Iqbaal menghempaskan punggungnya pada pintu pagar.
Mulutnya masih menganga. Pundak Iqbaal merosot turun. Pikirannya kacau.Benarkah Mr. Aryanda sudah tidak ada di tempat ini? Lalu kemana ia harus mencarinya? Bagaimana dengan petunjuk kematiannya? Mr. Aryanda pergi tanpa meninggalkan petunjuk apapun mengenai gadis itu sama sekali.***
“Terus gimana?”
Bastian dan Kiky kini sudah hadir di kamar Iqbaal, menemani sahabatnya yang kini tengah terpuruk.
“Mr. Aryanda udah gak ada kan? Dan waktunya lo lupain ramalan gila itu.” Kiky menatap Iqbaal yang masih menelungkup di atas tempat tidurnya.
“Mr. Aryanda gak ada, bukan berarti bayangan kematian itu juga gak ada kan?” ucap Iqbaal sedikit mendongakan wajahnya.
“Terus?” Tanya Kiky, masih tidak percaya Iqbaal terus-terusan memikirkan bayangan. Hhhh... Bayangan konyol Kiky pikir.
“Salsha. Gue yakin cewek itu Salsha,” ucap Iqbaal seraya iseng mengotak-atik ponselnya. Menekan phone booknya, melihat daftar kontak di sana.
'(namakamu)'
'Salsha'
Panah kursornya ia gerak-gerakan pada kedua nama yang berderet berdampingan. Naik-turun, naik-turun. Sampai akhirnya tombol panggil tertekan, sengaja ia tekan tanpa sadar.
“Hallo Baal?” Suara lembutnya dua hari ini tidak Iqbaal dengar. Namun saat ini suara gadis itu terdengar berat.
“Hallo. Lo? Kenapa?” Iqbaal merespon cepat suara gadis itu yang tidak terdengar seperti biasanya.
“Enggak.”
“Jangan bohong. Lo habis nangis kan? Suara lo aneh,” ucap Iqbaal, kini ia duduk di tepi tempat tidurnya. Sementara Kiky dan Bastian, seperti biasa duduk di atas karpet sambil mengotak-atik stick PS.
“Lo dimana?” Entah kenapa Iqbaal menjadi responsif seperti ini mendengar suara gadis itu.
“Di kampus.”
“Udah gak ada kuliah? Gue jemput ya. Tunggu gue.” Segera Iqbaal memutuskan sambungan teleponnya. Lalu beranjak dari tempatnya.
“Kemana?” tanya Kiky dan Bastian berbarengan, melihat tingkah Iqbaal yang rusuh kini seperti mencari...
“Kunci motor gue?” desis Iqbaal, heboh sendiri.
'Tap'
Iqbaal meraih kunci motornya yang ternyata tergeletak di samping lampu tidurnya.
“Kemana sih?” Kiky lagi-lagi bertanya.
“Jemput Salsha kali,” jawab Bastian asal tebak. Ya sepertinya. Lalu siapa lagi?
“Mau ditampol cowoknya kali.” Kiky menggeleng, tatapannya masih tertuju pada layar LED di hadapannya.
***
Iqbaal sudah memarkirkan motor di depan gedung fakultas. Menunggu gadis yang akan ia jemput, namun sudah 10 menit ia belum kunjung keluar dari dalam fakultas.
“Kemana sih?” rutuk Iqbaal kesal. Padahal ia sendiri yang memutuskan untuk menjemputnya kan?
Tiba-tiba ponsel di saku celananya berdering. Ada telepon masuk. Baru saja Iqbaal menekan tombol menerima panggilan, “lo jadi jemput gak sih Baal! Kalo enggak, gue mau pulang sendiri.” semprotan itu menyembur telinga Iqbaal.
“Gue udah dateng dari tadi. Lo yang belum keluar kelas!” ucap Iqbaal menyejajarkan intonasi suaranya dengan si penelepon.
“Gue di taman,” jawab si penelepon malas.