Yola berdiri di depan rumah ber cat krem. Hari ini ia akan menjalani les piano pertamanya bersama orang yang dia belum kenali.
Yola memencet bel, tak lama seorang satpam berkumis agak tebal membukakan pintu seraya tersenyum.
"Mau cari siapa, non?" tanya satpam tersebut sopan.
"Apa benar ini rumah pak Guntur?."
"Iya, betul. Ada yang bisa saya bantu non?"
"Perkenalkan pak, nama saya Yola. Putrinya pak Andy, teman pak Guntur. Saya kesini karena ada perlu dengan putra dari pak Guntur." Yola memperkenalkan dirinya seraya mengutarakan maksud kedatangannya siang itu.
"Baik, non. Sebentar." satpam itu berjalan menuju posnya. Lalu menelfon seseorang di dalam rumah. Tak lama kemudian, ia kembali ke hadapan Yola."Mari silahkan masuk, non." satpam tersebut mempersilahkan Yola masuk.
"Iya, pak. Terimakasih." jawab Yola sopan seraya tersenyum.
Yola berjalan pelan menuju rumah tersebut. Ia mengetuknya seraya mengucap salam.
"Assalamualaikum!"
Tak lama, pintu terbuka. Seorang wanita yang sedikit tua nampak berada di depan Yola.
"Waalaikumsalam, silahkan masuk non! Sudah ditunggu aden di studio musik di atas. Mari bibi antar." ucap wanita itu sopan. Lalu ia mengantar Yola ke studio musik rumah itu.
"Terimakasih ya bi," Yola membungkuk hormat seraya tersenyum.
"Kalo butuh apa-apa panggil bibi saja ya non." kata perempuan di hadapan Yola.
"Bibi permisi ke belakang dulu,"
Yola hanya tersenyum. Ia membuka pintu studio perlahan.
Ada piano di tengah ruangan, gitar dan drum di pojok ruangan, dan beberapa alat yang lain di sisi lain ruangan.Yola mengalihkan pandangan ke arah kiri. Terdapat sofa panjang berwarna hitam dan satu meja.
Yola menghampiri sofa tersebut, lalu duduk.
Mana sih? Katanya udah nungguin. Tapi malah gue yang nunggu. Huft.
Yola menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya ke sofa.
10 menit Yola menunggu. Tapi laki-laki itu belum datang juga. Ia memainkan dandphone untuk mengusir bosan. Hingga akhirnya, ada suara pintu terbuka.
"Sorry, lama." suara itu mengagetkan Yola. Ia segera mendongak ke arah suara.
Tampak didepannya laki-laki dengan celana jeans pendek dan baju cokelat polos berdiri di depan pintu. Lalu, ia menutup pintu dan menghampiri Yola.
Yola tercengang, tubuhnya gemetar, jantungnya berdebar melebihi ritme. Ia pun memutuskan untuk berdiri.
Kini, lelaki itu telah berada di depan matanya. Mengulurkan tangannya.
"Revan," kata lelaki itu singkat.
"Yo-yola," Yola tak bisa menahan rasa gugupnya saat bersalaman dengan Revan. Dia, lelaki yang ia cintai. Berada dalam satu ruangan dan hanya bersamanya.
Yola tak pernah melihat Revan sedekat ini. Bahkan untuk menyentuh kulitnya saja, Yola bergetar hebat.
"Mm, bisa kita mulai sekarang lesnya?" kata Revan melepas tangan Yola.
Yola hanya bisa mengangguk gugup.
Revan berjalan menuju piano. Ia duduk di kursi panjang depan piano tersebut.
"Sini, duduk!"
Revan mengagetkan Yola yang tengah mematung di belakang Revan. Tubuhnya bergetar, keringat dingin mengucur deras di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (PINDAH DI DREAME)
Teen FictionKetika hati tak peduli seberapa besar lukanya saat berjuang melalui beribu rintangan dengan berbagai pengorbanan demi sebuah kebahagiaan. Ini cerita tentang sakit. Ini cerita tentang pengorbanan. Ini cerita tentang persahabatan. Ini cerita tenta...