SATU

2.8K 82 1
                                    

Suatu kesalahan merasa pernah ia lakukan di hari lalu dan membuatnya ingin kembali lagi pada waktu itu. Memperbaiki kesalahan. Oh bukan! Mungkin lebih tepatnya mencegah dirinya untuk tidak melakukan kesalahan itu. Sepertinya keadaannya saat ini akan jauh lebih baik.

Tidak mungkin segila ini. Kejadian itu--saat ini masih bergelayut menggantung-gantung di pikirannya. Jika ada suatu alat yang bisa mencopotkan pikirannya saat ini mungkin ia akan membelinya satu. Agar semua bayangan buruk itu tidak lagi menjajahnya setiap hari, menghantuinya setiap saat.

Menyakiti hati seorang gadis membuatnya seolah jatuh kedalam kutukan ini. Kutukan dimana ia harus menyelesaikan semuanya sebelum waktu itu tiba. Waktu apa? Waktu yang berhubungan dengan kematian. Siapa yang mengharapkan kematian? Tidak ada! Hanya orang bodoh yang senantiasa ingin mengakhiri kehidupan di dunia dengan sendirinya.

_______________________________

“Gue gila!!!” ujar laki-laki itu menjambak rambutnya. Terlihat amat kusut. Menurut sebagian orang ketika rambut seseorang terlihat acak-acakan maka pikirannyapun tidak jauh seperti itu, karena rambut dapat menggambarkan kondisi pikiran seseorang.

“Lo masih aja mikirin tuh kata peramal. Hidup-mati itu gak ada yang tahu. Ayo lah! Pikiran lo dangkal banget.” Kiky, seorang laki-laki memiliki perawakan tinggi besar, duduk di atas karpet bludru dengan stick PS yang ia otak-atik, tatapannya masih serius menatap layar LED televisi 42 inch di hadapannya.

“Tapi... Ramalan gue tepat Bang. Peramal tua itu bilang kalau angka keberuntungan gue angka 7, dan gue bakalan jadian sama mantan gue dengan embel-embel angka 7. Dan ternyata, gue balikan sama Cassie tepat di tanggal 7 februari kemarin kan?” Laki-laki berambut kribo itu--Bastian, berucap dengan semangat. Namun tatapannya masih tertuju pada layar di hadapannya.

“Ck! Tapi setelah itu lo putus kan?” Kiky melotot. Menatap Bastian di sampingnya.

“Tapi, ramalan lo juga bener kan? Dia bilang kalau angka keberuntungan lo 5. Dan ternyata bener, berat badan lo setelah 5 hari itu turun 5 kg.” Bastian malah semakin membeberkan kebenaran-kebenaran ramalan tersebut.

“Tuh kan!” Laki-laki dengan rambut acak-acakan itu, kini mencak-mencak di atas tempat tidurnya. “Nasib gue giaman bang?” Ringisnya semakin terdengar frustasi, gerakannya di atas kasur semakin liar.

“Baal! Baal! Udah deh! Bisa jadi itu cuma kebetulan.” Kiky mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Baal? Namanya Iqbaal. Laki-laki dengan postur tinggi-kurus dan poni yang selalu rapi, namun tidak untuk saat ini. Saat ini rambutnya sangat berantakan, seperti pikirannya. Laki-laki tampan. Manis. Tatapan matanya dan senyumnya mampu meluluhkan hati setiap gadis, sekeras apapun hati gadis itu sepertinya mampu melunak apabila Iqbaal memberikan tatapan dan senyum terbaiknya yang errrrr-_-

Beberapa hari lalu ketiga pemuda itu menghadiri pameran benda-benda antik di daerah Braga, pusat Kota Bandung. Hanya sekedar iseng berfoto, mengunjungi beberapa stand untuk melihat barang-barang jaman dulu--seperti telepon putar, piringan hitam jadul, ranjang besi yang berderit seram ketika diduduki, mesin ketik tua, lukisan-lukisan usang, dan masih banyak lagi benda lainnya--tidak mungkin untuk disebutkan satu-persatu.

Namun ada satu stand yang menarik perhatian ketiganya. “Mr.Aryanda” pekik ketiganya, membaca pamflet yang terpampang menggantung pada tirai stand. Peramal kah? Berbeda dengan stand lain, stand itu di selubungi dengan tirai. Baru kali ini mereka mendapati stand peramal di tempat pameran seperti ini.

'Crek'

Iqbaal mengabadikan gambar stand tersebut dengan camera yang menggantung di tengkuknya.

“Kalo difoto doang gak asik! Mendingan kita coba masuk.” Bastian menaik-turunkan alisnya.

Hidden SixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang