Satu minggu sebelum Ulangan Akhir Semester, siswa-siswi SMA Bhakti Dharma mulai memadati perpustakaan. Hingga bu Wina pun harus dibantu beberapa guru dan staf di sekolah. Tak terkecuali murid-murid kelas X-IPA-2. Mereka berbondong-bondong menuju perpustakaan. Takut kalau kehabisan buku.Yola, Bella, Leavy, Syana, Sinta, Julia, dan Ninda sedang menuju ke perpustakaan pagi ini. Masih pukul 06.05. Tapi mereka memang sengaja berangkat pagi agar tak kehabisan buku.
"Pagi bu Wina," sapa mereka serempak.
"Pagi juga. Wah, kalian rajin sekali pagi-pagi sudah ke perpustakaan." puji bu Wina.
"Hehe, iya nih, bu." jawab Syana.
Mereka segera mencari buku yang mereka inginkan. Setelah itu, mereka ke meja bu Wina untuk meminjam. Setelah selesai, mereka pun berjalan kembali ke kelas.
Dari luar kelas, mereka mendengar keramaian. Mereka pun menerobos masuk ke kelas yang ricuh dan mendapati Adam berdiri dengan gitar di hadapan Lala yang kebingungan.
"Oi, Ninda! Tutup pintunya! Cepetan!" perintah Adam pada Ninda yang terakhir memasuki kelas.
"Napa sih?!" Ninda, sang wakil ketua kelas menggerutu.
"Tutup aja! Mau ada drama nih! Mau nonton gak?" pelotot Adam.
"Iye iye, bawel lo ah!" gerutu Ninda, lagi.
"Semua, harap diam!" perintah Adam pada para teman kelasnya.
"Sekarang, gue mau nyanyi buat someone special di depan gue." sorot mata Adam tertuju pada gadis penyuka silat di depannya, Lala.Sorak sorai bergemuruh di kalangan siswa-siswi di kelas X-IPA-2.
Adam memetik gitarnya, menyanyikan lagu 'Teman Hidup' yang dipopulerkan oleh Tulus.
Tak hanya Lala, semua kaum hawa disana baper mendengar lantunan lagu yang dinyanyikan Adam melalui gitarnya. Hingga Adam pun berhenti menyanyikan lagunya dan mengambil tangan Lala. Membuat para makhluk di situ ber- aaawww - ria.
"Mau nggak jadi pacar gue, La?" ungkapan perasaan tak terduga dari Adam membuat seluruh siswa-siswi disana berteriak 'TERIMA!' dengan sangat lantang.
Dan detik berikutnya, sesaat setelah Lala menimang-nimang jawabannya, ia pun mengangguk seraya tersenyum.Semua bersorak gembira dan menggoda pasangan baru di kelas mereka itu. Sementara para makhluk laki-laki disana berdecak kagum pada Adam yang seberani itu.
"Gila lo Dam! Berani banget! Berapa bulan lo nyiapin ini semua?" Gerald menepuk-nepuk pundak Adam.
"Yoi, dua hari aja buat gue nyiapin kek gini. Alhasil, lihatlah. Semua meleleh sama gue." Adam merentangkan tangannya, berbangga diri.
"Elah, anjir! Gaya lo!" Naufal berteriak sambil menoyor kepala Adam.
"Aelah, kampret lo!" Adam membalas toyoran ke kepala Naufal yang hanya meringis kesakitan.
"Terus, lo kapan Ger?" tanya Adam yang langsung disambut antusias oleh para makhluk lelaki.
"Iya, Ger! Ntar direbut orang loh! Gue denger-denger nih ya, dia lagi deket sama Revan anak XII-IPA-1 yang tenar itu!" Willy meyakinkan sambil melirik Yola.
Ya, selama ini Gerald memang memendam rasa pada Yola. Ia pun menggaruk tengkuknya dan mengedikkan bahunya. Lalu duduk di bangkunya. Menenggelamkan wajahnya, sambil memikirkan sesuatu.
Semuanya masih bersorak ria ketika bu Indah -wali kelas mereka- sudah ada di depan pintu dan berteriak.
"Hei, hei! Ada apa ini? Ayo, semua duduk di tempat masing-masing!" bu Indah berjalan masuk dan berdiri di depan kelas bersama seorang anak lelaki yang memakai seragam putih abu-abu di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (PINDAH DI DREAME)
Teen FictionKetika hati tak peduli seberapa besar lukanya saat berjuang melalui beribu rintangan dengan berbagai pengorbanan demi sebuah kebahagiaan. Ini cerita tentang sakit. Ini cerita tentang pengorbanan. Ini cerita tentang persahabatan. Ini cerita tenta...