra ataupun Ahjussi Jim akan selalu menyalahkannya seperti hari ini Ahjussi Jim yang marah karena Sierra membuat pelanggan menunggu untuk fotocopy, sebenarnya Sierra tidak bisa menggunakannya karena belum pernah di ajari, hanya saja di saat ia tadi akan memanggil untuk meminta bantuan sang pemilik toko sedang sibuk menonton sepak bola di tv, ia tidak berani menyela karena takut akan di pukul seperti yang di lakukan ayah tirinya dulu.

~~~'''''''~~~~~~'''''~~~~~~'''~~~

Minggu ke dua sekolah, tidak di ragukan lagi jika sekolah ini mempunyai kecenduran mendiskriminasi para muridnya berdasarkan harta dan kemampuan mereka, namun beruntungnya orang kaya selalu di bekali akal brilian sedangkan orang miskin sepertinya tidak akan mampu bersaing. Sierra membenci perbedaan ini, seperti menjelaskan lagi dimana kedudukannya. Yah.. Dia adalah anak yang di tampung beasiswa uang di tempatkan di kelas terakhir di golongan menengah dan siswi yang ia ajak bicara saat upacara penyambutan siswa baru kemarin adalah siswa kalangan keatas dengan otak brilian maka sekarang ia memaklumi mengapa gadis itu menghindarinya seketika ketika tau Sierra adalah murid tampungan beasiswa.

Di saat istirahat Sierra menuju balkon kosong yang selama dua minggu ini selalu di singgahi nya saat istirahat, saat ia mengeser pintu ia di kejutkan dengan sesosok pria tinggi berambut hitam kecoklatan yang sedang memunggungi nya, ia pikir balkon ini kosong karena selama ini hanya dia yang ada di sini. Sierra bingung haruskah ia menyapa? Bagaimana jika terjadi penolakan seperti yang dilakukan gadis kelas atas itu, akhirnya ia hanya diam di belakang pria itu sampai akhirnya pria itu berbalik dan berteriak karena kaget, Sierra pun yang juga kaget mendengar pria itu berteriak membuatnya tepental hingga kepalanya membentur pintu di belakangnya.

"Oh.. Apa kau tidak apa-apa Nona? Maafkan aku berteriak sehingga mengangetkanmu, aku sendiri pun juga kaget melihatmu"

"Ahh.. Tidak apa-apa, tidak sakit" jawab Sierra dengan masih mengelus belakang kepalanya.
Dilihatnya dengan seksama wajah pria itu, hidung mancung, pipi tirus, mata yang simetris dan kulit putih. Sangat sempurna dan pria itu juga cukup tinggi kira-kira 180 mungkin, sangat cocok menjadi model.

"Kau murid baru ya? Kelas mana?" Sapa pria itu

Apakah jika mengatakan bahwa ia murid kelas menengah dengan tampungan beasiswa akan membuat pria itu juga menghindarinya? Setidaknya ia juga ingin mempunyai teman, hal ini tidak berjalan di kelasnya dimana setiap orang seperti sudah mempunyai pasangan nya sendiri-sendiri begitu juga di bangkunya, hanya ia sendiri karena memang jumlah murid di kelasnya ganjil.

"Um.. Aku kelas VII-6, aku murid biasa yang masuk di sini dengan bantuan beasiswa"  jawab Sierra pelan karena ia ragu saat menjawab, biarkan pria ini tau semuanya toh jika dia sama seperti yang lain tetap saja akan menghindarinya.

"Oh.. Keren, beasiswa bidang apa? Dan mana asalmu? aku yakin dari logat mu berbicara kau bukan orang Seoul tentunya"   jawaban pria itu di luar dugaannya, yang mengira beasiswa itu keren.

"Bidang menggambar. Aku dari Busan" jawabanya singkat dengan masih menggunakan nada pelan

"Sangat bagus, menggambar banyak pekerjaan yang membutuhkan bakat itu. Uh.. Aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Kang Shin Woo dari kelas VIII-1A"

Kelas menengah atas? Huruf A di nama kelasnya menunjukkan bahwa ia dari kelas teratas berpenghuni orang-orang jenius dengan hanya 15 jumlah siswa.
Seketika Sierra merasa dirinya tidak pantas berbicara dengan Pria ini, mereka berdua berbeda kasta.

"Siapa namamu Nona?" suara pria itu membuyarkan lamunan Sierra tentang perbedaan derajad nya. Ternyata pria ini masih mau berbicara denganya, apakah pria ini berbeda?

" ak.. Aku, em.. Namaku Goo Sierra"

" Sierra ya.. Namamu sangat bukan korea ya haha "

" Ya, ayahku dulu suka dengan Spanyol makanya ia memberiku nama yang berbau spanyol. Memang aneh, percayalah kau bukan orang pertama yang heran "
Seketika Sierra teringat ayahnya, dan mengapa ia sangat mudah mengatakan tentang ayahnya di hadapan pria ini? Bahkan Ahjumma Jim tidak tahu menahu asal-asulnya karena Sierra enggan bercerita, ia selalu terbayang penyiksaan itu ketika ia mengingat masa lalunya.

" Oh bukan maksudku mengejek nama mu, namamu cantik sungguh. Aku hanya berpikir jarang saja orang korea yang menggunakan nama asing seperti itu "

" Terimakasih"
oh.. Pria itu memuji namanya, ini adalah yang pertama kalinya seseorang mengatakan namanya cantik.

Seketika suasana menjadi canggung, pria itu diam dan hanya mempelajari wajah Sierra. Sierra yang semula memang pendiam namun ia juga ingin berbicara lebih, ia masih ragu harus membicarakan apa tidak biasanya ia berbicara dengan orang lain selama ini. Namun sebuah keyakinan terbersit, mungkin akan membuat perubahan pada dirinya mempunyai teman misalnya?

" em.. Kenapa aku jarang melihatmu di sini? Maksudku di sekolah ini, apa kau murid pindahan? "

" Bukan" jawab pria itu seiring mengalihkan lamunannya dari wajah Sierra. " Aku baru pulang minggu kemarin "

"Pulang dari mana?"
entah apa yang menyebabkan Sierra begitu penasaran dengan urusan pria satu ini, ia hanya secara reflek mengatakannya.

" Katakanlah aku sedang menjalankan tugas dari sekolah. Dan setelah ini ku jamin kau akan melihatku dimana-mana, tapi bukan berarti aku punya banyak kembaran. Hanya bentuk fisiknya saja yang beda "

" Oh" begitu jawab Sierra di susul bel masuk.

" Baiklah Sierra sampai bertemu lagi, jaga dirimu. aku pergi dulu ya " ucap pria itu seraya mengeser pintu lalu meuruni tangga di samping ruang balkon tersebut.

Sierra hanya terpaku diam.. Berfikir bahwa pria itu berbeda dengan yang lain, dia tau bahwa Sierra berasal dari kelas menengah namun masih tetap sudi berbicara denganya. Akankah dia menjadi temannya.

Dan perkataan pria itu benar, sepulang sekolah di sepanjang koridor dan mading sekolah tertempel brosur bergambarkan foto pria itu sedang tersenyum, dengan bertuliskan : Pemenang Nomor Satu Olimpiade Sains Internasional yang diadakan di Tokyo, bahkan di luar gedung sekolahpun terdapat spaduk serupa namun dalam ukuran lebih besar tentu sekolah ini sangat bangga dengannya juga dengan Sierra yang harus berbangga telah berbicara dengan murid terpintar di sekolah ini, betapa beruntungnya dia.







JINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang