Enam

7 1 0
                                    

Satu bulan berlalu.. Sierra menjalani kehidupan barunya di Seol dengan kegiatan yang padat. Yah.. Selain sekolah ia juga harus mencari nafkah untuk menyambung hidupnya, ia harus mulai mandiri kepada siapa lagi ia akan mengantungkan hidupnya. Baginya ibu nya yang kejam dan ayah tiri nya tidak ada lagi setidaknya mereka tidak tau kemana Sierra pergi sehingga tidak akan ada aksi kerjar-kejaran.

Pagi hari sekitar jam subuh sebelum berangkat sekolah Sierra harus mengantar koran dan susu, dengan sepeda pinjaman sang loper koran ia dapat dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya, setelah itu ia berangkat sekolah siang nya ia harus membantu di toko kelontong pemilik rumah atap, itu pun belum cukup untuk membayar uang sewa ia harus bekerja di pengisian bensin pada malam harinya. Sierra hanya manusia biasa, tubuhnya juga memiliki batas kekuatannya, apadaya pada hari ke-42 ia jatuh sakit, sebenarnya badannya cukup kuat di bandingkan dengan tubuh perempuan seusia nya namun karena gizi yang kuranglah ia jadi sakit. Sehari-hari ia makan 2 kali sehari dan lebih sering memakan mie instan karena harganya yang murah.

Suatu pagi setelah ia mengantar koran dan susu, tenaga nya terasa berkurang namun ia harus bersekolah. Jam pelajaran ke-3 adalah jam olahraga, Sierra sebenarnya enggan mengikuti namun ia takut di marahi guru nya.

Olahraga hari ini adalah basket, siswa di bagi menjadi 2 kelompok yaitu laki-laki dan perempuan yang saling berpasangan, kegiatan kali ini adalah melempar bola yang akan di tangkap lawan begitu seterusnya, hal ini menguntungkan bagi Sierra karena ia tidak perlu terlalu mengeluarkan tenaga namun apadaya dengan tubuhnya yang lemas ia hampir tidak pernah bisa menangkap lemparan pasanganya, pasanganya pun sebal dan meninggalkan nya, Sierra ingin mengejar namun ketika ia melangkahkan kaki nya tiba-tiba sebuah bola menghantam mukanya seketika ia terselungkur di lantai lapangan kemudian pandanganya kabur, ia mendengar sayup-sayup suara lelaki yang memanggilnya, suara yang pernah ia dengar kemudian semuanya menjadi gelap.


Susana terang dan serba putih memberi kesan kedamaian, apakah ia sudah mati?Apa ia sekarang di surga? Dapatkah ia bertemu ayahnya?

Kemudian ia membuka mata dan benar semuanya putih namun ia percaya ini bumi bukan di surga yang ia inginkan. Seorang perawat berlalu ia tidak melihatnya, Sierra mencoba memanggilnya namun tenggorokannya kering kemudiam ia berusaha bangun namun kepalanya berdenyut menimbulkan rasa sakit serta hidungnya yang terasa perih. Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pergelangannya.

"Hey, kau sudah siuman ya" kata pria pemilik tangan tersebut.

Sierra ingat pria ini, pria yang ia temui di balkon, pria yang wajahnya selalu terlampir di banner sepanjang sekolah, tapi untuk apa dia disini.

"Kau pingsan, kepala mu memar dan hidungmu berdarah tadi, maafkan aku ya seharusnya aku menagkap bola itu sebelum mengenaimu. Sekarang apakah kau baik-baik saja? Aku akan panggilkan dokter" kata pria itu

Sierra hanya mengangguk, masih bingung dengan kejadian yang menimpanya ia mengira bahwa ia pingsan karena sakitnya.

Setelah itu dokter memeriksanya dan menyarankan untuk istirahat juga makan yang banyak karena Sierra kekurangan gizi.

" kurang gizi? Selama ini kau makan apa? Tapi tenang sudah kupesankan makanan tadi, kau pasti lapar" kata lelaki itu

" Eh.. Tidak perlu, aku bisa makan di rumah nanti" jawab Sierra

" Tidak... Aku harus bertanggung jawab karena membuatmu pingsan begini, setelah makan nanti akan kuantar pulang " kata pria itu dengan wajah bersalah

" Sebaiknya aku kembali ke kelas saja, terimakasih atas pertolongannya" ujar Sierra

" Kembali ke kelas? Sekolah sudah selesai, ini pukul 15:30" kata pria itu dengan nada geli

"Apa?? Astaga kenapa aku lama sekali pingsan"

" Haha tidak apa, kapan lagi bisa bolos, ini makanan mu. Habiskan ya.. Setelah ini kuantar kau pulang"

" Terimakasih banyak, um.."

" Shinwoo. Kang Shin Woo. Apa jangan-jangan kau amnesia juga? Hahaha"

JINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang