The Perks Of Being A Wallflower

549 35 9
                                    

TOK!TOK!TOK!

Nampaknya Dane  tengah menguji kesabaranku. Di ketuknya pintu kamar mandi dengan sekencang- kencangnya sehingga suaranya mengganggu waktu bersantaiku di sela-sela jadwal yang padat minggu ini.

"DUA MINGGU LALU ,SESEORANG MENGANTARKAN SEBUAH PAKET" teriaknya dengan keras sehingga membuat ku hampir tenggelam di bath tub hanya karena kaget.

"Lagi-lagi dari ZEE." Lanjutnya. Aku mengerutkan keningku begitu mendengar nama itu di sebut lagi. Sudah lebih 6 bulan tepatnya wanita itu --  aku tak tahu pastinya tapi dari tulisannya sih begitu,  mengirimi ku buku hasil karyanya. Aku langsung melompat keluar dari Bath tub kemudian membalut tubuhku yang masih basah dengan handuk hanya untuk sekedar melihat paket yang ia kirimkan.

"NO!!" Aku berteriak begitu melihat Dane berusaha untuk membuka paket itu.

"Jangan sentuh!!" Lanjutku. Dane hanya menatap heran kearahku tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia menuruti kemauan ku dan kembali meletakan paketnya di meja.

Segera ku sambar paket itu dan membukanya dengan tergesa-gesa. Seperti tebakkan ku, lagi-lagi buku dan kali ini aku baru sempat membukanya. Mungkin beberapa hari lagi Zee akan kembali mengirimkan bukunya yang ketujuh.

Aku tersenyum begitu ku pandang buku yang kira-kira tebalnya tak mencapai 500 halaman dengan covernya berwarna hitam tak lupa di hiasi bunga-bunga, dan bagian favoriteku adalah saat ku lihat namanya tercetak indah seperti biasanya. Senyum lebar menghiasi wajahku.

"ZEE" desisku pelan.

"Really?  Sampai kapan kau harus terus seperti ini ,Bro?"  Tanya Dane sambil menggelengkan kepalanya seakan tak percaya jika temannya yang notabene seorang DJ terkenal , jatuh cinta kepada seseorang  yang bahkan tak pernah ia temui,hanya sebuah buku dengan tulisan manis tentang cerita cinta yang ia dapati   setiap bulannya.

"Entahlah...." ujarku menggantung.

"Kau tak berniat menyelidikinya?"

"Tidak .... biarkan saja seperti ini, aku menikmati setiap kisah yang ia tulis."

Memang benar awalnya ku akui tindakan Zee ini kelewat aneh dan menyeramkan. Pada bulan pertama aku bahkan  mengacuhkan buku itu, ku biarkan buku itu berserakan di meja ruang tamu yang jarang ku tempati. Maklum saja aku tak hanya sekedar manggung di Amsterdam melainkan hampir ke seluruh dunia , itu yang membuat terkadang paket Zee sering terlambat ku dapat. Seperti hari ini lebih tepatnya.

"Apa judul bukunya kali ini?"

" The Perks Of Being A Wallflower "

"Namanya mirip seperti buku Stephen Chbosky." Seru Dane sambil membolak-balik halaman majalah yang covernya di hiasi wajahku.

"Tapi aku yakin isi bukunya berbeda."

"Kau bahkan belum pernah membaca karya Stephen Chbosky." Tawa Dane  mengejekku.

Aku mendengus sebal ke arahnya. "Aku tak begitu menyukai buku."

"Tapi kau membacanya....."

" Ini berbeda, Bro. Mana mungkin aku tega tak membaca buku yang jelas-jelas di tulis dengan sepenuh hati... dan hatinya itu untukku."

Dane melemparkan bantal  ke arahku begitu mendengar kalimat yang aku ucapkan. "Berhenti seolah-olah kau seorang pujangga, hubunganmu saja selama ini tak pernah berhasil Ger."

"Hei ayolah. Kau tak perlu membahas mengenai hubunganku." Aku mengerucutkan bibir begitu Dane menyinggung masalah hubunganku. Memang benar sih, aku tak begitu tertarik untuk memulai sebuah hubungan terlebih sekarang ini, jadwal yang terlalu padat menyita waktuku. Bahkan waktu tidurku saja rela ku korbankan.Bayangkan saja jika aku memiliki pacar , pasti sudah habis aku di maki karena tak pernah bisa meluangkan waktu untuknya.

6 Ways To Find Z ( Martin Garrix fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang