'Alvaro Maldini & (namakamu)'
Tulisan itu terukir indah di covernya. 'Bertunangan?' Apakah (namakamu) dan Aldi akan bertunangan?
'6 Maret?' Itu artinya 6 hari lagi dari sekarang? Secepat ini?
"Lo dateng kan?" Pertanyaan itu menyadarkan Iqbaal dari keterpurukannya saat ini.
"(namakamu)?" ucap Iqbaal dengan susah payah. Lidahnya sulit bergerak.
"(namakamu)!" seru seseorang di pinggir area taman. Sepertinya itu... Suara Aldi.
"Sebentar," sahut (namakamu) berteriak.
Ternyata (namakamu) kesini bersama Aldi? (namakamu) menemui Iqbaal bersama Aldi? Iqbaal pikir (namakamu) kesini sendirian, khusus untuk menemuinya. Menemui Iqbaal yang tengah berduka pasca diputuskan oleh Salsha. Ternyata. (namakamu) melengkapi kesakitan Iqbaal saat ini. Terimakasih.
"Lo dateng kan?" Tanya (namakamu) sekali lagi.
Iqbaal mengangguk, senyum getirnya terukir.
"Makasih," ucap (namakamu), kini mata gadis itu berair. "Makasih lo udah hadir di hidup gue. Pelengkap kebahagiaan gue."
"Jangan nangis." Iqbaal melihat air mata (namakamu) kini berangsur turun.
(namakamu) mengangguk.
"Janji sama gue. Makan teratur. Badan lo sekarang kurus banget." Air mata (namakamu) malah turun semakin deras.
"Iya. Gue kan lagi diet OCD." Iqbaal terkekeh, dalam situasi seperti ini masih sempat ia bercanda seperti itu.
"Rambut lo juga udah panjang banget. Poni lo nutupin setengah muka lo. Potong rambut lo." (namakamu) mengacak rambut Iqbaal. Dan seketika tangis gadis itu semakin pecah.
"Lo sama sekali gak mau peluk gue? Gue masih diem disini karena lo belum meluk gue," ucap (namakamu) lagi. Masih dengan air matanya yang berderai.
Iqbaal tersenyum. Kini kakinya menekuk, tubuhnya bertopang pada lutut dan ia tegakan untuk dapat memeluk (namakamu) yang masih duduk pada dudukan ayunan.
"Maafin gue (namakamu)." Iqbaal semakin mengeratkan pelukannya. Sama sekali ia tidak perduli jika Aldi melihat ini, (namakamu) yang memintanya sendiri. Dan Iqbaal benar-benar enggan untuk melepaskannya saat ini.***
(namakamu) menatap bayangan dirinya pada pantulan cermin. Menatap gaun putih yang ia kenakan menjuntai menyapa lantai. Gaun indah yang bagian atasnya sedikit terbuka. Gaun yang akan ia kenakan pada tanggal 6 Maret nanti. Membuat (namakamu) sangat terlihat berbeda.
"Cantik." Gumam Aldi menatap yang berdiri di belakang (namakamu), sama-sama menatap bayangan (namakamu) di cermin itu.
"Ini terlalu berlebihan," ujar (namakamu) melihat gaun yang dikenakan sangat mewah, seperti bridal untuk pernikahan. Sangat terkesan glamour.
"Pertunangan itu hanya sekali kan? Gak ada yang mengharapkan ada pertunangan ke-dua. Jadi gak ada salahnya kalau kita buat seistimewa mungkin.." Aldi melingkarkan lengannya pada pinggang (namakamu), menaruh dagunya pada pundak gadis itu.
(namakamu) menghela nafas panjangnya. Ya, mungkin untuk saat ini ia harus menahan egonya. Hanya harus mengikuti kemauan Aldi. (namakamu) saat ini menyayangi Aldi. Sangat menyayangi laki-laki itu. Namun setiap kali menatap wajahnya di cermin, bayangan Iqbaal masih sering menyertai. Terkadang ia benci pada dirinya sendiri jika harus menangis pada malam hari ketika bayangan wajah Iqbaal mulai berkelebat di benaknya.
"Udah pas kan? Kita harus ke tempat lain, untuk mempersiapkan keperluan lainnya." Ucapan Aldi seketika membuyarkan lamunan (namakamu). Gadis itu mengangguk, lalu menuju kamar pas untuk mengganti gaunnya dengan pakaian yang ia pakai sebelumnya.