Sudah beberapa kali Yola belajar piano bersama Revan. Dan semenjak itu pula, Yola menjadi semakin dekat dengan Revan, rasanya.Semenjak itu, Revan jadi sering mengantar Yola pulang. Karena setiap Yola pergi belajar dengannya, ia selalu menggunakan taksi. Modus.
Karena itu, Yola sudah tidak merasa terlalu grogi ketika di dekat Revan karena sudah terbiasa. Yola menjadi leluasa berbicara dengan Revan. Ya, walaupun terkadang masih suka salah tingkah.
Tapi tetap saja, Yola bisa tersenyum-senyum tidak jelas jika sehabis pulang belajar piano. Rasanya, ia terbang tinggi. Merasa kalau langit itu miliknya kini, dan ia harap akan menjadi miliknya selamanya.
Satu minggu menjelang Ulangan Akhir Semester, Revan bilang les piano di pending dulu hingga nanti UAS selesai. Yola hanya mengangguk mengiyakan.
Yola tau, Revan adalah salah satu siswa pintar di kalangan kelas 12 SMA Bhakti Dharma. Makanya, Yola mengerti jika Revan pasti akan belajar sebelum tengah semester. Apa lagi, sebentar lagi Revan akan segera keluar dari belenggu masa SMA nya. Beranjak ke bangku kuliah yang lebih dewasa.
⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫
Yola sedang menuju ke kantin saat ini. Bersama Bella, tentunya. Yang selalu berdampingan dengannya.
Begitu sampai di kantin, Yola dan Bella segera mengambil tempat duduk di pojok -tempat favorit mereka- karena menurut mereka, pojok kantin adalah tempat ternyaman untuk membicarakan apapun.
"Lo mau pesen apa?" tanya Bella pada Yola.
"Samain aja deh,"
"Oke, tunggu bentar ya."
Yola hanya mengangguk mengiyakan. Dan Bella pun segera melenggang pergi.
Yola merasa ponsel di sakunya bergetar, ia pun segera mengambilnya dan membuka aplikasi line.
Revan AP : nt plg skolh sm gw y, gw mau knalin ssorg sm lo. Gw tnggu di parkiran. See u soon.
Yolanda Savira : iy kk.
Wajah Yola berseri seri setelah menerima line dari Revan. Revan bilang ia akan mengenalkan seseorang kepadanya. Siapa ya kira kira? Kayanya penting. Yola jadi mengernyitkan dahinya, tanda sedang bingung.
"Woi! Ngelamun aja lo! Kenapa sih?" Bella yang baru datang dengan dua mangkuk bakso dan dua teh botol membuyarkan lamunan Yola.
"Gue nanti nggak jadi pulang sama lo, deh."
"Lah, kenapa?"
"Gue pulang sama Revan,"
Bella tersentak, bakso yang sedari tadi dikunyahnya hampir saja meloncat ke luar mulutnya.
"Demi apa lo?" mata Bella melotot seperti mau keluar.
Yola pun memberikan ponselnya pada Bella. Dan Bella terkagum kagum seketika.
"Baru berapa hari lo deket sama dia, udah muncul tanda-tanda aja. Good luck lah, Yola. Tapi inget ya, jangan kebanyakan drama. Ntar jatuhnya alay"
Bella terbahak dengan omongannya. Yola pun ikut dengannya. Tawa mereka terhenti ketika seseorang berteriak dari meja seberang pojok sana.
"Mesum lo Yan! Gila, anjir!"
Revan terlihat terbahak bahak dengan kedua temannya. Mereka berhenti tertawa ketika tersadar menjadi pemandangan aneh oleh orang-orang disana.
"Gila, anjir doi lo Yol. Teriak kaya gitu di tempat umum kaya gini. Ckckck" Bella berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (PINDAH DI DREAME)
Teen FictionKetika hati tak peduli seberapa besar lukanya saat berjuang melalui beribu rintangan dengan berbagai pengorbanan demi sebuah kebahagiaan. Ini cerita tentang sakit. Ini cerita tentang pengorbanan. Ini cerita tentang persahabatan. Ini cerita tenta...