Chapter 8 - Balada menjelang ujian

277 20 26
                                    


Siapa yang disini kelas tiga? Kalo misalnya ada, berarti kita senasib. Tiap hari ketemu soal, bimbel sepulang sekolah, belajar sebelum tidur. Pokoknya, ga ada hari tanpa bercumbu dengan rumus-rumus. Itulah kenapa gue jadi jarang update ni cerita.

Gue ga pernah punya waktu buat santai. Otak gue yang mungil ini dipaksa berpikir hingga mimisan. Tiap gue jalan, yang terbayang adalah pelajaran-pelajaran yang di ujikan saat ujian dan SBMPTN nanti.

Misalnya gue lagi jalan anteng naik motor, sambil toleh kanan-kiri siapa tau ada duit sejuta terkulai lemas dijalan, atau ketemu Melody JKT48 yang lagi butuh tebengan. Tapi yang gue liat malah bapak-bapak pipis di pinggir jalan. Pelajaran gue langsung konek ke pelajaran fisika.

'Kira-kira berapa ya kecepatan air pipis yang dikeluarkan bapak-bapak tadi? Dan jika kecepatannya 10cm/detik, butuh berapa detik bapak-bapak tadi untuk menuntaskan pipisnya?'

Untungnya pikiran gue konek ke pelajaran fisika, ngga kebayang kalau koneknya ke biologi. Mungkin gue bakal turun dari motor, manggil orang-orang dan nunjuk-nunjuk bagian dari titit bapak-bapak tadi. Dan mulai menjelaskan ke masyarakat sekitar kalau ini namanya skrotum, ini namanya testis, dan kemudian gue disiram air pipis.

Lalu di sekolah, karena sekarang lagi musim hujan, bawaannya pengen ke wc mulu. Setiba di wc dengan wajah tampan, sambil mengeluarkan air mancur berwarna gue, ga sengaja gue liat coret-coretan di dinding wc. Pikiran gue kembali konek ke pelajaran, kali ini bahasa Indonesia.

'Kalimat ini ide pokoknya apa ya? Lalu yang merupakan kalimat fakta nomer berapa ya?'

Sambil terus ngocorin air pipis, gue mikir jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang melintas di kepala gue. Akhirnya gue tersadar ternyata tulisan yang gue baca Cuma tulisan "yang baca monyet!" lengkap dengan gambar 'roket' khas Indonesia di sebelahnya.

Setelah konek di pelajaran bahasa Indonesia, kini giliran pelajaran biologi yang terlintas. Bukan, gue bukannya pengen ngasih tau dunia luar bahwa ini skrotum gue atau bagian-bagian yang lain sambil teriak-teriak ...

'Ini air pipis gue asin ngga ya? Kalau manis, mampus gue! Proses reabsorbsi di ginjal gue tidak berlangsung secara baik dan benar! Harus gue cobain!'

Dan gue mulai jilatin satu tetes air pipis terakhir dengan khidmatnya ... Oke, itu gue bercanda. Mana mungkin gue se-jenius itu sampe mikir kalau pipis gue rasanya manis, berarti ginjal gue rusak. Paling banter gue Cuma mikir ada gula di kancut gue, makanya jadi manis.

Nah, ngomong-ngomong soal ujian, pasti ga lepas dari kabar kalo ujian itu bocor. Demi upilnya Voldemort, gue bener-bener dibuat galau, soalnya kalau ujian bocor bias-bisa diulang.

Sama kaya waktu gue SMP, baru aja gue sampe sekolah, hape gue udah dapet kunci jawaban paket lengkap. Plus hadiah kaset CD band wali.

Gue berencana memberi saran pemerintah semoga setiap soal dikasih pembalut agar tidak bocor. Kalau perlu dioles No Drop sekalian. Jadi gak bakal ada lagi oknum-oknum yang menyebabkan siswa nilainya jelek karena kunci jawaban gitu.

Parahnya, proses belajar gue selalu penuh dengan rintangan. Salah satunya adalah mati listrik. Jadi misalnya siang hari gue pulang sekolah panas-panasan, sampe rumah sudah kebayang belajar di kamar dengan kipas angin menyala.

Begitu sampe rumah, gue ganti baju, dan mulai belajar lagi. Lagi semangat-semangatnya belajar ternyata mati listrik. Gue kepanasan di kamar dan akhirnya ga belajar karena buku gue basah ketumpahan air ketek ...

Itu adalah salah satu faktor pembuat mood belajar mendadak punah dari peradaban.

Beruntung mati listriknya cuma siang hari. Coba kalau malam hari, dimana menurut pelajaran biologi tentang rantai makanan, saat mati listrik malam-malam, populasi babi ngepet akan meningkat, sedangkan populasi tuyul menurun karena tuyul takut babi ngepet, dan populasi pelajar galau mau ujian akan meningkat tajam karena gabisa belajar dalam kegelapan.

Dan jelas, satu hal yang gue paling keselin saat ujian apapun adalah, ngisi biodata. Demi neptunus beranak tapir, lembar jawaban ujian itu adalah mahluk paling kepo segalaksi! Segala macem ditanyain, nama, tanggal lahir, nomer ujian, paket ujian. Untung ga ditanyain juga zodiak sama makanan kesukaan. Seharusnya cukup nomer ujian dan paketnya doang, kasian yang namanya panjang kaya gue! Ujian belum mulai ketek udah basah duluan kecapekan ngisi nama.

Dear menteri pendidikan, kasihanilah kami para pemilik nama panjang. Atau pilihan lain, tulislah nama facebook bagi yang bernama pendek, jadi biar adil, gitu.

Misalnya gue nulis, "Ferdian Surya Perdana Yanuardi." Sedangkan nama temen gue cuma, "Otong." Dia wajib nulis nama facebooknya. Jadilah dia nulis, "0tHon9 C1nTh4 m4m4h 4eVeR" adil kan?

Itulah sekelumit kegelisahan gue menjelang ujian. Pikiran gue selalu tertuju pada ujian dan itu nyiksa banget. Ternyata engga perlu repot-repot punya pacar lalu LDR-an untuk merasakan kegalauan yang maha dahsyat ...

SMA = NERAKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang